Mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang mewah bin megah, sebenarnya itu biasa saja untuk Mehreen. Sedari kecil ia terbiasa hidup di rumah yang mewah dengan fasilitas kelas wahid.
"Keluar!" Titah Dipta, seorang sudah membukakan pintu untuknya dan Mehreen.
Mehreen tampak melihat Sava yang juga turun dari sebuah mobil di belakang mereka.
Mehreen mencoba membalas senyuman Sava, gadis itu tahu jika Sava berusaha untuk menenangkan dan menguatkannya.
"Seret dia jika tak kunjung masuk" Suara tegas itu kembali memenuhi gendang telinga Mehreen.
Setelah menghentakkan kakinya, akhirnya Mehreen mengikuti langkah panjang pria bernama Dipta itu.
'woooww' dalam hati Mehreen tak memungkiri keindahan isi dalam rumah itu. Ia bahkan lupa untuk menutup mulutnya yang menganga takjub.
"Bisma kalah telak" lirihnya. Dipta masih bisa mendengar gumaman Mehreen.
"Boleh aku bertemu eyang Indra?" Tanya Mehreen sesaat setelah melihat foto berukuran besar di ruang utama.
Dipta tersenyum "Tentu boleh, Saat aku sudah puas menikmati tubuhmu" menampilkan wajah dingin dan itu sangat mengesalkan dimata Mehreen. Sok iye!
"Permisi tuan, boleh saya bawa nona?" Mehreen semakin bingung, siapa wanita yang dandanannya sangat pas itu, bahkan ingin membawanya pergi. Pergi kemana?
"Jangan buat saya malu" Titah Dipta arogan.
"Hey..." Mehreen menunjuk Dipta dengan telunjuknya.
Dua jam sudah berlalu, Mehreen sudah keluar dari ruangan itu. Tampak Sava sangat cantik dengan gaun pestanya, Mehreen mengenakan gaun pengantin berwarna cream.
Dipta tersenyum smirk melihat kedatangan Mehreen, ada Bisma juga di sana. Sava diizinkan mendekati Mehreen.
"Lo cantik banget Reen..." jujur Sava mencoba tersenyum.
"Senyum lo maksa Va" Sarkas Mehreen.
"Kaya pernikahan gue. PAKSA" Imbuh Mehreen menatap nyalang semua yang hadir disana.
"Sorry gue ga bisa bantu lo kabur" Lirih Sava. Mehreen mengusap lembut punggung tangan Sava.
"Terlalu beresiko Va, kita gak boleh mati muda" cicit Mehreen. Kedua gadis itu tertawa konyol, seolah bahagia dari pandangan orang.
Mereka menertawakan nasib yang memaksanya dan menghinanya.
'Munafik' batin Dipta. Bisma tersenyum bangga melihat putrinya yang luar biasa mempesona. Namun egonya lebih tinggi dari nalurinya.
**
Sah
Kata "Sah" yang menggema sesaat setelah ijab kabul itu terucap.
Mehreen memandang papanya penuh dendam, memandang Dipta dengan kebencian. Tatapan tajam yang mematikan!
Gadis cantik dengan balutan gaun pengantin yang menjuntai, berdiri serasi dengan Chandra Dipta Indrayana. Ia mengangkat wajahnya angkuh, tak ingin orang lain melihat kerapuhannya.
Disaat tatapan kagum tertuju padanya, Mehreen semakin merasa sakit menggigit hatinya.
'Ah sial mereka gak bisa lihat gue tertekan apa?' batinnya kesal.
"Akan semakin tertekan ketika kita hanya berdua dalam kamar" Bisik Dipta, datar tanpa ekspresi. Cenayang gadungan.
Mehreen menggandeng lengan Dipta dengan kedua tangan, wah tampak romantis.
Mehreen mencubit perut Dipta kuat, Dipta meringis menahan perih bercampur panas. Gadis yang kini menjadi istrinya menyeringai, senyumnya tampak mengejek.
Dipta tersenyum manis penuh totalitas, menatap Mehreen penuh cinta, pura pura. Mel*mat bibir Mehreen di depan para tamu undangan. Mehreen segera mendorong dada Dipta, tetapi Dipta menahan tengkuknya.
"Br*ngs*k" dada Mehreen bergemuruh menahan marah. Menatap tajam Dipta yang memberinya senyuman manis, seraya mengusap lembut bibir Mehreen, seolah sangat menikmati ciuman mereka.
**
Di dalam kamar pengantin yang luas, bertabur bunga mawar beserta sekutunya. Dekor yang indah semakin membuat Mehreen kesal, marah dan ingin membakar kamar beserta pemiliknya, Dipta.
CEKLEK
Seorang pria yang masih mengenakan tuxedo putih melangkah masuk dengan angkuhnya.
Dipta mendekat dan semakin mendekat ke arah istrinya, wajah datar tanpa ekspresi. Sorot mata tajam yang penuh dendam, tampak jelas di mata Mehreen.
"Gue punya salah apa sama lo?" Tanya Mehreen bersidekap dada. Dipta masih bergeming dengan sombongnya. Sial!!
GLEK
Mehreen menelan salivanya, Dipta dengan jelas di depan matanya meminum obat p*rangs*ng.
Jantung Mehreen berdebar kuat, ada rasa takut yang teramat menyiksa, Namun tak dapat bersembunyi.
Perlahan Dipta melepas satu persatu kain yang membalut tubuhnya, hingga dada bidangnya terpampang nyata di depan Mehreen.
"Dasar sinting" Sarkas Mehreen meninggalkan suaminya yang masih memasang wajah datarnya.
Mehreen memasuki kamar mandi, ia segera mengganti gaunnya. Tak perduli, akan ia robek jika sulit untuk di buka.
Tanpa Mehreen sadari kunci kamar mandi tidaklah benar benar berfungsi.
Dipta berdiri bersidekap dada, matanya terus mengamati istrinya tengah melepas gaun pengantinnya.
Matanya membulat kala gaun itu terjatuh dan menampakkan visual lekuk tubuh Mehreen yang memanjakan penglihatannya.
HAP
"AUUWWW!!" Pekik Mehreen, Dipta menggendongnya ala bridal style.
DEG DEG DEG
Jantung Mehreen seperti gajah mengamuk tak tentu arah. Dipta membawanya ke bathtub, kemudian mengisi dengan air panas.
Sulit untuk Mehreen berontak, Laki laki itu memandangnya dengan seringai tipis. Tubuh yang hanya tertutup pakaian dalam membuatnya sangat risih di lucuti oleh tatapan laki laki yang halal atas dirinya.
Sulit untuknya berpikir, segera ia mengambil sabun aromaterapi, menuangkan banyak ke dalam bathtub, berharap busa sabun akan menutupi tubuhnya.
"Sok perawan!" cibir Dipta. Mehreen mendelik mendengar ucapan suaminya.
Dengan santainya ia kembali memejamkan mata seolah olah menikmati acara berendamnya, padahal di otaknya belum menemukan cara agar bisa terlepas dari suami sintingnya.
Tubuh Mehreen meremang, Dipta sudah turut masuk dalam satu bathtub dengannya. Bahkan boxer yang tadi menutupi bagian bawah tubuhnya sudah tergeletak di lantai.
"Eh... Lo mau ngapain?" Panik gak? Panik gak? iya panik lah. Mehreen tak bisa menegakkan lagi tubuhnya, Ia sudah berada di bawah kungkungan tubuh atletis Dipta.
"Dasar Sin... eummmphh!" Dipta sudah m*lum*t bibir ranum Mehreen, menggigit bibir bawah gadis itu sedikit kasar.
'Ah sial' batin Mehreen.
Otak dan hatinya sungguh menolak Dipta si sinting, tapi tubuhnya semakin menikmati aksi Dipta. Asli memalukan, sumpah!
Dengan tubuh polos, Dipta membawa Mehreen ke ranjang pengantin mereka.
Satu jam lebih Dipta menj*mah tubuh Mehreen, secara tiba tiba ia menghentikan kegiatan mereka.
"Gak menarik!!" ujarnya dengan nada sadis. Lalu bangkit menuju kamar mandi, Mehreen masih melongo dengan rasa yang sulit ia artikan.
"Lo imp*ten! bukan karena gue gak menarik" ucapan Mehreen menghentikan langkah Dipta, Tatapan nyalang Mehreen semakin membuat laki laki itu kesal.
Mehreen masuk ke dalam selimut dengan tubuh polosnya, "Br*ngs*k" umpatnya. melihat tubuhnya dari dalam selimut, semua merah bekas gigitan drakula.
Mehreen menyeringai, memikirkan hal yang akan ia lakukan pada Dipta, satu sisi ia bersyukur keper*wanannya masih terjaga sampai saat ini.
Ternyata laki laki itu tidak men*gang sama sekali, "BUAHAHAHA" puas Mehreen menertawakan wajah Dipta yang frustasi sesaat setelah menghentikan kegiatannya.
"Tum*pul" Sarkas Mehreen, melenggang menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya, setelah Dipta baru keluar telah rapi dengan kaos dan celana selututnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments