‘Tok-tok-tok!’
Suara ketukan pada pintu kosanku tidak henti sedari tadi. Tubuhku masih terasa sakit dan ngilu. Membuatku terlalu malas untuk sekedar bangkit dari atas kasur dan membukakan pintu. Namun orang yang mengetuk semakin tidak sabar. Makin lama, suaranya terdengar seperti gedoran.
‘Dug-dug-dug’
“Rez! Woy! Lo di dalem, kan?” Ternyata itu suara Arya.
Aku pun bangkit dengan sekuat tenaga. Berjalan gontai untuk membukakan pintu.
Arya langsung menerobos masuk dengan wajah kesal bercampur cemas. Kulihat dia membawa bungkusan yang sepertinya berisi makanan.
“Heh, hampir aja gue nelepon pemadam kebakaran tau gak kalau lo gak buka pintu! Mana ditelepon gak diangkat.”
“Oh, hp gue di silent kayaknya. Lupa.”
“Haduh…” Rezky melangkah sembari memperhatikan seisi kamarku yang berantakan. “Mana ini kamar berantakan banget lagi! Lo kayaknya udah harus punya pacar deh.”
“Duh, omongan lo udah kayak nyokap gue!”
Arya pun duduk di kursi kerjaku, dan menaruh bungkusan yang dia bawa. Sementara aku duduk di atas kasur, dengan sangat hati-hati. “Nih, nasi padang kesukaan lo.”
Seketika aku langsung memandang Rezky dengan mata berbinar. “Selama ada elo,kayaknya gue gak butuh pacar."
“Najis lo! Males banget gue ngurusin elo.”
Aku pun langsung membuka bungkus nasi padang dan memakannya dengan lahap di atas kasur. Arya memandangku heran.
“Elo seriusan Rez jatoh dari lantai dua?”
Aku mengangguk.
“Ke atap rumah orang sampe nerobos ke dalem?
Aku kembali mengangguk. Dengan mulut dipenuhi nasi padang.
“Terus kok lo gak mati?”
“Mahimahuhahannahinanang.”
“Telen dulu telen!”
Aku menelan nasi yang kukunyah, lalu menyeruput air dari dalam gelas. “Masih mau makan nasi padang, gue.”
Kulihat Arya menghela napas, tidak puas mendengar jawabanku yang tidak serius. “Seriusan, gimana ceritanya lo bisa jatoh, terus bisa selamat?”
Aku berpikir sejenak, mengingat percakapanku kemarin dengan si lelaki setengah bule. Sesaat sebelum dia pergi, dia sempat menyuruhku untuk melupakan semua hal yang kulihat. Meski sebenarnya itu mustahil. Siapa yang bisa melupakan kejadian seekstrim itu? Jatuh dari lantai dua, menerobos ke atap rumah, sampai terjatuh ke tengah penggerebekan bandar narkoba! Cuma amnesia yang bisa membuatku lupa.
Si setengah bule bilang, paling tidak aku merahasiakannya dari semua orang, termasuk orang terdekatku sekalipun. Kalau saja aku melanggar, si setengah bule sendiri yang akan mencariku dan dia bilang akan membuatku terjatuh lagi ke atap rumah. Dan memastikan aku tidak akan selamat untuk kedua kalinya. Dengan kata lain, dia akan membunuhku!!!
Aku jadi merinding mengingat si setengah bule yang mengancamku dengan wajah ramah yang dipenuhi senyuman. Meski begitu, auranya cukup membuatku tertekan. Aku pun sudah berjanji akan merahasiakan semuanya.
“Lagi mau ambil jemuran yang jatoh. Terus ya gitu, gue juga kayak gak bisa inget. Tiba-tiba udah di dalam rumah kosong. Untungnya gue jatoh ke atas sofa,” jawabku pada Arya.
“Wah, gila sih, lo mujur banget. Tapi syukur lah lo gak kenapa-napa.”
“Iya. Gak perlu keluarin biaya rumah sakit. BPJS aja gue gak punya coy! Paling badan doang sakit-sakit sama ngilu ini.”
“Diurut aja. Gue ada nomor si mbok yang suka mijit.”
“Ogah ah. Mending gue minta bantuan Sisil tuh anaknya bu kos.”
Arya tertawa dan melempar bantal ke arahku. “Ye, modus aja lo!”
Kedatangan Arya sedikit membuat perasaanku membaik. Setidaknya si editor sialan juga jadi memberikanku waktu untuk istirahat. Dia bahkan panik karena mengira aku berniat bunuh diri karena tertekan deadline. Dia sampai bilang kalau selama ini keras demi kebaikanku, dan sebenarnya selalu merasa aku komikus yang berbakat. Aku sampai nyaris tidak bisa menahan tawa mendengarnya. Enaknya lagi, honorku langsung dibayar detik itu juga.
Sesaat, kupikir hidupku akan kembali normal seperti biasanya. Kembali ke kehidupan membosankan. Kenapa ya aku bisa berpikir seperti itu? Padahal kemarin baru saja bertemu dengan komplotan berbahaya yang secara logika mereka pasti bertanya-tanya siapa aku. Namun, aku terlanjur tidak berpikir sampai ke sana.
Malam hari setelah Arya pulang, aku berjalan menuju ke ujung komplek untuk membeli koyo di minimarket. Koyo sudah seperti sahabat untuk pemuda jompo sepertiku. Ditambah sekarang semakin banyak spot yang harus ditempeli.
Seperti biasa, aku hanya pakai sendal jepit, kaos belel dan celana pendek. Sudah tidak mempedulikan penampilan, karena toh daerah sini sepi. Jarang sekali ada cewek-cewek yang berlalu lalang. Lain halnya kalau aku ngekos di daerah dekat kampus. Pasti setiap hari aku akan pakai kemeja, dan bekerja di kafe untuk pencitraan.
Ini baru jam sembilan, tapi jalanan komplek sudah terasa sepi. Lampu pinggir jalan yang tampak berkedap-kedip memberikan kesan horor kepadaku. Atau justru auraku ya yang membuat lampu saja malas aku lewati.
“Hah…” kuembuskan napas untuk yang kesekian kalinya. Baru saja kuberpikir hari ini kembali jadi boring, tapi aku mendadak merasakan sesuatu yang aneh. Entah kenapa aku merasa tidak sedang berjalan sendiri. Aku tidak
benar-benar sedang dibuntuti hantu, kan?
Rasa penasaran membuat berhenti berjalan sesaat untuk memastikan. Namun setelah menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun di sana. Jalanan tampak sepi.
Aku pun kembali lanjut berjalan. Lalu kukeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Aku membuka ponselku dan sesaat mengecek aplikasi chatting. Sebenarnya tidak ada yang mau aku periksa sih, aku hanya menggunakan layar ponsel untuk memastikan apakah memang benar tidak ada orang di belakangku.
Aku sengaja menaruh ponsel agak tinggi di depan muka saat membuka aplikasi. Lalu aku menutup alikasinya dan mematikan layar ponsel, sehingga kini bisa melihat pantulan pada layarnya.
Saat itu, aku tampak merinding karena mendapati sosok lelaki ber-hoodie yang berjalan tidak jauh di belakangku. Sudah kuduga kalau aku tidak sendirian!
Aku pun mengembalikan ponsel ke dalam saku, dan tetap berjalan dengan normal. Di perempatan, aku berbelok ke arah berlawanan dengan tempat kosanku berada. Lalu aku berlari dan bersembunyi di pinggir sebuah rumah. Saat itu bisa kulihat orang yang tadi membuntutiku tampak panik saat berbelum di tikungan. Mungkin dia terkejut karena kehilangan jejak dari orang yang dia ikuti. Dia pun langsung berjalan cepat melewati tempatku bersembunyi.
Tidak rugi selama ini aku selalu baca komik dan nonton film action. Karena semua hal yang kulihat bisa digunakan dalam situasi seperti ini.
Setelah merasa keadaan aman, aku pun keluar dari persembunyian. Satu hal yang kusesali adalah, aku sama sekali tidak berpikir kalau orang tadi mungkin saja memiliki kawanan!
Tiba-tiba, aku dikejutkan dengan lelaki kurus tinggi yang mendadak muncul di hadapanku! Wajahnya tersenyum lebar, seperti hantu Jepang yang pernah kulihat di dalam film. “Ini masih terlalu pagi untuk pulang,” ucapnya dengan suara serak.
Aku yang terkejut langsung berlari tunggang langgang, berusaha menjauhinya. Namun dari arah satunya, lelaki yang tadi membuntutiku sudah berdiri untuk menghalangiku! Aku terpaksa berhenti berlari.
“Ngapain sih lari-lari? Nanti kamu malah capek sendiri,” ucap si lelaki bermulut lebar, sambil berjalan mendekatiku.
Sementara aku hanya bisa berdiri dengan tegang, sembari terus menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan dua orang itu tidak menyerangku tiba-tiba.
“Lo berdua siapa?”
“Khekhekhe,” lelaki itu terkekeh. Diam saja dia sudah seram, kini dia tertawa seperti setan. “Barong minta gue ngejemput elo.”
Aku sedikit tertegun mengingat siapa Barong. Karena tidak pernah punya teman bernama aneh seperti itu. Hingga saat aku mengingatnya, seketika tubuhku terasa gemetar. Kejadian kemarin langsung berulang di dalam kepala. Dan kengeriannya seakan bisa kembali dirasakan oleh tubuhku. Ternyata, dua orang itu anak buah dari bandar narkoba kemarin.
“Gue gak punya urusan sama kalian.”
“Khekhekhe… siapa bilang? Mending lo jangan banyak bacot. Dan ikut sama kita!”
Saat itu sebuah mobil van hitam datang mendekat dan berhenti di dekatku. Lelaki kurus itu membuka pintu dan tidak langsung masuk. Dia memandangiku. Tentu saja maksudnya dia ingin aku naik. Tapi… aku merasa kalau masuk ke dalam sana bukan pilihan yang tepat. Mengingat aku diramalkan akan mati pada bulan ini, bisa jadi mobil van itu akan menjadi peti matiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Evelyne
awal cerita yang menarik...gw suka gaya cerita yang begini...langsung kekonflik tanpa sengaja membuka jati diri sang tokok.. cus..awal yang bagus..
2023-06-19
1
Ummu Saif
maksudnya Arya kali thor... yg duduk di meja kerja
2023-01-21
1