Melihat usaha yang dilakukan oleh Ciel, siswi itu semakin membabi-buta menyerang ke arah Ciel dengan sulur-sulur tanaman berduri dan beracun.
Dengan cepat seorang laki-laki berdiri di hadapan Ciel melindungi dirinya.
"Otrava Moarte,"
Siapa sangka laki-laki yang berlari ke arah Ciel dan melindungi Ciel secara mendadak adalah laki-laki yang berwajah emosian kepada Ciel pagi tadi.
"Carlis, bukankah kamu terlalu cepat berlari ke sini," ucap seorang laki-laki yang berjalan-jalan santai ke arah laki-laki itu
"Dibandingkan banyak bicara, bukankah kamu lebih baik membantuku Wells?" ucap Carlis dengan dingin
"Padahal tadi pagi kamu sangat kasar sekarang tiba-tiba sedikit melembut,"
"Aku tidak bisa menebak jalan pikiranmu," ucap Wells dengan senyuman tipis kemudian menjentikkan jarinya membuat waktu terhenti beberapa saat dengan cepat dia memindahkan Ciel yang terbaring supaya aman. Namun setelah Ciel menyadari dirinya akan di pindahkan dia memutuskan untuk memberontak dari waktu yang dihentikan.
Wells yang tersentak dengan Ciel yang bisa keluar dari kemampuannya mendadak melepaskan Ciel dari panggul Wells.
"BODOH!"
"KENAPA KAMU MEMBERONTAK SAAT DI PINDAHKAN? KAMU INGIN MATI?" teriak Carlisle dengan muka merah padam karena telah di puncak kesabarannya kepada orang yang tidak jauh darinya
"Ak..u in...gin men...ye...lama...tkan sis...wi it..u," ucap Ciel dengan terbata-bata dan bermodal nekat
"ORAN-"
Teriak Carlisle yang tiba-tiba terhenti karena melihat cahaya yang terang dari sebuah kunci yang berada di saku celananya. Kunci berwarna emas dan memiliki lambang bunga Kamelia dan sebuah pena terukir di kunci itu, lambang yang merupakan arti penting sekaligus kebanggan bagi seorang pembimbing takdir.
Lonceng berbunyi disertai angin bertiup menandakan bahwa sang pembimbing takdir telah terpilih untuk membimbing takdir mereka. Luka-luka dalam atau luar di tubuh Ciel dalam sekejap sembuh dan kunci itu berubah menjadi sebuah tongkat yang berlambangkan jam pasir, roda gigi jam, timbangan. Pakaian dan warna matanya berubah dari pakaian akademi menjadi pakaian yang layaknya seperti seorang peyihir serta warna mata yang awalnya hitam berubah menjadi kuning keemasan.
Tanpa diduga sebuah tulisan tercetak di pikiran Ciel langsung membuat dirinya melihat sesuatu.
Bangunan di belakang akademi yang sepi...
"Orang seperti dirimu yang tidak memiliki bakat sihir sama sekali, kenapa berada di sini?" ucap seorang perempuan A sambil menarik rambut gadis itu
"Menurutmu hebat apa hanya mengendalikan tanaman merambat itu? Anak kecil saja juga bisa," ucap seorang perempuan C dengan menyirami air ke arah gadis yang di depannya
Pembullyan yang dilakukan gadis-gadis itu terus menerus berulang, sampai selanjutnya Ciel kembali ke tempatnya yang sekarang.
"Wahai cahaya emas yang mengikuti waktu, masa lalu atau masa depan yang berjalan, baik atau buruk takdirnya pandulah benang yang berantakan diantara benang merah yang kusut kembali ke jalur cahaya keemasan. Saya Ciel Idris Aryasatya Kawindra, Penuntun takdir ke-791, berdoa agar cahaya emas kembali membimbing takdir kepada gadis ini," ucap Ciel sambil mengacungkan tongkat ke arah sulur duri yang beracun, siswi yang merasakan kalau Ciel seperti orang yang berbeda langsung menyerang Ciel. Akan tetapi Ciel yang telah menyelesaikan mantra itu tiba-tiba berada berada di sebuah ruangan yang begitu luar biasa.
Ruangan itu tepat seperti perpustakaan pada umumnya namun yang membuatnya berbeda adalah perpustakaan itu dengan roda-roda gigi berputar dan bukan hanya perpustakaan juga buku-buku di dalam perpustakaan tersebut juga memilikinya namun buku yang ada ada di jam terletak benang-benang merah serta jam pasir. Semua itu melambangkan takdir seseorang yang sedang berjalan. Ledakan mana itu sendiri adalah bagian dari benang-benang tersangkut di sela-sela roda gigi.
Dari sekian banyak buku, ada satu buku yang berwarna gelap dan benang-benang merah tersangkut di buku itu.
"Buku ini mungkinkah milik siswi itu? Aura kebencian dan kesedihan mendalam begitu terasa dari buku ini,"
"Tapi bagaimana caranya menghilangkannya?" ucap Ciel yang mengotak-atik buku itu kemudian terlintaslah di pikirannya sebuah perkataan.
"Fegefeuer,"
Benang-benang yang tercekat di antara roda-roda kembali berputar.
"Ctarr...."
Buku itu terlepas dari genggaman Ciel dan roda-roda yang kembali berputar berhenti dan buku tersebut diselimuti duri-duri tanaman ciri khas dari siswi tersebut.
"Kamu pikir hanya karena kamu berhasil membuka perpustakaan takdir dan mendapatkan buku itu bisa mengembalikanku?"
"Harus kamu ketahui, aku lebih baik diterima kegelapan dibandingkan harus kembali menjadi orang yang lemah dan terus kembali diberikan penderitaan," ucap siswi itu sambil mengarahkan sulur-sulur itu ke arah Ciel. Dengan secepat kilat di hindarinya sulur-sulur berduri itu sampai ada yang menggores dirinya karena dia berhenti untuk mengambil nafas, tidak lama dari itu racun dari duri-duri itu menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh Ciel, sihir penyembuh juga tidak bisa menyembuhkannya karena racun itu merupakan racun yang bisa menjadi obat oleh karena itu sihir itu tidak bisa mendeteksi racun apa yang menjadi masalahnya. Keduanya adalah lawan yang seimbang karena Ciel terkena racun sedangkan buku takdir siswi itu sedikit demi sedikit aura kegelapan yang pekat berkurang walaupun siswi itu tidak menyadarinya.
"Kamu mungkin bisa mengendalikan ledakan mana yang berasal dari kegelapan yang besar ini,"
"Tapi apakah kamu sungguh yakin puas dengan hal-hal yang menyakitkan seperti itu? Apakah kamu yakin bisa bahagia karena kuat dengan kebencian?"
"Cepat atau lambat dirimu akan mati, apa kamu puas dengan hal seperti itu sedangkan orang yang membully dirimu bisa berumur panjang dan bahagia?"
"Jika menurutmu itu adalah kepuasan maka aku bisa membuat dirimu terkurung di sini selamanya," ucap Ciel dengan seringainya
'Aku tidak yakin ini akan membuat diriku berhasil mengalahkannya tapi aku setidaknya bisa mengulur waktu,' ucap Ciel di dalam hatinya dengan tatapan percaya diri
"Kamu pikir aku bisa dengan semudah itu dikalahkan atau di kurung di sini?"
"Aku akan membuat dirimu hancur dulu," ucap Siswi sambil menyerang ke arah Ciel dengan cepat namun karena serangan itu Ciel merasa sangat beruntung sebab dia bisa membuka buku takdir milik siswi itu. Sehingga dia bilang memurnikan kegelapan yang pekat itu.
"TIDAK... TIDAK AKU TIDAK INGIN KEMBALI MENJADI LEMAH,"
"AKHHH..." teriak siswi itu sambil menyerahkan serangan yang lebih kuat dari sebelumnya namun semuanya telah berakhir, Ciel telah menyelesaikan semuanya pada saat serangan itu disiapkan dan membuat siswi itu kehilangan kekuatan kemudian pingsan begitu juga dengan Ciel yang terkena racun mematikan. Beberapa hari kemudian sejak kejadian itu. Dia terkejut karena terbangun di kasur yang bukan miliknya serta kamar yang dipenuhi orang-orang...
'Ini sebenarnya ada apa?'
Ciel The Guide Of Destiny
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments