Sebuah ruangan yang interiornya begitu mewah seperti cerita dongeng kamar sang putri di suatu kerajaan adalah tempat Ciel berada sekarang saat dia bangun namun jika sang putri bangun dikelilingi oleh para pelayan yang siap untuk mendandani dirinya, maka Ciel bangun dikelilingi orang-orang berseragam khusus yang merupakan Studentenrat akademi ini dengan sigap untuk mengintrogasi Ciel. Hal yang berada di dongeng itu sangatlah jauh dari ekspektasi yang dia bayangkan.
"Kami ingin langsung mengetahui apa yang terjadi pada saat di perpustakaan pembimbing takdir, tolong bekerja sama dengan kami dalam penyelesaian ini," ucap seorang laki-laki dengan tatapan dingin dan tajam
"Bukankah tidak sopan langsung menanyakan langsung seperti itu tanpa mengenalkan diri?"
"Maafkan atas perilaku barusan dan perkenalkan namaku Arianna," ucap seorang perempuan yang dengan tatapan kesal memukul kepala laki-laki yang menatap dingin itu
"Ah, iya perkenalkan aku adalah Ur-Atum, maafkan aku jika aku barusan tidak sopan karena sejak dulu begitulah sifatku, kalau berurusan dengan orang-orang yang terlibat dalam kasus," ucap Laki-laki dengan tatapan menyidik ke arah Ciel.
Karena diperkenalkan baik-baik dan tidak berbahaya, Ciel memutuskan untuk menurunkan rasa waspada dan mulai untuk menceritakan apa yang telah terjadi setelah dia memasuki perpustakaan pembimbing takdir itu, sampai beberapa jam kemudian dia tiba-tiba dapat tawaran untuk masuk ke Studentenrat. Sebuah organisasi yang mirip OSIS di tempat asalnya, akan tetapi organisasi ini lebih memiliki kekuasaan dibandingkan para guru atau profesor di akademi ini, karena mereka merupakan organisasi yang bertugas membuat keputusan atas permintaan para siswa-siswi akademi jadi tentu saja para guru tidak akan berhak ikut campur urusan mereka kalau mereka tidak memiliki alasan yang masuk akal. Ciel yang masih bingung dengan jalan pulang memutuskan untuk mempertimbangkan kembali tawaran yang diberikan.
"Dunia seperti apa ini? Apa memang benar dunia ini seperti dengan dunia dongeng yang di impikan Arabella dulu?"
"Hah... ini semakin aneh, dan misterius," gumam Ciel yang berada di ruangan yang telah lengang sejak beberapa menit yang lalu
"Bukankah kamu telah diberi tau ini tempat apa?"
"Dan juga kamu telah terpilih, jadi buat apa berpikir lama-lama untuk membuat keputusan?" ucap seorang perempuan yang hanya menampakkan kepala melayang di udara Ciel dengan reflek melempar batal ke arah perempuan itu.
"Aduh!"
"Kamu tidak sopan ya, melakukan hal seperti itu kepadaku,"
"Aku adalah senior dan anak kepala akademi tau,"
"Tapi karena aku baik hati, aku akan memaafkan dirimu dan membantu dirimu beradaptasi di akademi ini," ucap perempuan itu sambil melipat kedua tangannya dengan bangga
Beberapa hari setelah Ciel bangun dari tidur panjangnya, Ciel langsung dilantik menjadi Studentenrat dan menjalankan pekerjaan sebagai seorang siswa di akademi. Beberapa membicarakannya dirinya, ada juga beberapa yang mengaguminya karena kejadian yang sangat berani sampai mengorbankan nyawa.
Tanpa angin atau badai, Seorang laki-laki tinggi dengan rambut hitam pekat dan mata merah Ruby datang ke arah mejanya dengan tatapan tajam didampingi oleh laki-laki yang bermata abu-abu coklat.
"Terima kasih karena telah menolongku dan maafkan aku berperilaku kasar pada saat pertama kita bertemu,"
"Tapi aku ke sini tidak merasa bersalah, karena aku juga menolong dirimu saat itu."
Melihat tingkah temannya, laki-laki bermata coklat itu menahan tawa karena melihat lucunya teman baiknya, itu sampai bertingkah seperti itu dengan muka memerah hanya untuk minta maaf dan berterima kasih. Menurut pandangan laki-laki bermata abu-abu coklat ke arah temannya, mengisyaratkan kalau dalam kamus temannya tidak ada kata maaf. Dan itu tiba-tiba terhapus begitu saja karena kelakuan yang dilakukan oleh temannya.
"Wells, aku tau kamu sedang menahan tawa dari arah belakang, karena punggungku merinding melihat kelakuanmu,"
"Jadi lebih baik hentikan," ucap laki-laki yang awalnya muka memerah tiba-tiba jadi dingin setelah mendengarkan kekehan pelan dari orang yang tidak jauh darinya
"Fufufu,"
"Maafkan aku,"
"Dan kamu Ciel bukan?"
"Maaf karena pada saat awal bertemu bahkan sampai saat ini kita belum memperkenalkan diri dengan benar ya,"
"Perkenalkan namaku Wells Sadawira Vil, kamu bisa memanggilku Wells,"
"Dan jika kamu membutuhkan sesuatu, atau ingin bertanya sesuatu, silahkan datang ke asrama atau ruangan Studentenrat, karena aku akan selalu ada di sana," ucap Wells dengan senyuman lembutnya
"Sedangkan orang yang berada di sebelahku adalah Carlisle Fane Gaines, dia adalah ketua kedisiplinan akademi ini jadi dia sangat menjunjung peraturan akademi tidak memandang bulu siapa kamu dan darimana asalmu," ucap Wells lagi dengan menatap rekannya
"Terima kasih dan maafkan aku juga belum memperkenalkan diriku,"
"Aku adalah Ciel Idris Aryasatya Kawindra," ucap Ciel dengan tatapan yang ramah, setelah perkenalan yang singkat mereka bertiga berbincang-bincang satu sama lain, walaupun Carlisle masih sulit untuk membuka dirinya secara terang-terangan untuk berbicara mengingat dirinya orang yang tinggi harga diri.
Satu hari belajar di akademi membuat Ciel sadar arti dari belajar dan berteman bahwa itu adalah hal yang menyenangkan dibandingkan dirinya yang masih berada di dunia lain.
"Tuan Ciel, apakah belajar di akademi begitu menyenangkan?" ucap seorang laki-laki bertopi dan berseragam seperti seorang pelayan yang membungkuk hormat ke arah Ciel
Dengan langkah yang terhenti dan tatapan dingin waspada
"Siapa kamu? Dan bagaimana kamu bisa mengetahui namaku?"
"Tuan Ciel, tenang saja kedatangan saya tidak akan bertarung dengan anda,"
"Saya kesini hanya ingin menyampaikan surat dari yang mulia putri kami dan memberikan peringatan untuk anda," ucap pelayan itu dengan tatapan dingin dan aura membunuh yang kuat untuk membuat membuat musuhnya mengerti kalau dia bukan orang yang mudah untuk dikalahkan ataupun di sela oleh siapapun termasuk laki-laki yang ada didepan.
"Surat ini akan saya berikan dahulu karena perintah yang mulia putri,"
"Kemudian saya akan memberikan satu atau dua patah kata,"
"Lebih baik anda diam dan menonton saja apa yang terjadi di akademi ini karena pada dasarnya itu bukan urusan seorang pembimbing takdir, karena anda ikut campur nyawa anda mungkin bisa saja menghilang,"
"Akademi ini tidak semudah yang anda kira tuan Ciel, banyak hal yang seharusnya tidak anda sentuh karena itu artinya merusak rencana kami," ucap pelayan itu dengan tatapan mengancam dan aura membunuh ke arah Ciel, setelah Ciel menerima surat dari pelayan itu. Ciel yang mendengarkan ucapan ancaman dan aura membunuh, seketika terduduk lemas di taman yang sepi dengan perasaan ketakutan dan pada saat itu juga dia menundukkan kepalanya menatap surat dengan sebuah lambang yang pernah dia lihat sewaktu kecil. Membuat dirinya semakin yakin kalau Wonderland tempat dia berada sekarang bukan hanya sebuah dongeng.
'Aku semakin yakin kalau aku bisa bertemu dengan dia,'
Ciel The Guide Of Destiny
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments