Involved

...Maaf, author baru setor bab lagi, kemarin lagi disibukkan dengan kegiatan di realita, hari ini author usahakan setor dua bab atau lebih 🙏...

...🌸🌸🌸...

Menjelang pagi, suara kokok ayam menggema di telinga Intan. Wanita bertubuh ringkih itu baru saja selesai sholat subuh. Masih memakai mukena, Intan duduk termenung di tepi ranjang sejenak, merasa semalam ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

Tak mungkin pula Yuda sebab tadi malam suaminya menghabiskan malam bersama madunya. Memikirkan hal itu hati Intan begitu perih sesaat. Secepat kilat ia mengusir pikirannya, lalu beranjak dari tempat tidur, ingin memulai aktivitasnya seperti biasa.

Sesampainya di dapur, Intan langsung memasak di bantu oleh bik Inem yang selalu datang tepat pukul lima pagi. Bik Inem memang sudah lama berkerja di kediaman Yuda. Wanita paruh baya bertubuh munggil itu tak menginap di rumah sang majikan sebab waktu kerjanya dari pukul lima pagi sampai empat sore saja. Yuda lah yang meminta Bik Inem menemani Intan jikalau dia sewaktu-waktu pergi berkerja.

Dengan cekatan Intan mengiris sayur-mayur berserta bumbu dapur, seperti daun bawang, seledri, bawang jahat, dan bawang baik. Hari ini Intan berniat memasak sayur sop dan tahu goreng krispi. Setelah selesai memasak, ia bergegas membersihkan badan.

Setengah jam kemudian. Intan mengulas senyum ketika sang mertua dan kakak iparnya bertandang ke rumah. Lantas ia pun mengajak Bunda Ema dan Wulan sarapan bersama.

"Gimana Bunda, apa lukanya masih perih?" tanya Intan sambil menyimbangi langkah kakinya bersama Bunda Ema menuju ruang makan.

Bunda Ema menoleh, tersenyum tipis. "Tidak sakit lagi seperti tadi malam," ucapnya sambil menjatuhkan bokongnya di kursi.

"Tak usah sok perhatian!" Dengus Wulan kemudian duduk di samping Bunda Ema.

Intan membalas hanya menghela nafasnya ketika Wulan semakin terang-terangan memperlihatkan rasa tak suka padanya.

"Wulan!" Bunda Ema melototi putrinya sesaat.

Wulan membalas dengan mendelikkan mata. "Di mana Yuda dan Sinta? Apa mereka kesiangan karena semalam menghabiskan malam bersama," ucapnya lalu melemparkan senyum sinis pada Intan.

"Wulan!" Sekali lagi Bunda Ema menegur Wulan. Meskipun ia juga tak menyukai menantunya tapi dia tak mau membenci Intan. Mengingat Intan salah satu menantunya yang lumayan baik padanya walau sampai sekarang belum bisa memberikannya seorang cucu.

Wulan cemberut sebab Bunda-nya seakan membela Intan.

"Tak apa Bunda, benar kata Mbak Wulan sepertinya mereka kesiangan, aku sudah menyuruh bik Inem mengetuk pintu kamar mereka." Intan menyentuh punggung tangan Bunda Ema.

Bunda Ema melemparkan senyum tipis. Bingung mengapa menantunya tak merasa cemburu sedikitpun. Memang benar tempo lalu ia pernah bersitegang dengan Intan, membahas masalah cucu. Tapi dia tak pernah sama sekali meminta Intan memperbolehkan Yuda menikah lagi.

"Nah itu, pengantin baru kita!" Wulan menunjuk ke arah Yuda dan Sinta yang berjalan beriringan menuju meja makan. Intan dan Bunda Ema pun menolehkan matanya.

"Sinta, apa tidurmu nyenyak?" tanya Intan sambil mempersilahkan Sinta duduk di samping-nya.

Bukannya menempati bangku yang di sediakan Intan. Sinta malah langsung duduk bersebelahan dengan Yuda sekarang.

Maaf Mbak, aku harus bisa mengambil hati Mas Yuda. Bagaimanapun caranya

Intan termangu, perasaan cemburu menderanya seketika, apalagi Yuda sama sekali tak menyapanya dan enggan menatapnya dari tadi. Akhirnya ia pun memilih duduk di samping Bunda Ema.

"Sinta, wajahmu pagi ini kenapa berseri-seri? Pasti semalam Yuda menggempurmu habis-habis ya," ucap Wulan tanpa memikirkan perasaan Intan.

Pipi Sinta merah merona dibuatnya. Dia menundukkan wajahnya sambil sesekali mencuri pandangan pada Yuda.

"Wulan, tak baik membicarakan hal seperti itu di ruang makan, lebih baik kita sarapan sekarang." Bunda Ema menggelengkan kepala pelan, mendengar perkataan Wulan yang menurutnya terlalu berlebihan.

Wulan menghembuskan nafas dengan kasar tatkala Bunda Ema kembali menegur-nya.

"Mas aku ambilkan ya?" Intan dan Sinta berucap serempak sambil beranjak dari tempat duduk masing-masing. Keduanya saling pandang satu sama lain.

Yuda, Bunda Ema dan Wulan pun melemparkan pandangan. Suasana di dalam ruangan begitu canggung seketika.

"Intan, biarlah Sinta yang melakukan tugasnya, ini pertama kali untuknya." Bunda Ema memberi saran. Jelas, dia ingin Sinta melayani Yuda sebagaimana mestinya.

Intan terlihat kikuk, mengiyakan apa yang diucapkan Bunda Ema dan mempersilahkan Sinta mengambilkan makanan untuk Yuda.

Yuda melirik Intan. Sedari tadi menahan diri untuk tak menyapa istrinya itu. Sangking terlena dengan Intan, Yuda sampai-sampai mengabaikan panggilan Sinta, menanyakan makanan apa yang dia inginkan.

"Mas, Sinta bertanya padamu mau makan apa?" Intan membuyarkan lamunan Yuda.

Yuda nampak gelagapan. Lalu berkata,"Aku mau sayur sop saja."

Sinta langsung mengambil sop di dalam wadah sembari memperhatikan Yuda dan Intan saling memandang satu sama lain.

Wanita muda itu merasa menjadi orang ketiga di pernikahan ini. Dari awal dia sudah tahu akan dipoligami namun entah mengapa ketika mengalaminya sendiri, dia malah lebih banyak cemburu dan sakit sendiri. Apalagi tatapan yang diberikan Yuda pada Intan dan dirinya teramat berbeda.

"Sinta, kenapa tak mengambil sarapan?" tanya Wulan, saat melihat Sinta diam saja setelah menyodorkan makanan pada Yuda.

"Aku nggak enak badan, Mbak," Sinta menjawab apa adanya, karena sedari malam badannya terasa begitu remuk. Mungkin karena ulah Yuda yang memulai pergulatan tanpa pemanasan terlebih dahulu.

Wulan tersenyum penuh arti. "Sepertinya Bunda sebentar lagi akan menimang cucu," ucapnya sambil menyikut lengan Bunda Ema.

"Kau benar, semoga saja aminn," Bunda Ema berkata dengan mengangkat sudut bibirnya sedikit. "Tapi, Yuda, jangan terlalu kasar sama Sinta, kasihan dia." Sambungnya lagi.

Yuda enggan menyahut, malah mencuri pandang pada Intan yang sekarang merekahkan senyuman manis, seakan bahagia jikalau Sinta akan hamil nantinya. Sementara Sinta langsung menundukkan mukanya, nampak semburat merah tergambar jelas diwajahnya saat ini.

"Aku yakin bulan depan pasti akan ada kabar baik untuk kita, aku tak sabar, Yud. Setelah sekian lama akhirnya ada suara tangisan bayi lagi, kau jangan banyak berkerja Sinta, biarkan Intan saja yang membersihkan rumah ini, lagipula dia tak ada kerjaan sama sekali di rumah, toh anak saja dia tidak punya," kata Wulan kemudian tersenyum sinis pada Intan.

"Jaga ucapanmu Mbak! Intan bukan babu! Dia istriku, kami memang belum di berikan Allah anak, mengapa kau tak memikirkan perasaan Intan sama sekali?!" Suara Yuda terdengar tajam membuat Wulan tersentak kaget. Wulan ijelas tak terima adiknya membentaknya di depan Sinta.

"Kau sudah berani melawanku, Yud? Aku kakakmu!

Sepertinya Intan sudah mencuci otakmu! Itu memang faktanya! Dia memang belum memiliki anak kan sampai sekarang!" Wulan murka, menatap dingin pada Intan sekilas lalu beralih memandangi Yuda.

"Intan tak pernah mencuci otakku, jangan menyalahkannya! Aku bersikap seperti ini karena Mbak tak memikirkan perasaan Intan! Bagaimana kalau Mbak yang berada di posisi Intan?!" Yuda menaikan nada suaranya seketika.

Wulan bungkam, hanya melototi Intan yang diam seribu bahasa. Kini suasana di ruang makan begitu tegang. Lantas Bunda Ema yang mendengar perdebatan kedua anaknya, menggelengkan kepalanya. Sementara Sinta tampak kebingungan.

"Yuda, sudahlah, Wulan tak bermaksud, kau tahu sendiri, watak mbakmu memang seperti itu, lagipula niat dia baik, menyuruh Sinta beristirahat dan meminta Intan melakukan perkerjaan di rumah, lagipula Nak Intan tak keberatan Kan?" Bunda Ema melirik Intan.

Intan tersenyum tipis. "Aku tak keberatan, Bunda, iya aku akan mengerjakan pekerjaan rumah."

Yuda bangkit berdiri. "Aku tak mempermasalahkan perkerjaan rumah, Bunda! Tapi aku mempermasalahkan perkataan Wulan tentang Intan yang tak memiliki anak! Apa jangan-jangan Bunda dan Mbak Wulan yang menghasut Intan, agar menyuruhku menikah lagi ha?!" murkanya seketika.

Terpopuler

Comments

Nami chan

Nami chan

ya gmn ga apes idupmu kalo sifatmu kek gt

2024-01-14

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

Yuda begitu tegas ingin melindungi istrinya

2023-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!