##Beberapa bulan sebelumnya...
Saat itu Tuan Keenan tengah berada di ruang kerjanya. Tampak lembaran foto berserakan di atas meja. Wajahnya tampak terlihat kecewa dan lelah. Kedatangan Nyonya Dira yang membawa secangkir teh bahkan luput dari perhatiannya.
"Pah… " suara Nyonya Dira menyadarkan Tuan Keenan.
"Eh, Mah. Sudah sejak kapan disini?" Tuan Keenan merasa terkejut.
"Papa tidak dengar apa Mama masuk?"
"Maaf Mah, Papa sedang banyak pikiran."
"Papa kenapa?" tanya Nyonya Dira sambil meletakkan secangkir teh itu di atas meja.
"Lihatlah ini, Mah." Ucap Tuan Keenan sambil memberikan beberapa lembar foto tentang semua aktivitas Brian. Nyonya Dira menghela nafas kasar saat melihat foto-foto itu.
"Brian semakin susah dikendalikan, Mah." Ucap Tuan Keenan sambil menyesap secangkir teh yang telah disajikan oleh sang istri.
"Papa benar. Brian semakin meresahkan. Masa iya kerjaannya clubbing dan main wanita. Kita terlalu memanjakannya, Pah."
"Kita harus berbuat sesuatu, Mah. Kita tidak bisa membiarkan Brian seperti ini terus. Dia menghamburkan uang hanya untuk foya-foya. Amit-amit banget punya anak seperti dia, Mah."
"Itu juga hasil bibit kamu, Pah. Pasti Papa waktu muda juga bandel ya? Tuh, nurun ke si Brian."
"Nakalnya Papa masih wajar, Mah. Ini pengaruh kehidupan di luar negeri juga yang cenderung bebas. Tensi Papa selalu naik kalau memikirkan Brian disana."
"Meskipun Brian si bontot kesayangan Mama tapi kalau dia selalu berulah dan tidak berubah, Papa silahkan melakukan apa yang terbaik untuk Brian. Apalagi nanti Brian juga harus turun tangan membantu mengurus perusahaan. Paling tidak dia harus paham dan mengerti makna hidup, Pah. Jangan sampai Papa memberi dia posisi di perusahaan dengan dia yang sekarang, bisa-bisa makin runyam semuanya, Pah. Bisa-bisa dia makin senang foya-foya dan mengoleksi banyak wanita. Perusahaan bukan semakin maju, yang ada makin mundur. Iya kalau wanitanya benar, kalau modelan seperti Flora, habis semuanya, Pah."
"Apa yang Mama katakan benar. Papa juga sudah memikirkan rencananya. Tapi kita juga harus diskusi dengan Queen, Arsen dan Belinda juga. Kita harus kerja sama untuk membuat Brian berubah. Kita harus memberinya pelajaran."
"Mama setuju dan mendukung apapun keputusan Papa."
"Terima kasih ya, Mah."
"Sama-sama, Pah. Tapi apa rencana Papa?"
"Kita harus pura-pura bangkrut, Mah."
"Pah, kok serem sih. Amit-amit nanti kalau jadi kenyataan bagaimana?"
"Mah, kita melakukan semua ini demi kebaikan Brian. Kalau kita tidak seperti ini dan memaksa Brian hidup di jalanan, itu lebih kejam. Dan nanti dia pasti akan merecoki Kakak-kakaknya."
"Pah, lalu kuliah Brian bagaimana? Dan dia tinggal dimana, Pah? Tidak mungkin kan, kalau dia sampai tidur di jalanan?"
"Mama tenang saja. Mama ini terlalu mengkhawatirkannya. Dia sudah besar dan bukan anak kecil lagi, Mah. Papa akan tetap memberikannya tempat tinggal dan juga kendaraan. Tapi tentu saja bukan apartemen dan mobil ya, Mah. Yang petning dia tidak kehujanan dan jangan jalan kaki. Biarkan dia belajar menghidupi dirinya sendiri. Papa akan mengatur semuanya, Mama tinggal menjalankan peran saja. Yang jelas, jangan sampai Brian curiga. Papa benar-benar akan mengatur isu kebangkrutan perusahaan kita. Hanya dengan cara ini Brian bisa berubah, Mah. Biarkan kerasnya hidup mengajari Brian untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi."
"Baiklah, Pah. Mama mendukung keputusan Papa, meskipun sebenarnya di dalam hati Mama ada rasa tidak tega tapi kali ini Mama harus tega."
"Mama tenang saja, Papa juga tidak akan lepas tangan begitu saja. Papa tetap akan memantau Brian dari jauh. Papa akan meminta anak buah Papa untuk mengawasi, Brian. Pokoknya Mama tenang saja. Brian kesayangan Mama akan menjadi pria dewasa yang luar biasa."
"Brian kesayangan kita, Pah." Ucap Nyonya Dira sambil memeluk suaminya.
"Iya Mah, kesayangan kita semua. Semoga rencana kita berhasil ya. Kita melakukan semua ini untuk Brian. Ya... sekaligus supaya Brian mendapatkan wanita yang tulus tanpa memandang siapa dirinya yang sebenarnya."
"Iya Pah, kalau soal itu Mama sangat setuju. Semoga semuanya berjalan lancar, Pah. Dan Brian kita menjadi semakin manis. Kesayangan Mama siap-siap berjuang ya."
"Maafkan Papa ya, Mah. Kalau kesayangan Mama harus Papa hukum," ucap Tuan Keenan dengan tawa kecilnya.
"Iya Papa, tidak apa-apa. Dia tetap anak manis kesayangan Mama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Siti fatimah Sifa
tuuuhhh kan bener kalau Tuan Keenan hanya memberikan Brian pelajaran saja atas tingkahnya yg selalu menghambur²kan uang dan main wanita
2023-01-29
0
Daroah339
semoga brian berhasil ya ngelawtin ujian dari papah mamah nya
2023-01-16
0