...######...
Zho diam-diam mengawasi visual tegap pemuda yang duduk membelakanginya. Ia tak menampik kalau sosok pemuda yang baru ia tahu namanya saja itu lumayan untuk menjadi sosok suami impian banyak perempuan. Dengan pembawaan sikap sopan santun di depan orang tuanya, sebenarnya itu sudah menjadi poin untuk Zho menilai bahwa Arka adalah orang baik. Pun, dengan wibawa yang terpancar di sekelilingnya.
Dari segi visual pun, Arka cukup tampan. Dia mempunyai bentuk wajah oval dengan rahang cukup tegas. Bibirnya agak tebal berwarna kemerahan yang di kelilingi bayangan berewok di sekitarnya. Hidungnya bangir. Cukup bangir kalau Zho mengira Arka punya sedikit darah orang timur. Satu hal lagi yang membuat tampilan Arka bagai magnet tersendiri. Bulu mata tebal dan kelopak mata lebar dengan iris sekelam malam yang akan membuat orang yang menatapnya tersesat dalam kedalaman matanya.
Ini lah yang paling Zho rutuki, mengapa kesempurnaan wajah yang melekat pada diri Arka harus ditambah dengan tubuh tegap berotot dan warna kulit kecoklatan?? Seandainya Zho lebih dulu mengenal sosok Arka dibanding Hasan, mungkin Zho akan dengan senang hati menerima Arka di sisinya. Zho akui itu.
Ah, mata Zho kembali berkaca-kaca saat ia mengingat siapa Arka itu baginya. Menghembuskan napas dalam-dalam, Zho berjalan mendekat hingga tubuhnya berdiri tepat di samping pemuda yang kini menatapnya sebelum kemudian bangkit dari duduknya.
"Maaf," hanya kata itu yang keluar dari bibir Arka
Mengalihkan pandangan ke sembarang arah, Zho berujar, "Kita perlu bicara, tapi tidak disini. Jadi bisakah Pak----"
"Arka! Panggil saya Arka."
Zho mengangguk sekali, "Bisakah Pak Arka ikut saya sebentar? Saya ingin bicara berdua tanpa ada kemungkinan akan terdengar oleh orang lain."
Tanpa mendengar jawaban dari pemuda bernama Arka itu, Zho berlalu pergi meninggalkan rumah. Ah, anggap saja Zho sekarang sedang memerankan menjadi tokoh antagonis yang sedikit 'sombong' dalam sebuah cerita. Biarlah, nyatanya Zho belum berdamai dengan statusnya yang mendadak berubah.
Hamparan tanaman kubis menyambut langkah Zho dan Arka. Zho masih terus melangkahkan kakinya hingga berhenti di ujung sawah tepat di bawah pohon waru yang cukup rindang. Ia duduk di atas parit kecil dengan kaki yang sengaja dimasukkan ke dalam air. Zho sedikit melirik pada Arka. Rupanya pemuda itu juga melakukan hal sama seperti yang dilakukan Zho saat ini.
Semilir angin sedikit mengibarkan ujung pashmina yang Zho kenakan. Ciutan burung juga terdengar saling bersahutan entah dari arah mana. Zho memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya kasar. Entah mengapa tiba-tiba pasokan oksigen di sekitar Zho terasa menyesakkan.
"Maaf."
Zho menolehkan kepala, menatap pemuda di sampingnya yang menundukkan kepala.
"Maaf. Maafkan saya," Arka mengangkat kepala. Pandangannya lurus menatap manik sendu milik Zho. Iris sekelam malamnya entah mengapa serasa menghipnotis Zho, sehingga Zho tak mampu mengalihkan pandangan, "seharusnya saya bicara dulu sama kamu. Tidak tiba-tiba datang seperti saat ini."
Zho mengusap air mata yang jatuh tanpa permisi, "Pak Arka jujur sama saya. Ayah kan yang memaksa anda!"
Arka menggeleng pelan, "Tidak. Ini murni keputusan saya untuk mengambil langkah ini. Maaf kalau keputusan saya terlalu gegabah. Maaf kalau keputusan saya membuat kamu sakit hati dan merasa dikhianati oleh keluarga kamu. Jadi tolong, jangan marah pada mereka. Kalau kamu mau menyalahkan, sayalah di sini yang harusnya kamu salahkan."
Zho menunduk. Isakan kecil lolos dari bibirnya, "Tapi kenapa? Kenapa Pak Arka memutuskan untuk menikahi saya? Kita bahkan belum kenal sebelumya. Bahkan mungkin, kita tidak pernah berjumpa sebelumnya."
"Kita mungkin belum saling kenal. Tapi bisakah kita sedikit demi sedikit mencoba mengenal satu sama lain?"
"Kenapa saya?"
Arka tersenyum tipis, "Karena itu kamu. Kamu salah kalau bilang kita tidak pernah berjumpa sebelumya. Saat kamu datang ke Kesatuan, saya sering berjumpa dengan kamu. Mungkin kamu terlalu cuek, sehingga kamu tidak pernah melihat saya yang ada di sekitar radarmu."
Zho semakin menunduk dalam, "Bagaimana dengan orang tua Pak Arka? Apakah mereka bisa menerima keputusan anda? Menerima saya?"
Memikirkan bagaimana tanggapan orang tua Arka membuat Zho sedikit takut. Demi apapun Zho tidak ingin menikah tanpa restu orang tua. Baginya, restu orang tua kedua belah pihak adalah sesuatu yang paling utama. Meskipun pihak laki-laki menikah tanpa restu pun diperbolehkan. Toh, laki-laki yang ingin menikah tak memerlukan wali. Tapi tetap saja, restu orang tua adalah yang paling utama.
"Saya yakin orang tua saya akan dengan sangat menerima kamu.”
Huft!
Zho menghembuskan napas kasar. Entah mengapa, setiap kata yang keluar dari mulut Arka seakan dapat langsung membungkamnya.
Hening selama beberapa saat. Baik Zho maupun Arka larut dalam pikiran masing-masing.
"Saya baru saja patah hati," kata Zho pelan, "mungkin..... anak butuh waktu cukup lama untuk saya bisa menerima kehadiran Pak Arka," Zho perlahan menatap Arka yang sedari tadi hanya diam. Entah mengapa diamnya Arka membuat Zho sedikit was-was, "Saya baru saja bilang kalau saya masih mencintai laki-laki lain. Kenapa Pak Arka hanya diam saja?"
Arka tersenyum tipis, "Itu hak kamu. Lagi pula, saya gak bisa memaksa kamu untuk langsung mencintai saya saat ini juga. Saya tahu diri, saya di sini yang terlalu memaksa. Dengan kamu menerima status ini dengan lapang dada, itu sudah cukup bagi saya," Arka menatap hamparan langit di depannya, "lagi pula, saya yakin hari itu akan tiba. Hari di mana kamu hanya akan menatap saya sebagai orang yang kamu cintai dan sayangi. Tentu saja setelah ayah kamu."
Air mata Zho perlahan kembali mengalir. Entah mengapa, mendengar perkataan Arka barusan membuat hati Zho sedikit menghangat.
"Maafkan saya!" Zho tersentak saat tangan kasar Arka mengelus pipinya perlahan. Lebih tepatnya menghapus air matanya.
Zho tersenyum tipis. Dengan ragu, jemarinya menyentuh punggung tangan Arka yang masih berada di pipinya, "Saya akan belajar buat mencintai Pak Arka. Saya janji meski harus memakan waktu lama."
Sempat terkejut mendapati perlakuan Zho, Arka kemudian tersenyum lebih lebar, "Jangan!"
Deg!
Zho terkejut mendengar balasan dari Arka. Matanya menyiratkan kesenduan. Apa Zho akan patah hati untuk kesekian kali? Zho harus apa kalau Arka tak mau menerima ia apa adanya. Lalu, apa maksud dari perkataan Arka yang menghangatkan hati Zho tadi kalau akhirnya Zho harus kembali menerima hal menyakitkan berkali-kali?
"Jangan berusaha untuk mencintai saya. Biar saya saja. Biar saya yang berusaha untuk membuat kamu jatuh cinta pada saya. Kamu cukup diam di tempat dan izinkan saya yang bergerak."
...#####...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 12 Episodes
Comments
zenara
ahay abang arka sweet nya melebihi es campur😁😁
2023-01-22
0
Lili Suryani Yahya
Acieeeeee, diam di tmpat ckup abang Arka yg mengejar muuuu🥰🥰🥰
2023-01-22
0