Tonight

Pasangan suami istri itu masih bercumbu mesra di dapur. Semula Intan enggan meladeni sang suami namun nyatanya terbuai juga dengan permainan Yuda. Tanpa sadar sekarang wanita berhijab itu tengah mengalungkan tangannya di leher Yuda sambil berjinjit sedikit.

Sementara Yuda memegang pinggang Intan tanpa menghentikan gerakan lidahnya berselancar ria di rongga mulutnya. Ketika nafas Intan tersengal-sengal, tanpa banyak kata Yuda menyudahi perbuatannya lalu mengurai pelukan.

"Mas, kembalilah ke ruang depan, para tamu pasti mencarimu, terlebih lagi Sinta pasti tengah menunggumu juga," ucap Intan kemudian menghapus jejak permainan Yuda dibibirnya secepat kilat.

Yuda mendengus, tak mengerti mengapa sang istri seakan menghindarinya, padahal setelah selesai meluapkan semua perasaannya barusan. Dia berharap penuh Intan dapat menjawab pertanyaan yang ia nantikan.

"Intan, aku akan depan, menyusullah, biarkan Bik Inem yang melakukan tugasnya, mengapa pula kau harus di sini membuat teh es, siapa yang menyuruhmu?" Yuda penasaran sedari tadi kenapa Intan malah sibuk membuat teh es untuk para tamu undangan.

"Tidak ada yang menyuruhku, Mas. Aku berinisiatif sendiri, lagipula teh es sudah mulai habis, kasihan bik Inem dia yang menghandle semua makanan dari kemarin, aku tidak akan lama, tenanglah, aku akan ke depan," ucap Intan dengan lembut.

Yuda memicingkan mata, mencari kebohongan dari setiap kalimat yang dilontarkan Intan. Entahlah ia merasa Intan tengah berbohong. Perasaan kalut menderanya seketika. Dalam kegamangan hatinya ia menatap Intan dengan seksama.

"Yuda!"

Suara panggilan dari luar sana membuat Yuda dan Intan tersentak. Dari balik pintu yang terhubung antara ruang dapur dan ruang keluarga, Wulan menyembul dari balik gorden kemudian melangkah cepat mendekati keduanya.

"Di sini kau rupanya, Yuda ayo ke depan pak Kades ingin berbicara denganmu," Wulan berucap sambil melirik-lirik Intan sesekali.

Yuda tak menyahut, malah memberikan bahasa isyarat pada Intan' mau ke depan menemui mertuanya. Intan mengangguk pelan. Selepas kepergian Yuda, Wulan dan Intan saling melemparkan pandangan satu sama lain.

"Apa kau mengatakan kalau aku dan Bunda yang menyuruhmu membuat teh es?" Wulan harap-harap cemas jikalau Yuda mengetahui perlakuannya terhadap istri tercinta sang adik.

Intan mengembangkan senyuman tipis lalu berkata dengan tenang,"Tidak, Mbak, tidak ada gunanya aku memberitahukan perbuatan kalian padanya."

Wulan melebarkan mata, tentu merasa tersinggung meskipun Intan berkata pelan dan lembut tapi tetap saja membuat emosinya mulai naik.

Dulu dia memang menyukai Intan namun seiring berjalannya waktu, perasaan iri merasuki hatinya ketika Yuda memperlakukan Intan bak ratu. Yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya yang sekarang telah berpisah akibat KDRT. Wulan semakin dongkol saat Intan yang tak bisa memberi keturunan, tapi malah mendapatkan kasih sayang dari adiknya.

"Apa katamu?! Kau mulai berani denganku sekarang! Cih! Wanita mandul sepertimu tak pantas bahagia!" seru Wulan.

Bukannya terpengaruh dengan ucapan kakak iparnya. Intan malah mengulas senyum lalu menyentuh pundak Wulan.

"Aku tidak mandul, mbak, apakah pantas sesama wanita saling menjatuhkan, bagaimana kalau mbak di posisiku, maaf jika perkataanku menyinggung perasaan mbak, aku permisi dulu mbak, mau mengantar teko ini ke depan." Intan berlalu pergi sambil membawa nampan berisi teko besar. Meninggalkan Wulan tertegun di tempat.

Menjelang sore, kediaman Yuda Anggara sudah terlihat sepi. Acara yang diselenggarakan dari pagi hingga pukul dua siang sudah selesai. Baik keluarga Sinta dan Yuda sudah kembali ke rumah masing-masing. Begitupula dengan Wulan dan Bunda Ema yang sudah pulang ke rumah belakang. Iya, rumah Yuda dan ibunya masih dalam satu lingkup, berjarak sekitar delapan meter. Keluarga Bunda Ema adalah keluarga terpandang di desa XXX, dulu mendiang sang ayah merupakan pengusaha yang bergerak di perikanan dan pertanian. Kini usaha tersebut dilanjutkan oleh putra bungsunya sendiri, Yuda.

"Sinta," panggil Intan setelah menutup pintu kamar pengantin baru itu.

Sinta yang tengah duduk termenung di tepi ranjang segera tersadar kemudian menolehkan mata.

"Iya, Mbak," jawab Sinta.

"Ada apa? Apa kau keletihan?" Intan menjatuhkan bokongnya di samping Sinta. Sedari tadi dia kebingungan melihat Sinta lebih banyak terdiam.

Sinta menghela nafas kasar. "Mbak, bolehkah Sinta bertanya sesuatu?"

Intan keheranan, mengapa pertanyaannya di balas pertanyaan. Dahinya nampak berkerut kuat sekarang. "Boleh, silahkan, Sinta."

"Maaf, kalau aku terlalu mencampuri urusan mbak, sebenarnya apa alasan mbak, merelakan suami mbak poligami?" tanya Sinta.

Dia teringat tempo lalu ketika Intan datang ke rumah orangtuanya, ingin menikahkan ia pada Yuda, lelaki berparas tampan dan menawan yang diminati oleh banyak wanita muda di semua desa, termasuk dirinya pun tertarik pada suami Intan.

Sewaktu itu Intan mengatakan bahwa Yuda mencari istri lagi. Sinta begitu senang walaupun harus menjadi yang kedua tapi dia tak peduli sebab rasa cintanya terlalu besar untuk Yuda. Wanita yang memiliki wajah bulat itu mengagumi Yuda sedari dulu walaupun rentang umurnya sangatlah jauh dari suaminya, berselisih empat belas tahun.

Intan menarik nafas dalam. Tak mungkin pula ia mengatakan pada Sinta apa alasan ia meminta Yuda menikah lagi. Jauh di lubuk hatinya, Intan amat tak rela berbagi suami. Istri mana yang mau membagi suami bersama wanita lain, tapi Intan mencoba mengikhlaskan, meski tahu kedepannya perasaannya akan sakit.

"Mbak, katakan padaku, kita adalah istri mas Yuda, anggaplah aku adikmu, Mbak," kata Sinta bersungguh-sungguh.

"Sinta, semua ini demi kebaikan dan kebahagiaan Yuda, itulah alasan Mbak meminta Yuda menikah lagi," ucapan Intan terdengar ambigu di telinga Sinta.

"Kebaikan? Kebahagiaan? Tapi nyatanya aku mendengar tadi kebahagiaan Mas Yuda adalah Mbak," Sinta tak bisa lagi menahan diri untuk tak mengatakan kegundahannya. Semenjak mendengar obrolan Intan dan Yuda di dapur tadi, lantas perkataan Yuda terngiang-ngiang di benaknya. Ia tak tahu Yuda sebenarnya tak mau menikah lagi, bagai di sambar petir tentu saja Sinta kecewa.

Intan begitu terkejut, apa Sinta mendengar perbincangan ia dan Yuda di dapur. Dan apakah wanita yang berusia selisih tiga belas tahun dengannya imelihat ia dan suaminya bercumbu mesra tadi.

"Sinta, apa kau melihat..." Intan tak meneruskan perkatannya ketika Sinta langsung membalas dengan anggukan pelan.

"Maaf jika sikapku dan Yuda membuatmu sakit," Intan dapat melihat sorot mata Sinta terpancar kecemburuan mendalam.

"Tak apa mbak, seharusnya aku tahu dari awal akan seperti ini," kata Sinta membuang nafas berat.

Hanya saja jangan di hari pernikahanku mbak, bolehkah aku sedikit egois.

"Maaf, Sin, Mas Yuda kalau sedang marah akan melampiaskan kemarahannya dengan bercumbu mesra, mungkin kalau kau dan dia tengah bertengkar dia akan memperlakukan yang serupa padamu," kata Intan hendak menghibur Sinta.

Mendengar hal itu, Sinta tersipu malu, membayangkan Yuda akan menciumnya. Wajahnya terlihat memerah seperti kepiting rebus. Secepat kilat ia menunduk, menyembunyikan senyuman manis yang terukir di wajahnya saat ini.

Berbeda dengan Intan, hatinya berdenyut nyeri berkhayal Yuda dan Sinta tengah bergumul mesra. Sebisa mungkin meredam rasa cemburunya.

"Sinta, sekarang Yuda adalah suamimu juga, maka dari itu masukilah hatinya, mbak yakin dia akan jatuh cinta padamu nantinya."

Intan menarik nafas panjang lagi, kala melontarkan kalimat barusan pada madunya itu.

"Tapi Mbak, apakah aku bisa membuat Mas Yuda mencintaiku, aku merasa seperti orang ketiga di sini," ucap Sinta jujur.

"Sin, jangan berpikir seperti itu, toh aku yang memintamu menjadi maduku, kalau kau melakukannya dengan ikhlas maka Allah akan membuka pintu hati Yuda dengan lebar, masuki hatinya malam ini, Sin," kata Intan berhasil membuat wajah Sinta merah padam.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

masih menyimak

2023-03-18

0

cinta pertama

cinta pertama

lanjut deh Thor, ceritanya seru banget

2023-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!