Masuk

Dipta memutuskan ke ruang kerjanya, wajahnya merah padam menahan kesal pada dirinya dan juga pada Mehreen.

"Argggghhhh" mengacak rambutnya, meningkat kadar gantengnya saat rambutnya berantakan.

Segera ia mengambil ponselnya, mencari nomor yang akan ia hubungi.

"Halo dok" ucap Dipta.

"... "

"Saya gak bisa masih juga sama" Dipta menunduk dengan ponsel di telinga.

"... "

"Saya tidak mau tahu!" Dengan nada yang mulai meninggi.

tuuuuut

Dipta mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu, mengalihkan perhatian Dipta.

CEKLEK

Pintu itu terbuka sebelum Dipta mempersilakan masuk.

Laki laki itu menghela nafas kasar, rambut yang acak acakan membuat ketawa seorang gadis pecah seketika.

"BUAHAHAAA" siapa lagi kalau bukan Mehreen.

"Buset rambut lo kenapa?" Tanya Mehreen dengan terus mendekat, bahkan kini duduk di pinggir meja kerja Dipta.

Mehreen sama sekali tak perduli, tatapan tajam Dipta tak membuatnya gentar.

Kini Mehreen kembali melangkah lebih dekat, duduk di tepi kursi Dipta. Dipta mengepalkan tangan geram.

Tangan kirinya bergelayut di bahu kekar Dipta, Jujur Mehreen sangat bingung. Tubuh laki laki ini sangat atletis, bahkan Mehreen sempat tergoda, ah sayangnya jun**rnya sama sekali tidak men*gang.

"Mau aku bantu?" Tanya Mehreen lembut. Tangan Dipta ia letakkan di atas p*ha mulusnya yang hanya tertutup celana super pendek.

"Minggir! Aku gak tertarik" Ketus Dipta. Mehreen menyeringai, membuka kancing atas kemeja oversize nya. Menampakkan kedua aset berharga yang tak tertutup b*a.

"Kamu bisa kembali ke kamar, aku banyak kerjaan" Dipta hendak berdiri namun Mehreen malah duduk di pangkuannya.

Mehreen tersenyum, membuat Dipta semakin kesal. Menarik tengkuk Mehreen lalu m*lum*t bibir ranum itu rakus.

"sayang sekali kita hanya bisa bermain atas" Nada Mehreen lembut namun penuh ejekan.

Dengan kurang ajarnya Mehreen meny*sap cuping telinga Dipta, menghembuskan nafas lembut di leher laki laki itu. Harumnya.

CEKLEK

Seorang pria masuk tanpa mengetuk pintu, Dipta langsung menaikan kemeja Mehreen yang sudah turun, hingga menampakkan punggung putihnya.

Berbanding terbalik dengan Mehreen yang dengan sengaja menambah l*matan l*matan nya di leher suami imp*tennya.

'Gak bisa gesrek kan lo' batin Mehreen mengejek.

'ma maaf' pria itu kembali keluar menutup pintu dengan keras. Adegan live yang tadi ia saksikan, tak baik untuk kesehatan jantung dan otaknya. Ah jun*or!

"Gadis gila!" Sarkas Dipta.

Mehreen menyeringai tipis, turun dari pangkuan suaminya. Membenarkan satu kancing kemejanya, membiarkan bahunya terekspos. Bahkan dengan berani ia telah mengangkat rambutnya tinggi.

Santai ia berjalan menuju pintu keluar, dengan tubuh yang penuh noda merah drakula.

"Auuwww" pekik Mehreen sebelum benar benar pergi meninggalkan ruang kerja Dipta.

Dipta menarik lengannya kasar, kemudian menoyor kening Mehreen pelan.

"Kalau jadi gadis yang mahal dikit!" Lagi lagi Mehreen mendengar hinaan Dipta, walau sebenarnya ia sedang menghina suaminya dengan polahnya yang absurd.

"Kenapa?" Lembut Mehreen menantang.

"Gue hanya ingin..." Ucapan Mehreen menggantung, semakin menempelkan tubuhnya ke tubuh suaminya.

"Membuat laki laki di depan itu, berdiri tegak. Lo yang gak ngaruh sama tubuh gue, atau... lo yang gak normal" Segera Mehreen membalikkan badannya, namun langkahnya benar benar terhenti.

"Thomas, jauh jauh dari ruang kerja dan suruh yang lain jauh jauh dari kamar. SEKARANG!" Titah Dipta pada asistennya.

'Wooow! Laki laki ajaib. Sayang ngantuk' batinnya, tanpa sadar ia terkekeh akan pikirannya sendiri.

Lima menit dari perintah, Dipta menarik Mehreen keluar dan membawa istrinya ke kamar.

Dengan kasar Dipta mendorong tubuh Mehreen ke kasur. Sialnya, gadis itu malah tidur terlentang, sengaja memancing Dipta.

"Ayo buat perjanjian" ucap Mehreen serius.

Lihat, Dipta melayangkan tatapan tajamnya.

"Kalo lo ga bisa men*gang dalam waktu sebulan ini, ceraikan gue dan jangan ganggu hidup gue" ujar Mehreen.

"Terus kalau sebelum sebulan aku bisa nid*rin kamu?" Tantang Dipta tak kalah sengit.

"Terserah.. lo minta apa?" Mehreen santai.

"Apa aja? kamu yakin?" Dipta meyakinkan.

"Hemm" anggukan Mehreen.

"Siap siap aku jual jadi p*lac*r" Tegas Dipta.

"Hitung hitung buat ganti rugi uang yang aku bayarkan" Dipta mengungkung Mehreen yang terkejut akan ucapannya.

Mehreen malah mengalungkan kedua tangannya di leher Dipta, tersenyum kecil memandang Dipta.

"Gue udah di jual sama bokap gue, terus bedanya apa?" Tanya Mehreen sangat drama.

Percayalah banyak rasa sakit yang menggerogoti hati sok kuat Mehreen.

"Saya tidak perduli" Sadis jawaban Dipta.

Mehreen terkekeh, kembali menarik tengkuk Dipta. ******* bibir suaminya dengan lembut, tangannya sudah ******* ***** rambut Dipta.

DEG

Ada perasaan yang terus menuntut dalam hati laki laki itu, sialnya jun**rnya memang tidak bisa men*gang. Br*ngs*k!!

Dipta beranjak dari tubuh Mehreen, tubuh atletisnya terpampang nyata di hadapan gadis itu.

Sialnya Mehreen malah terkekeh, wajah Dipta yang merah padam, dan itu sangat lucu.

"Sudah panas malah... hemm" Ujar Mehreen, ia tak habis pikir dengan kelainan suaminya itu.

'Baguslah!' batinnya.

**

Pagi ini Mehreen turun menuju meja makan, sudah ada suami tampannya.

"Tumben pakai baju santai" Lirih Mehreen melirik Dipta.

Pagi ini Dipta mengenakan kaos, celana jeans selutut, kaca mata hitam yang masih nyelip di kerah kaosnya.

Dipta menatap tajam Mehreen, istrinya mengenakan dress diatas lutut. Bahunya terekspos, dan belahan dadanya yang sedikit terbuka.

Eh bukan Mehreen jika tak bisa memancing emosi Dipta, bahkan saat ia duduk pun paha mulusnya sangat terksepos.

"Ganti bajumu!!! " Titah Dipta,,

"Ogah, capek!!" Tolak Mehreen, mengolesi roti dengan selai kacang kesukaannya.

"Mau aku seret??" Tatapan tajam mengintimidasi Dipta, Mehreen mencebikkan bibirnya. Uuuh sexy!!

Mehreen dengan santainya makan, sedang Dipta kepanasan dengan pemandangan di depannya.

"Tomas, perintahkan para pengawal laki laki dan pekerja laki laki keluar dari rumah ini!" Titah Dipta pada akhirnya.

"Posesif banget seh?" Cibir Mehreen, masih mengunyah rotinya.

Dipta menyeret istrinya untuk naik ke kamar mereka, Mehreen mengikuti patuh. Lelah sekali berdebat terus, menghentakkan tangan Dipta kala mereka telah berada di dalam kamar.

"Bisa gak?" tanya Dipta.

"Gak bisa" Sarkas Mehreen menantang.

"Pantas kamu memakai baju kurang bahan?" Sinis Dipta, menunjuk pada pakaian Mehreen.

Mehreen mendekat bahkan dadanya menempel pada tubuh suaminya.

"Kenapa?" lembut Mehreen, mengalungkan kedua tangannya pada leher Dipta.

"Apa di antara pengawalmu, ada yang bisa menggantikanmu mem*askanku??" tanya Mehreen kemudain, tersenyum sinis.

Lihat Dipta yang wajahnya merah padam, menahan emosi pada istri cantiknya. "Mur*han!!" Ujar Dipta meninggalkan Mehreen.

**

Dipta masih duduk di ruang keluarga, matanya di buat tercengang, senyum tipisnya terukir. Mehreen datang dengan baju yang lebih pantas di pandang.

Celana jeans panjang, dan kaos di lapisi jaket, sneakers putih sudah menunjukkan Mehreen sebenarnya.

Mehreen melewati Dipta, tanpa melihat suaminya. Ia berjalan keluar pintu, Dipta hanya tersenyum penuh kemenangan.

Tak seberapa lama kepergian perempuan itu, ia sudah kembali masuk. Bahkan kini tengah berdiri di depan suaminya dengan wajah kesal.

Tangan yang bersidekap dada, kini mulai menarik pergelangan tangan Dipta.

"Gue tuh cuma pengen keluar, kalo bisa sih kabur"

"Kenapa seh sulit banget keluar dari sini"

Gerutu Mehreen kesal sambil terus menarik tangan Dipta, ke gerbang depan.

"Gue tuh bosen, pengen jalan jalan" Cicit Mehreen sesaat setelah melepaskan tangan suaminya.

Tak ada jawaban, Kini gantian Dipta yang menyeret istri durhakanya masuk dalam mobil "masuk".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!