CH-2 Menolak Kenyataan

Brian dengan amat sangat terpaksa segera pergi mandi. Di bawah guyuran shower, ia membayangkan kehidupannya nanti tanpa uang dan kekuasaan seperti apa.

"Akhhh... Aku tidak bisa membayangkan semua ini. Aku tidak mau miskin! Ah, Emmeli! Iya, Emmeli pasti masih mau menerimaku. Dia kan satu-satunya wanitaku yang paling setia. Dia juga pasti mau membantuku." Ucapnya dalam hati. Brian segera menyelesaikan ritual wajib di kamar mandi. Ia bergegas ganti baju sebelum sang Ibu mengajaknya pergi.

"Mah, aku mau menemui temanku dulu." Pamit Brian dengan tergesa-gesa.

"Siapa Brian?" tanya Nyonya Dira dengan sorot mata penuh selidik.

"Just a friend, Mom. Please... for the last time, Mom." Ucap Brian dengan tatapan memohon.

"Oke. Jangan lama-lama."

"Thank you, Mom."

Brian dengan semangat dan penuh harap pergi ke apartemen Emmeli. Saat pintu terbuka, Brian dibuat terpukau melihat Emmeli yang hanya mengenakan bikini yang begitu seksi.

"WoW! You are so sexy..." Brian langsung memeluk dan melu...mat bibir seksi Emmeli penuh dengan gairah. Emmeli pun membalasnya dan tak kalah liar. Kedua tangan Brian mere...mas bongkahan pantat Emmeli tanpa melepaskan pagutan keduanya. Hasrat Emmeli semakin di puncak, ia kemudian melepas satu persatu kancing meja Brian dan melepaskannya dengan kasar. Emmeli melepaskan pagutannya lalu mendorong tubuh Brian ke atas ranjang.

"Kamu harus menerima hukuman, Brian. Semalam kamu melupakan aku."

"Iam sorry, honey. Aku siap menerima hukuman darimu." Ucap Brian.

"Yah, aku sadar! Emmeli lah yang paling tulus. Dia tentu sudah mendengar berita tentangku tapi dia masih menyambut ku. " Ucap Brian dalam hati saat melihat sosok wanita dihadapannya, yang memiliki usia lima tahun lebih muda darinya.

"Kapan kamu menjadikan aku satu-satunya?"

"Detik ini, honey! Aku sudah berhenti dan hanya kamu." Ucap Brian dengan nafas naik turunnya. Emmeli tersenyum mendengar ucapan Brian. Emmeli mendengar desas-desus berita tentang Brian namun ia masih tidak percaya. Karena ia tahu bagaimana kaya-nya seorang Brian. Apalagi hari ini Brian mendatanginya.

"Pasti Brian sengaja membuat berita itu supaya tidak ada wanita yang mendekatinya lagi. Dan sekarang, akulah pemenangnya. Aku lah yang akan menjadi Nyonya Brian. Aku harus melayaninya." Ucap Emmeli dalam hati.

Emmeli dengan senyum smirk, merangkak naik ke atas tubuh Brian. Bahkan Emmeli dengan sadar melepaskan bra yang masih menutupi gunung kembarnya. Brian tersenyum lebar melihat gundukan kenyal itu. Kedua tangan Brian mulai menyentuh dan meraba lembut gundukan kenyal itu.

"Aku suka ekspresi polos mu ini. Sangat menggemaskan. Bagaimana bisa pria muda sepertimu sudah hebat dalam hal seperti ini?"

"Semua ini karena mu, Emmeli." Tanpa ragu, Brian langsung mere...masnya dengan lembut. Membuat Emmeli mende...sah nikmat sambi menggigit bibir bawahnya.

"Ouchhh...." desah Emmeli. Emmeli menurunkan tubuhnya, membantu Brian untuk menjangkau gunung kembar miliknya. Brian menghisapnya, menggigit ujungnya dan sesekali lidahnya berputar mengelilingi aerolanya. Brian tenggelam dalam hasratnya. Dirinya benar-benar telah terjerumus dalam pergaulan bebas dunia luar.

Setelah Emmeli memakaikan pelindung ke senjata Brian yang sudah sangat tenggang, Emmeli bersiap merangkak naik ke atas tubuh Brian. Namun tiba-tiba suara dering ponsel memecah momen memanas antara keduanya. Padahal keduanya sudah dalam posisi naked.

"Akhh sial!" Brian mengumpat.

"Tolong, ambilkan ponselku Emmeli." Pinta Brian. Emmeli mengangguk turun dari ranjang lalu mengambil ponsel Brian yang ada di atas nakas.

"My lovely Mom." Ucap Emmeli.

"Oh my god! Aku lupa! Mama ada di apartemenku."

"Jadwal kunjungan Mama kamu."

"Yes, honey."

"Baiklah, aku akan menerima panggilan dari Mama kamu. Aku ingin mengenalnya lebih dekat." Ucap Emmeli. Brian hanya mengangguk pasrah.

"Halo, Tante." Sapa Emmeli dengan nada suara yang lembut.

"Halo, ini siapa? Mana Brian?" tanya Nyonya Dira dengan nada kesal.

"Hai Tante, aku Emmeli. Aku teman dekat Brian. Dia sedang ke kamar mandi."

"Astaga! Putra bungsuku ini benar-benar membuatku darah tinggi." Gerutu Nyonya Dira dalam hati.

"Emmeli, tolong katakan pada Brian untuk segera kembali. Kami akan meninggalkan London."

"Ke-kenapa Tante?"

"Emmeli, Papa Brian sakit. Perusahaan collapse. Brian tidak bisa lagi kuliah disini apalagi tinggal disini."

"Apa? Collapse? Jadi, berita yang aku dengar benar?"

"Kamu bisa lihat beberapa cabang di London sudah pindah tangan ke investor. Jika kamu mengenal Brian, kamu pasti tahu itu." Ucap Nyonya Dira dengan suara terdengar sedih. Brian mencoba bangkit dan memeluk Emmeli dari belakang. Namun tiba-tiba Emmeli malah mendorong Brian dan menjauh dari Brian.

Brian mengangkat alisnya, tidak mengerti dengan penolakan Emmeli. Sementara Emmeli hanya memberi kode dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri. Karena ia ingin menggali semua informasi dari Mamanya Brian.

"Apakah itu benar Tante? Aku tidak menyangka jika semua ini akan terjadi."

"Ya, aku harap saat ini kamu bisa menguatkan dan menemani Brian di posisi terendahnya. Dia sangat butuh dukungan. Aku harap kamu tidak meninggalkannya. Dan cepat minta Brian kembali. Papanya juga sedang kritis."

"Baiklah, Tante. Aku turut prihatin atas semua ini, Tante. Aku akan meminta Brian untuk pulang. Aku tutup telponnya." Emmeli lalu mengakhiri panggilannya.

Emmeli dengan kesal melempar ponsel Brian di atas kasur. Ia lalu menyambar kimono berbahan sutra untuk menutupi kembali tubuhnya.

"Honey, kenapa kamu mendorongku?" tanya Brian seraya mendekat ke arah Emmeli.

"Shut up! You are disgusting!" ucap Emmeli dengan suara meninggi. Ia kemudian melemparkan semua pakaian Brian ke lantai.

"Cepat pakai bajumu dan pergi! GET OUT!"

"Why are you angry? Aku salah apa? Did my mom say something that hurt your feelings?" tanya Brian sambil memakai kembali pakaiannya.

"NO! Bukan karena ucapan Mama kamu tapi karena aku yang tidak siap miskin."

"Oh, jadi Mama sudah menceritakannya. "

"Iya. And I can't live poor. Moreover, having to accompany you with conditions like this. You think, I satisfy you is free? You are wrong!"

Brian mendecih. "Aku pikir kamu beda."

"Hhh... Kita sama-sama brengsek Brian. Tidak usah merasa paling tersakiti atau menderita. Sebaiknya cepat pergi! Masih banyak pria yang mau tidur denganku dan yang pasti menguntungkan juga untukku."

"****!" Ucap Brian seraya berlalu meninggalkan kamar Emmeli. Pantang bagi Brian untuk memohon dan mengemis pada seorang wanita. Sekalipun jatuh miskin, harga diri harus tetap di junjung tinggi.

"Awas saja, Emmeli! Berani-beraninya menolakku yang sedang on fire. Sial! Brengsek! Aku tidak mau miskin! I hate poor!" Brian merutuk dalam hati sambil mengacak rambutnya frustasi, selama dalam perjalanan menuju apartemen miliknya.

"Aku pastikan ini semua hanya mimpi. Dan akan aku beli lagi kekuasaanku." Gumamnya dengan penuh keyakinan.

#Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

bohongan x kalau bangkrut biar brian sadar diri gk meng hambur²kan uang .

2023-02-18

0

Penghayal Senja

Penghayal Senja

terima kenyataan brian

2023-02-03

0

Siti fatimah Sifa

Siti fatimah Sifa

sepertinya kedua orang tuanya Brian hanya membuat seolah² perusahaan bangkrut karena ingin melihat Brian menjadi orang yg lebih menghargai perjuangan dan kerja keras...

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!