Part 4

Di sinilah Maira saat ini, menatap baru nisan yang berada tepat di hadapannya dengan tatapan kosong, dia masih bingung dengan apa yang terjadi sehingga untuk menunjukkan ekspresinya dia juga tidak tahu harus bagaimana.

Satu persatu para tetangga yang ikut mengantarkan ibunya ke tempat peristirahatannya yang terakhir berpamitan pulang, tidak aneh memang jika banyak para tetangga yang menyayangi Maira dan bu Ratna karena memang Maira dan bu Ratna adalah sosok yang sangat baik dan ramah di mata mereka belum lagi banyak yang merasa iba dengan nasib Maira yang sama sekali tidak mempunyai siapapun saat ini.

Tinggallah Maira yang bertemankan nyonya Dewi dan seorang pria tampan yang tidak lain adalah Dewantara pira bahkan sama sekali tidak pernah di lihat dengan jelas oleh Maira dan tentu saja tidak dia ketahui namanya sama sekali dan Maira juga tidak merasa penasaran dengan kehadiran pria tersebut di sana.

Maira masih terbayang akan perdebatannya bersama sang ibu untuk yang pertama dan terakhir kalinya tadi malam, perdebatan yang seharusnya dia hindari jika dia tahu tadi malam adalah malam terakhir dia berbincang-bincang dengan ibunya. Ingin sekali dia mengulang waktu dan mengisi malam terakhirnya bersama sang ibu dengan kenangan manis yang tak terlupakan baginya.

"Maira, ayo nak kita pulang". Ucapan nyonya Dewi tersebut cukup membuat Maira terkejut pasalnya dia sedang melamun.

Maira melihat kearah nyonya Dewi dan tersenyum. "Tante pulang saja dulu karena Maira masih ingin di sini berdua saja dengan ibu". Jawabnya lirih.

"Baiklah kalau begitu tante tunggu di mobil ya nak, biar kami yang mengantarkan kamu pulang". Ujar nyonya Dewi lagi dan Maira hanya menganggukkan kepalanya.

Nyonya Dewi dan pria yang selalu berdiri di samping nyonya Dewi tersebut akhirnya meninggalkan Maira bersama pusara sang ibu, mereka tetap tidak akan meninggalkan Maira begitu saja namun nyonya Dewi mengerti jika Maira butuh waktu untuk bersama sang ibu untuk yang terakhir kalinya sehingga dia memberi ruang bagi gadis itu.

Maira mendekati pusara bu Ratna, bersimpuh di sana dan menangis sejadi-jadinya. Menangisi berapa tidak adiknya takdir ketika mengambil orang dan satu-satunya harta yang dia miliki di dunia ini padahal selama ini dia selalu bersikap baik dan tidak pernah menuntut apapun dalam kehidupannya melainkan hanya kesehatan sangat ibu saja agar mereka tetap bisa bersama-sama selamanya.

"Apa ini bu, kenapa harus seperti ini?". Tanya Maira setelah puas dia menangis.

"Bu tidak bisakah ibu mengajak Maira kemanapun ibu pergi karena tidak ada alasan lagi Maira berada disini". Ujarnya lagi sambil terisak.

Maira bingung harus di mulai dari mana kehidupannya setelah kepergian sang ibu karena selama ini dia hanya hidup berdua dengan ibunya tanpa punya sanak saudara satu orangpun di dunia ini. Sebenarnya Maira punya sahabat yang sudah menganggap Maira sebagai saudaranya sendiri, dia adalah Shinta yang sejak kecil sudah menjadi satu-satunya sahabat baik Maira.

Namun sayangnya Shinta juga saat ini berada jauh darinya karena gadis itu sedang menempuh studi perguruan tingginya di luar kota tempat dimana orang tuanya bertugas. Sejak saat itu pula hubungan Maira dan Shinta merenggang karena Shinta yang tidak kunjung menghubungi Maira sedangkan jika Maira menghubungi sahabatnya itu, ponselnya tidak pernah aktif.

Maira memang hanya punya satu teman saja sejak dulu karena bu Ratna selalu menyekolahkannya di sekolah orang-orang yang elit jadi kebanyakan dari teman-teman Maira tidak ada yang mau berteman dengannya yang hanya seorang anak yatim dan ibunya adalah pemilik warung kecil.

Sungguh miris memang kehidupan yang Maira jalani sejak kecil namun bagi gadis itu semua itu bukanlah masalah asalkan ada sang ibu yang selalu setia menemaninya tapi sekarang ibunya juga sudah tiada sehingga Maira tidak tahu harus berbuat apalagi.

Setelah lama berbincang-bincang dengan pusara sang ibu Maira memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena hari juga sudah mulai gelap, Maira sangat terkejut karena di parkiran dia melihat jika nyonya Dewi dan pemuda tadi masih menunggunya di sana padahal Maira cukup lama berada di pusara ibunya tadi.

"Tante masih disini?". Tanya Maira tidak enak hati karena membuat nyonya Dewi sampai menunggunya begitu lama.

"Kamu sudah siap, ayo sekarang kita pulang". Ujar nyonya Dewi.

Tanpa mau berdebat lagi Maira langsung menyetujui ajakan nyonya Dewi karena dia sudah merasa tidak enak hati sudah merepotkan orang sebaik nyonya Dewi hanya untuk mengantarkannya pulang dia rela menunggu Maira hingga berjam-jam lamanya.

"Terimakasih tante sudah mengantarkan Maira pulang". Ujar Maira ketika mobil yang dia tumpangi berhenti tepat di depan rumah sederhana miliknya.

"Sama-sama sayang, ayo". Ajak Nyonya Dewi kemudian langsung turun dari mobil bersama Maira dan menuntun gadis itu untuk masuk ke rumah.

"Tante Maira bisa masuk sendiri, ini sudah malam sebaiknya tante pulang saja karena tante pasti lelah seharian menemani Maira dan butuh istirahat". Kata Maira dia merasa tak enak hati karena melihat nyonya Dewi sangat perhatian kepada sampai mau mengantarkannya masuk ke rumah.

"Maira, tante tidak akan pulang tante akan bermalam di sini untuk menemani kamu". Jawab nyonya Dewi lembut.

"Ta-tapi tante, tante tidak perlu repot-repot, Maira tidak apa walaupun tidur sendiri apalagi ada tetangga yang selalu bisa Maira panggil jika ada apa-apa". Maira semakin tidak enak hati ketika mengetahui jika wanita paruh baya yang kaya raya itu akan bermalam di rumah sederhananya itu.

"Tidak apa-apa nak, tante tetap akan menemani kamu malam ini, lihat itu tante juga sudah membawa pakaian ganti". Tunjuk nyonya Dewi kearah putranya yang sedang menurunkan tas berisikan pakaian ibunya dari dalam mobil.

"Terimakasih sayang, kamu sudah boleh pulang karena mama akan bermalam di sini untuk menemani Maira". Ujar nyonya Dewi kemudian kepada pria yang sejak tadi tidak Maira ketahui siapa namun dari cara nyonya Dewi berinteraksi dengan pria tersebut maka Maira dapat menyimpulkan jika pri tersebut adalah putra nyonya Dewi.

"Oke, Dewa pulang dulu ma". Jawab pria itu singkat dia bahkan tidak melirik kearah Maira sedikitpun.

Dari cara pria bernama Dewa itu menjawab ucapan ibunya Maira dapat melihat betapa angkuh dan arogannya pria itu dan jika apa yang di katakan ibunya tentang perjodohannya dengan putra nyonya Dewi maka Maira tidak bisa membayangkan jika harus menjadi istri dari pria seperti Dewa, Maira sangat berharap jika perjodohan itu hanya ilusi belaka.

Namun jika di lihat dari gelagat nyonya Dewi yang sangat baik dan perhatian kepadanya maka perjodohan tersebut sepertinya tidak dapat terelakkan, cara satu-satunya agar perjodohan itu tidak terjadi adalah jika pria bernama Dewa itu menolaknya karena jika Maira mungkin tidak akan kuasa menolaknya apalagi karena berdebat perihal perjodohan itulah dia kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.

"Bu, kenapa Maira harus menikah jika Maira bisa hidup sendiri di rumah sederhana kita ini". Batin Maira dengan air mata yang menetes di pipinya.

...----------------...

Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!