Kembalikan keperawananku

Dhira menggelengkan kepalanyanya dengan berutal, ia sama sekali tidak bisa menerima keputusan sepihak dari Rega, bagaimana mungkin pria yang ia cintai memutuskannya begitu saja, mereka memulai hubungan karna persetujuan keduanya maka jika ingin mengakhirinya juga harus keputusan bersama sedangkan di sini Dhira tidak ingin mengakhiri hubungannya.

"Katakan mengapa kau begitu tega terhadapku?"

"Dhira!" Rega memanggil lirih, ia sebenarnya tak tega melakukan ini tapi dia juga punya alasan untuk yang ia lakukan.

"Mas Rega pernah berjanji untuk selalu mencintaiku, tapi kenapa kau tega sekali?" Kecewa yang kini meraup seluruh jiwa Nadhira, pria yang di cintainya kini sudah berpaling kepada wanita lain dan masih sepupu mereka.

Ingin sekali Regantara berteriak bahwa sesungguhnya ia tidak pernah mengingkari janjinya, sampai di detik inipun Rega masih dengan cinta yang sama untuk gadis dihadapannya.

"Kita tidak di takdirkan untuk bersama Dhira mengertilah!" Rega mulai prustasi menjelaskan bahwa hubungan mereka sudah berakhir.

"Apa yang membuatmu berpaling dariku Rega? Apa yang Sarah miliki sedangkan aku tak mempunyainya, katakan apa kurangnya aku? ." Dhira kesal dia tidak lagi memperdulikan bahasanya.

"Kau tidak memiliki kekurangan kau sempurna tapi maaf, kita tidak bisa bersama."

"Haha, Omong kosong." Dhira tertawa sesaat lalu setelahnya ia terisak. " Hiks... Hiks... Setelah semua hal kau ambil dariku sekarang membuangku."

"Maafkan aku, Dhira. Sungguh aku minta maaf." Rega tertunduk menyembunyikan hatinya yang juga tengah terluka.

Dhira meluruh ke lantai dengan lunglai, gadis cantik itu terlihat menyedihkan dengan kedua matanya yang membengkang, rambutnya sudah tidak beraturan menambah poin untuk predikan wanita patah hati.

"Ku mohon Rega kasihani aku!..." Dhira masih meraung dengan tangan terkepal, mencoba menyadarkan Rega agar mau melanjutkan hubungannya, tapi sepertinya tidak berpengaruh sama sekali Rega masih bungkam.

Rega menyugar surai hitamnya dengan gusar, harus dengan apa ia menjelaskan bahwa hubungan mereka tidak dapat di perbaiki.

"Berikan aku satu alasan saja, mengapa kau lebih mengakhiri hubungan denganku sedangkan kau justru memulai kisah dengan wanita itu."

Rega masih bungkam, tidak bisa berterus terang apa sebenarnya penyebab ia mengambil jalan ini, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan ini atau Dhira tidak akan menyerah untuk terus mendatanginya.

Dhira bangkit dari duduknya, dengan kasar ia mengusap seluruh air matanya yang meluruh meskipun ia tidak dapat menghentikan tangisnya, tapi ia tidak ingin terlihat semakin menyedihkan. Ia akan mencoba cara lain, dengan langkah gontai Dhira mendekati laki-laki yang cintai, Dhira memeluknya pria itu dari arah belakang.

"Kau tidak ingin menjawab." Dira membalik tubuh pria yang berada di pelukannya. "Apa Sarah lebih memuaskanmu, aku bisa melakukan apapun yang kau inginkan." Tangan Dhira kini trampil melepas kancing kemeja Rega.

Rega terkesiap mendengar kalimat wanita itu, ia tidak menduga jika Dhira akan akan seberani itu.

"Dari mana aku harus memulai?" Dhira sudah menyelinapkan jemarinya kebalik kemeja yang tengah Rega kenakan, bahkan ia sudah membelai dada bidang itu.

Untuk sejenak Rega menikmati sentuhan itu, matanya terpejam untuk sesaat sungguh jiwanya tak ingin melewatkan ini, bayangan malam panas antara dirinya dan Dhira kini sudah menguasai sebagian besar isi kepalanya.

Tiba-tiba Rega membuka matanya saat tangan Dhira kini sudah berani mengusap daerah terlarangnya, dengan sigap Rega mencekal pergelangan wanita yang masih ia cintai.

"Demi apapun Dhira jangan seperti ini, jangan membuat dirimu seperti seorang penggoda di hadapanku." Rega mengatakan itu dengan nada memelas, dan mencoba menekan hasrat liarnya.

"Penggoda? Siapa yang mengajariku seperti ini?" Dhira terkekeh sinis.

"Kau tidak perlu melakukan hal menjijikan ini untuk tetap mempertahankan hubungan kita."

"Bagian mana yang menurutmu menjijikan? Saat aku menggodamu?"

"Nadhira Putri." Rega geram dengan Dhira yang pemberontak seperti ini.

"Kau memanggilku dengan sangat lengkap, kau sedang memberitahu kepadaku jika kau sedang marah? Lalu bagai mana caranya aku memberitahumu bahwa aku juga sangat marah padamu."

"Semakin lama kau semakin menjadi pemberontak." Rega menghardik.

"Aku sejak dulu memang pemberontak, lalu kau baru menyadarinya saat sudah menjalin hubungan dengan wanita penurut." Dhira menyaut tak kalah sengit.

Tak ingin berlama-lama dalam kondisi seperti ini Rega memutar otaknya agar Dhira bisa pergi atau setidaknya ia yang akan pergi dari sana.

"Katakan! Dhira, kau menginginkan apa dariku sebagai permintaan maaf." Rega tidak berani menata mata wanita di hadapannya.

Dhira menatap pria yang kini tengah memalingkan wajah, sepertinya Rega serius mengatakan itu.

"Kau yakin bertanya itu padaku?"

Rega memutar leher, matanya kini bertautan sangat lama, keduanya seperti tidak ingin mengakhiri pandangan mereka. Dengan berani Dhira menangkup tengkuk pria di hadapannya, menariknya lalu ia ******* bibirnya dengan sangat lembut, Rega yang terbawa suasana seolah terhanyut dalam ciuman itu ia memejamkan mata menikmati rasa yang ada, mungkin ini ciuman terakhir dari wanita yang paling ia cintai, ******* dan menyesap bergantian bibir sensual itu dengan penuh perasaan, sampai terasa ada rasa asin di tengah ciuman itu Rega segera membuka matanya, ia melihat Dhira menangis di tengah matanya yang terpejam, dan rasa asin tadi adalah air mata wanitanya.

Dengan berat hati Rega meraih pundak Dhira dan menjauhkannya serta melepas ciuman.

"Baiklah, ini kau inginkan? Jika mungkin aku hanya minta kau mengembalikan keperawananku saja." Dhira pergi dari sana dengan luka yang menganga di sekujur jiwanya.

Rega hanya menatap kepergian Dhira sampai wanita itu tak terlihat. Sumpah ia menyesal dengan rasa yang tak mungkin ia jelaskan, air mata meluruh begitu saja, ia merasa sangat cengeng sekarang ini, dari tadi ia ingin Dhira meninggalkannya tapi setelah wanita itu pergi ia merasa tak rela.

Pria itu meluruh, hanya bertumpu pada kekuatan lututnya saja, ia bergetar dengan tangis yang menyakitkan, pundak dan punggungnya sampai tergoncang saat ia menangisi ketidak berdayaannya, percuma juga jika ia menjelaskan kejadian sebenarnya, yang pasti akan membuat Nadhira semakin terluka.

Untuk sesaat Rega menumpahkan amarahnya dalam tangisan saat ia kemudian segera berdiri dan berlari, meskipun tenaganya kini perlahan berkurang, ia harus mengantar Nadhira pulang jangan sampai wanita itu pulang sendiri, meskipun mungkin saja Nadhira sudah di perjalanan. Namun perkiraannya salah, gadis itu tengah berjongkok di sebelah mobilnya, mengembunyikan wajah dan airmatanya di balik lututnya. Kesakitan apa lagi yang ia berikan gadis itu menangis tanpa memperdulikan sekitar yang sangat sepi.

"Dhira." suara itu sangat serak, Rega mengulurkan tangan mengelus puncak kepalanya dan ikut melutut untuk mengurangi jarak keduanya.

Nadhira mendongak lalu kemuduan ia berdiri dan betgegas memasuki mobilnya.

Tok... Tok...

"Dhira, biar Mas antar! Dhira." Rega terus mengetuk kaca mobil, sedangkan Nadira sudah tak ingin memperdulikan pria itu lagi.

Dhira mengemudi dengan kecepatan tinggi, sedangkan di belakannya Rega menyusulnya, tak ingin jika terjadi sesuatu dengan wanitanya.

Seakan sudah tidak memerdulikan nyawanya, Dhira terus memacu kecepatan mobilnya ia tidak perduli meskipun beberapa kali ia hampir menabrak pengendara lain.

"Dhira, kumohon jangan seperti ini, aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika sampai terjadi hal buruk padamu." Di tengah ia mengemudi tak henti-hentinya ia berdoa untuk keselamatan wanita itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!