Mehreen kini duduk nyaman dalam mobil mewah suaminya. Bukan di kursi penumpang belakang, melainkan di kursi samping kemudi. Dimana Dipta? Jelas dia duduk di balik kemudi.
"Bisa nyetir?" Tanya Mehreen dengan nada mengejek. Dipta mengangkat kedua bahu tak acuh.
"Gue mau di bawa kemana?" tanya Mehreen lagi, nampaknya dia semakin suka menggoda suami tampannya.
"Mau di sewain ke laki laki hidung belang, lumayan kan duitnya" Sahut Dipta asal.
Mehreen melotot bahkan badannya kini menghadap suaminya.
"What? Tomas lihat punggung gue aja langsung lo tutup" Ujar Mehreen, kini satu kakinya sudah naik ke kursi.
Dipta masih bergeming, enggan menanggapi istri lucknut nya. Laki laki itu sungguh salah perkiraan.
Suasana di dalam mobil hening hingga mobil terparkir di sebuah mall besar di kota itu.
Fokus Mehreen bukanlah pada mall di depan mata, melainkan pada hotel yang menjadi satu dengan mall tersebut.
'Beneran ini gue bakal dijual? mending dia yang merawanin gue, jelas anak gue bakal jadi ahli waris' pikiran Mehreen mulai berterbangan.
BRAAAK
Suara pintu mobil yang tertutup kencang menyadarkan dari pikirannya.
"Ayo turun!" Titah Dipta yang kini telah membukakan pintu untuk Mehreen. Romantis!
"Mau jalan sendiri atau saya seret" Ujar Dipta, masih berbaik hati memberi pilihan.
"Mau kabur gue!" Ketus Mehreen. Dipta malah mempersilakan, ia tak takut jika Mehreen berbuat nekad.
"Silakan nona Mehreen" Dipta malah membungkukkan badannya.
Akhirnya Mehreen keluar dari dalam mobil, ia mendengus kesal. Bagaimana suaminya sesantai itu, jelas lah bodyguard nya ngintilin.
"Laki koq di kawal terus. Cemen!" cicit Mehreen melangkah memasuki mall.
Biarlah mau ke mall apa ke hotel, jalan aja dulu. Pikirnya.
"Huuh kurang kerjaan" Dipta mendengus kesal, istrinya malah senyam senyum pada setiap pengunjung pria.
Gak nyadarkah Dipta, kalau tatapan wanita wanita disana seolah mendamba.
"Mas, mas" seorang SPG muda memanggil Dipta.
"Ada apa?" tanyanya angkuh.
"Maaf mas, tadi pacarnya bawa topi. katanya mas yang bayar" ujar SPG itu, Dipta memperhatikan Mehreen yang tengah tersenyum padanya.
"Huuuh" Ia membuang nafas panjang, meminta seorang bodyguard untuk mengejar istrinya.
Di bawah pengawasan bodyguard, Mehreen menunggu suaminya dengan kesal.
"Ambil" Dipta menyodorkan sebuah kartu kredit.
"Lah kok bukan black card?" Tanya Mehreen sangat tidak sopan. Sedang Dipta tak perduli, lain dengan bodyguard yang sedang menahan tawa mereka.
"Harga kamu gak sampai black card" Sengit Dipta, meninggalkan Mehreen yang masih cengo'.
"Astaghfirullahalazim, jadi beneran gue mau dijual?" gumamnya. Kemudian berlari mengejar Dipta.
Dipta hanya melirik istrinya sekilas, Mehreen malah menautkan jemari mereka. Seolah pasangan saling mencintai ya kan.
Mereka sangat menyadari banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya, dan mereka tak perduli.
"Masa seh aku mau dijual, kita kan serasi" Ujar Mehreen yang bergelayut manja.
Dipta masih bergeming, hanya saja ekor matanya yang memperhatikan tingkah Mehreen.
"Apa sudah siap?" Tanya Dipta, seorang lelaki dengan perut buncit dan tampak parlente melambaikan tangannya.
GLEK
Mehreen menelan salivanya gugup, tangan yang bergelayut terasa dingin. Dipta merasakan langkahnya yang semakin berat.
"Takut?" cibir Dipta.
"Dipta, lo gimana seh istri cantik gini, masih perawan pula. Lo kasih ke orang lain" cicit Mehreen, berharap itu akan berhasil.
Ah sayangnya Dipta hanya tersenyum smirk setengah mengejek.
"Hallo tuan Andra" Dipta menyalami laki laki buncit bernama Andra.
"Hallo Dipta, ini orangnya?" Andra tersenyum lebar memperhatikan Mehreen.
Mehreen makin mengeratkan pegangannya, Dipta membiarkan tanpa penolakan.
"Hallo sayang, saya Andra" Ujar Andra mengulurkan tangannya. Mehreen hanya menjabat sekilas.
Percayalah Dipta tengah menertawakan istrinya dalam hati. Jelas saja wajah Mehreen pucat pasi, kabur pun akan sulit karena banyak bodyguard di sekeliling mereka.
Mehreen memelas menatap Dipta, sayangnya Dipta masih asyik bicara dengan Andra.
Gadis itu pengen nyolok mata Andra yang mencuri pandang bahkan menatapnya terang terangan. Kurangajar betul si makhluk bernama Andra itu.
"Candra Dipta, pilihanmu luar biasa" Ujar Andra kembali menatap Mehreen penuh minat.
"Tentu tuan Andra, pilihan saya cocok bukan?" Tanya Dipta meminta pembenaran.
"HAHAHA tentu Dipta, saya juga cocok" Andra masih dengan raut bahagianya.
'Yaa Allah ini laki laki bauk pacul juga' pikiran Mehreen yang merasa jijik.
Ia menghembuskan nafas kasar, merasa jengah dengan obrolan kedua laki laki geblek.
"Tenang, saya sudah pesankan menu terbaik. Biar kamu kuat nanti" Kata kata Andra benar benar membuat pikiran Mehreen travelling.
Merasa percuma melirik Dipta yang masih datar datar, cenderung menjengkelkan wajah tampannya.
'Yaa Allah kenapa bukan Dipta aja seh yang jadi normal, ini om om keenakan dong dapet gue. Lah gue dapet dosa juga dong ini. Aaarggghhh, gini gini kan gue masih mikirin dosa. Yaa Allah tolongin ngapa' ocehan batin Mehreen yang merasa kesal dengan nasibnya.
"Kenapa murung begitu, cantik?" Tanya Andra, Dipta juga menatap wajah istrinya yang semakin ditekuk.
"Dipta..." Ucapan Mehreen terhenti, karena Dipta memotong cepat.
"Sabar dong, sekarang makan dulu" Ujarnya, moment yang pas di saat pramusaji datang dengan banyak menu.
"Dipta, gue gak mau ya... jangan gila lo" Bisik Mehreen yang semakin mendekat suaminya.
Semua itu tak luput dari pandangan Andra, ia bahkan tersenyum kecil pada Mehreen saat tatapan mereka bertemu.
Ini Mehreen sudah hampir memasukkan kepalanya pada panci sop di depannya. Atau meletuskan kepala Andra dengan pisau di hadapannya dan memandikan Dipta dengan saus saus di meja.
"Idiiih tua juga belagu" Gumam Mehreen, dan Dipta masih mampu mendengarnya.
Sungguh Dipta harus menahan geli yang memenuhi perutnya, kelakuan Mehreen benar benar membuatnya terhibur.
"Permisi ya, saya ke toilet sebentar" Mehreen bangkit beranjak setelah sekilas mengecup pipi suaminya.
Itu Mehreen sengaja kan ya, berharap saja suaminya luluh dan tak lagi berniat menjualnya.
"Jangan kabur ya" Ujar Andra, ia merasa senang menggoda Istri keponakannya.
Ah iya Andra adalah paman Dipta, ia dan Dipta berkerjasama untuk memgerjai Mehreen.
"Thank you om, sudah bantu Dipta" Ucap Dipta, Andra menggeleng heran dengan kelakuan pasangan pengantin baru ini.
"Dipta Dipta kamu ada ada aja, punya istri cantik koq malah di jual" seloroh Andra, mereka tertawa konyol.
"Kamu masih belum sembuh?" Tanya Andra, Dipta menggeleng.
"Pancing terus biar cepat sembuh, cantik gitu loh. Om juga mau" Sudah dapat di pastikan Dipta mendelik dengan ucapan pamannya.
"HAHAHA" Andra malah menertawakan Dipta yang tampak sangat tak terima.
Sedang dikamar mandi Mehreen masih uring uringan, merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa memikirkan cara untuk kabur.
"Ah... Sial, bodyguard dimana mana" Gerutunya, tak perduli dengan penghuni toilet yang lain. Makhluk halus, makhluk kasar, mungkin!
Dua bodyguard menunggunya di depan toilet, pengguna toilet lain tampak tak nyaman. Bahkan seorang ibu ibu ada yang menyiram mereka dengan air yang sudah bercampur sabun. Rajin ya ini si ibu ibu. Kreatif.
"Nona Mehreen, tolong lebih cepat, sedang di tunggu" Teriak seorang bodyguard.
Percayalah Mehreen semakin kesal dengan teriakan bodyguard itu, seorang ibu sebagai tersangka penyiraman menatapnya dari bawah ke atas.
"Mbak, itu temuin aja lah. Saya mau pipis malu nih" Ujar ibu ibu itu, karena tak ada orang lain selain mereka. Mehreen hanya tersenyum imut.
Ia tak akan menjawab, masih sangat ingat kekuatan emak emak. Ditambah ini bertubuh gempal dengan gayung di tangannya.
Masih berpikir panjang agar tak jadi rendang.
"Maaf Bu, permisi" Sopan Mehreen.
"Cocok seh jadi ratu juga" gumam ibu ibu itu lalu masuk ke dalam bilik toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments