Forgive Me

Kecewa, itulah yang Yuda rasakan saat ini. Setelah meninggalkan Intan sendirian di ruang kerjanya. Ia hendak menenangkan diri dengan pergi ke rumah Bundanya. Yuda hanya menggertak, tak mungkin pula meniduri wanita yang selama sekali tak ada di relung hatinya.

Sesampainya di sana, Wulan yang kebetulan belum tertidur mengerutkan dahi, mengapa pengantin baru yang biasanya akan malam pertama bersama istrinya, malah menyambangi rumah orangtuanya.

"Yuda, kenapa kau ke sini?" Wulan menutup pintu rumah kemudian melangkah cepat, mendekati Yuda yang baru saja duduk di sofa.

"Kenapa? Apa tak boleh? Di mana Bunda, apa sudah tidur?" Yuda mengedarkan pandangan sejenak, menelisik keberadaan Bunda Ema.

Wulan semakin bingung terhadap sikap Yuda. Bukannya langsung menyahut ucapan sang adik. Wanita bertubuh berisi itu ikut duduk di samping Yuda.

"Bunda sudah tidur. Kau kenapa? Cerita sama Mbak? Apa ada masalah?" tanyanya penasaran.

Helaan nafas terdengar berat dari hidung Yuda. "Iya Mbak, semenjak istriku meminta aku menikah lagi, selalu saja ada masalah di dalam hidupku, malam ini aku akan tidur di sini," ucapnya kemudian beranjak.

Diam-diam di dalam hati Wulan. Dia merasa dongkol sendiri, mengapa sang adik selalu memperlihatkan rasa cintanya terhadap Intan.

"Bukan kah bagus istrimu memintamu menikah lagi, tidak bisa kah kau kasihan pada Sinta, malam pertamalah bersamanya, Yud, berilah dia nafkah batin juga, kasihan Sinta," jelas Wulan sesingkat mungkin. Jauh di lubuk hatinya sekarang berharap Yuda dapat mengabulkan permintaannya.

Mendengar hal itu, terpancar jejak kemarahan dari netra Yuda. Dia menatap tajam pada wanita yang ia hormati selain istrinya itu.

"Apa tak ada satupun orang yang merasa kasihan padaku?! Tidak Intan, tidak Mbak, semua sama saja! Apa kau yang meminta Intan menikah lagi ha?!" murka Yuda.

Wulan tersentak. Untuk pertama kalinya sang adik berani menaikkan suara dihadapannya. Melihat kedua mata Yuda terpancar kemarahan, ia memalingkan mukanya ke samping. Tak berani menatap balik adiknya saat ini.

Yuda mendengus kemudian melenggang pergi dari hadapan Wulan dengan emosi yang masih meledak-ledak. "Aku permisi!"

Brak!

"Astagfirullah." Wulan mengelus dadanya ketika suara pintu di tutup kuat oleh Yuda.

*

*

Sementara itu, di kamar Sinta yang sudah dihiasi bunga mawar merah. Wanita yang baru saja melepas masa lajangnya tadi pagi. Mondar-mandir di dalam kamar, tengah menunggu kedatangan Yuda.

Sinta begitu gelisah. Mengingat malam ini adalah malam pertama-nya. Beberapa menit lalu ia berpapasan dengan Intan di ruangan. Intan menyuruhnya masuk ke dalam kamar dan mengatakan padanya untuk bersiap-siap, melayani Yuda.

Tubuh Sinta langsung panas dingin, membayangkan menghabiskan malam bersama pria yang ia sukai sedari dulu.

Sinta membeku tatkala suara pintu terbuka terdengar di telinganya dan secara bersamaan pula Yuda menyembul dari balik pintu. Wanita itu meremas pakaian tipis yang di beri Intan beberapa waktu lalu.

"Mas," panggil Sinta lembut saat melihat Yuda malah berdiri seperti patung di depan pintu.

Empat meter dari Intan. Yuda memperhatikan dengan seksama istri mudanya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Entah apa yang pria itu pikirkan, tatapannya amat sulit di artikan. Yuda pun mendekati Sinta.

"Em, maaf Mas, kalau pakaian ini membuatmu risih, Mbak Intan yang memberikannya padaku tempo lalu." Sinta memulai pembicaraan dikala Yuda diam seribu bahasa dan hanya memandanginya dari tadi.

"Kau sudah siap?"

Suara berat Yuda, mengetarkan hati Sinta seketika. Seakan dia mendapat angin segar sekarang, sebab Yuda mau berhubungan badan dengannya, walaupun dia tahu sendiri jikalau suaminya belum mencintainya.

Sinta begitu malu-malu, langsung menundukkan kepalanya, tak berani menjawab pertanyaan Yuda.

Dalam sepersekian detik, Yuda menarik tangan Sinta dan mendorong kuat pundak wanita itu hingga terjembab di atas kasur.

Sinta terkejut bukan main, kala perlakuan Yuda padanya sangatlah kasar, menurutnya. Namun karena rasa cintanya yang menggebu, Sinta tak peduli.

"Kau menginginkan ku menyentuhmu kan!?" Suara Yuda meninggi membuat Sinta lagi dan lagi terlonjak kaget.

Sinta tergugu, lidahnya kaku ketika Yuda tengah melepas kain yang menempel di tubuhnya satu-persatu, hingga pria itu sekarang benar-benar polos tanpa selembar kain.

Sinta langsung memalingkan muka ke samping. Terlihat rona merah terukir di kedua pipinya sekarang. Sedangkan Yuda naik ke atas tempat tidur, kemudian mengukung Sinta di bawah tubuhnya.

"Sinta, apa kau mencintaiku?" tanya Yuda menyentak kasar pakaian Sinta.

"Dari dulu aku sudah mencintaimu, Mas," ucap Sinta pelan sambil menyilangkan tangan di dadanya.

Yuda menyeringai sejenak. "Hm, tapi sayangnya aku tidak mencintaimu, hanya Intan lah pemilik hatiku ini!" serunya kemudian tanpa pemanasan sama sekali melakukan penyatuan sampai Sinta menjerit histeris sekarang.

Kini di dalam ruangan, bercahaya temaram suara ******* dan tangisan bercampur menjadi satu. Sinta terisak pelan, melihat Yuda memperlakukannya dengan amat kasar. Dia sudah tahu, jelas sangat tahu, namanya belum ada di hati Yuda tapi entah mengapa ketika Yuda berkata langsung dihadapannya, membuat hatinya teriris perih. Sesakit inikah mencintai tanpa di cintai.

Lima menit kemudian, setelah Yuda menyemburkan benih dirahimnya. Pria itu langsung menyambar pakaiannya di atas lantai kemudian memakai kemeja dan celana secara cepat.

"Beristirahatlah, pakailah bajumu kembali," ucap Yuda lalu melenggang pergi. Meninggalkan Sinta masih terbaring di tempat peraduan dengan kondisi matanya masih berembun.

Selepas kepergian Yuda. Sinta menyelimuti tubuhnya lalu menghapus jejak tangisnya seketika.

"Mengapa seperti ini. Aku mencintaimu, Mas Yuda, tak bisakah kau memperlakukanku dengan lembut," Sinta bergumam sambil mengigit bibir bawahnya.

Sementara itu, setelah menyentuh tubuh Sinta barusan, perasaan Yuda begitu kalut. Dia menyugar kasar rambutnya ke atas. Yuda menghentikan tungkai kakinya sejenak. Menyenderkan kepalanya dinding. Melihat foto Intan tengah tersenyum di dalam bingkai yang terpajang di ruang tengah.

Sepasang mata hitam itu memandangi foto tersebut dengan seksama. Pancaran mata Yuda berubah menjadi sendu seketika.

Aku tak tahu, apa yang sedang kau rencanakan Intan? Mengapa aku tak bisa menyelami isi pikiranmu sekarang?

Yuda menarik nafas panjang kemudian memutuskan mendatangi wanitanya, siapa lagi kalau Intan. Sebelum ke kamar Intan, Yuda memutuskan mandi terlebih dahulu di kamar tamu.

Yuda mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya. Melihat Intan tengah tertidur dengan damai di atas tempat tidur. Dia melangkah perlahan, mendekati ranjang, kemudian merapikan rambut panjang Intan yang menjuntai di tepian.

Untuk sejenak ia membandingkan Intan dan Sinta. Dari segi wajah Sinta memang lebih cantik, namun bagi Yuda, Intan lah yang selalu membuat hatinya berdesir. Wanita yang memiliki kepribadian dan tutur kata lembut itu selalu bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari.

Yuda merebahkan tubuhnya di samping Intan lalu memeluknya dari belakang, sambil menelusupkan wajahnya di ceruk leher Intan.

Maafkan aku, karena suamimu ini sudah menyentuh wanita lain selain dirimu

Yuda menghirup dalam aroma tubuh Intan sambil memejamkan matanya perlahan.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

alurnya ceritanya mudah dipahami dan simpel

2023-03-18

0

cinta pertama

cinta pertama

ditunggu updatenya Thor

2023-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!