“Brian, akhirnya kamu datang, nak.” Ucap Tuan Keenan dengan suara lemahnya. Brian langsung merajuk dan memeluk Papanya. Brian menangis sejadinya dalam pelukan Papanya.
“Tenang Brian, Papa baik-baik saja. Kamu pasti mengkhawatirkan Papa. Anak bungsu Papa ini memang sangat manis.”
“Hiks… hiks… hiks… Pah, bukan masalah khawatir tapi aku tidak mau menjadi miskin, Pah. Semua teman dan pacar-pacarku menghilang. Aku tidak sanggup melewati kemiskinan ini.”
Sontak, ucapan Brian membuat Tuan Keenan mengernyitkan keningnya. Bahkan saudara-saudaranya hanya bisa mendecih dan menggelengkan kepala mendengar apa yang Brian ucapkan. Tuan Keenan kecewa karena putra bungsunya itu masih belum bisa menerima kenyataan. Tuan Keenan lalu melepaskan pelukan Brian namun Brian enggan melepasnya dan justru semakin erat memeluk Tuan Keenan.
“Pah, bagaimana Papa bisa ceroboh? Kita ini konglomerat, masa iya bisa bangkrut. Papa ini gagal membahagiakan aku. Papa tidak kasihan apa kalau julukan ku sebagai rich Brian menjadi poor Brian. Aku tidak mau miskin.” Brian masih terus menangis dan merengek seperti seorang bocah.
“Lebih baik Papa mati saja daripada punya anak seperti kamu.” Ucap Tuan Keenan dengan nada kesal.
“Jangan mati lah, Pah! Papa harus sembuh dan sehat. Jangan mati! Nanti kalau Papa mati, kita tidak bisa kaya lagi.” Celoteh Brian yang seolah sama sekali tidak peduli dengan kondisi sang Ayah yang terbaling lemah diatas ranjang pesakitan.
“Oh, ya Tuhan, ampuni aku. Aku menyesal telah membesarkannya.” Tuan Keenan dengan sekuat tenaga melepaskan diri dari pelukan Brian. Nyonya Dira yang geram mendekati Brian dan menjewer telinga Brian.
“Kamu ini keterlaluan ya Brian. Sudah tahu Papa sakit, masih saja memikirkan julukan omong kosong itu. Kamu sudah dewasa dan belajar cari uang sendiri.”
“Mom, sakit Mom.” Rintih Brian sambil berusaha menurunkan tangan Mamanya dari telinganya. Namun Nyonya Dira justru semakin kuat menjewer telinga Brian.
“Mom, lepas! Telingaku bisa putus. Bukan hanya miskin tapi aku nanti jadi cacat.” Rengeknya yang masih terisak sejak tadi. Akhirnya Nyonya Dira melepaskan tangannya. Telinga Brian pun memerah.
“Mama ini kejam sekali.”
“Kamu juga kejam! Sama sekali tidak berempati dengan keadaan. Lihat Hyung mu itu? Wajahnya sangat lelah. Noona juga lihat itu.” Kesal Nyonya Dira sambil menunjuk putra kedua dan putri ketiganya.
“Dan noona Queen juga sibuk mengurus masalah di London bersama suaminya, Kak Raja. Jadi tolong kamu bersikap dewasa sedikit saja, Brian. Kamu bukan anak kecil lagi. Sekarang kita semua harus kerja keras. Kamu juga harus bekerja.” Sambung Nyonya Dira dengan suara meninggi.
“Bekerja Mom? Kerja apa? Terus bagaimana kuliah ku?” kini wajah Brian beringsuk kusut.
“Kamu akan tetap kuliah tapi kamu harus kerja part time. Papa dan Mama sudah mengurus tempat tinggal mu. Kamu nanti akan bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Belajar mandiri!” ucap Nyonya Dira penuh dengan penekanan.
Brian mendengus kesal. “Apa aku bisa Mom? Mau kerja apa coba? Reputasiku bisa turun.”
BUG! Nyonya Dira melayangkan tinju ke lengan Brian. Brian hanya bisa mengaduh dan merintih sakit.
“Brian, sudah saatnya kamu bisa mandiri. Tunjukkan kamu bisa sukses dan mengangkat derajat keluarga kita. Kita bukanlah konglomerat seperti yang kamu katakan. Aku pun memulai dari bawah. Setelah ini aku akan ke singapura bekerja di sana. Papa butuh biaya banyak untuk pengobatannya. Semua aset dibekukan dan para investor meminta ganti rugi. Banyak aset yang terjual untuk mengganti rugi. Karena kalau tidak, mereka akan membawanya ke jalur hukum. Apartemen pribadiku sudah ku jual juga. Kami masih menahan untuk tidak memberimu kabar mengenai ini semua. Karena aku dan Kak Queen masih mengusahakan kuliah mu di London tapi kali ini kami benar-benar sudah tidak sanggup, Brian. Mulai sekarang tanggung jawablah pada dirimu sendiri. Biar Papa dan Mama menjadi urusan ku dan Kak Queen.” Jelas Arsen panjang lebar pada adik bungsunya itu. Berharap si bungsu ini mengerti dan memahami kondisi keluarga saat ini.
"Berhentilah merengek bocah tengik! Aku muak melihat rengekanmu dan wajahmu itu." Sahut Belinda dengan sinis.
"Ish... Noona tidak mengerti perasaanku. Ini seperti mimpi! Aku ikut Noona dan Kak Arthur saja ya." Brian mencoba membujuk kakak perempuannya itu.
"No! Aku tidak mau merepotkan Arthur. Dia saja baru mengalami fase terburuk dengan gagalnya penjualan produknya." Tolak Belinda dengan tegas.
"Papa... Apa Om Darwin tidak bisa membantu kita? Atau Om Riko?" Brian masih berusaha mencari cara supaya reputasinya masih bisa terselamatkan.
“Dengarkan saja kata-kata Hyung dan Noona, jangan membantah dan banyak protes, Brian. Kamu ini laki-laki, masa iya cengeng dan pengecut. Ini urusan keluarga kita, untuk apa kita melibatkan orang lain. Papa menolak semua bantuan. Papa tetap ingin berdiri sendiri.” Sahut Tuan Keenan.
"Papa... Apa aku bisa?" rengek Brian sambil tertunduk lesu.
“Papa juga sudah berusaha tapi bagaimana lagi? Maafkan Papa karena harus membuatmu dan saudara-saudaramu kesusahan seperti ini.” Sambung Tuan Keenan dengan rasa bersalahnya. Brian hanya bisa terdiam dan terduduk lemas mendengarkan nasihat Kakak dan orang tuanya.
“Aku akan mengantarmu ke rumah kontrakan.” Sambung Arsen.
“Apa? Kontrakan? Lalu rumah kita yang seperti istana itu?”
“SOLD OUT!” Ucap Arsen penuh dengan penekanan.
“Bawa kopermu!” Perintah Arsen. Dengan berat hati Brian membawa kopernya.
“Sayang, setidaknya peluk Mama dulu. Setelah ini kami akan ke Singapura untuk pengobatan Papa.” Ucap Nyonya Dira dengan mata berkaca-kaca. Berat sekali meninggalkan putra bungsunya seorang diri. Brian kemudian memeluk Mamanya dengan sangat erat.
“Mam, apa aku bisa?” Brian kembali menangis.
“Harus bisa! Kamu putra Keenan Dirgantara. Semua putra dan putri Keenan Dirgantara adalah anak yang hebat. Jadilah anak yang mandiri, berhasil dan sukses, sayang. Tunjukkan pada dunia bahwa kamu hebat. Tepis semua pemberitaan buruk menjadi berita yang membanggakan. Mama yakin kamu pasti bisa.” Nyonya Dira kemudian melepaskan pelukannya. Tuan Keenan kemudian mengulurkan tangannya. Brian lalu mendekat dan kembali memeluk Papanya.
“Brian, jadilah kebanggaan Papa. Ingat, kamu laki-laki! Jangan cengeng hanya karena kamu tidak punya apa-apa. Dimana-mana laki-laki itu tugasnya berjuang untuk keluarganya. Kamu akan mengerti saat kamu benar-benar menemukan cinta sejati, Nak. Mereka yang menjauhimu karena kamu miskin, mereka semua tidak lah tulus. Mereka mau berteman dan dekat denganmu karena mereka tahu siapa kamu. Sekarang saatnya kamu mencari teman yang tulus.”
“Pah, apa aku bisa?”
“Harus bisa! Sudah Papa bilang jangan cengeng. Kamu nantinya akan menikah dan punya anak. Masa iya anak kamu mau kamu ajari menjadi pria yang lemah seperti ini, hah?”
“Ya tidak, Pah. Tapi ini seperti mimpi, Pah.”
“Ini kenyataan. Belajar menerima kenyataan Brian.” Tuan Keenan lalu melepaskan pelukannya.
“Ayo Brian!” ajak Arsen.
“Bantu aku, Hyung. Koperku banyak.” Ucap Brian dengan manja.
“Dasar laki-laki manja.” Gerutu Arsen. Meskipun kesal, tetap saja Arsen tidak tega kepada adik bungsunya itu.
Tuan Keenan dan Nyonya Dira hanya bisa menatap kepergian putra bungsunya. Sebagai orang tua tetap saja ada rasa tidak tega. Tapi ini semua demi kebaikan Brian.
#Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Siti fatimah Sifa
sepertinya ini semua hanya akal²an keluarga Brian saja yg bilang kalau perusahaan bangkrut dan segala macamnya hana untuk membuat Brian sadar dan meninggalkan kebiasaan buruknya selama di London
2023-01-29
1
soso
ini mksdnya dirombak lg ya Thor ceritanya, seingatku yg lg belajar hidup mandiri bella sm brian di ceritanya arsen
2023-01-17
0
Daroah339
bangkrut bohongn kan biar brian bisa hidup mandiri dan ga urakn lagi. ini ank² dira udah pda nikah ya tinggal brian dong yang blm
2023-01-16
0