5

Terjadi sedikit perselisihan saat Vie dan tiga orang lainnya memikirkan cara untuk kembali. Lili yang terlalu menggebu-gebu, menaikkan suaranya, mengatakan kalau Vie hanya beromong kosong dan mengatakan sesuatu yang sangat mustahil. Miu menegur Lili, mengingatkan kalau sikapnya sudah tak sopan dengan meninggikan suaranya saya berbicara. Lili memang meminta maaf, tapi terlihat jelas kalau dia meminta maaf secara tak tulus sama sekali.

Vie sama sekali tak mempedulikannya, dia hanya sibuk memikirkan bagaimana dan apa saja yang harus mereka lakukan untuk bisa kembali. Keluarga mereka pasti sudah menunggu kepulangan mereka, karena mereka hanya berpamitan menghabiskan akhir pekan bersama. Sekarang dia pun tak yakin kalau waktu masih bergerak dengan rentang perbedaan yang sama. Bis jadi keluarganya sudah mendapati mereka yang masih tertidur dan belum terbangun juga meski hari sudah terlewati. Itu lebih mengkhawatirkan dari pada kenyataan kalau seorang Lili meninggikan suaranya hanya karena kesal saja di sini. Yah, kalau.di dunia mereka lain lagi ceritanya. Tapi ini dunia di dalam novel, jadi tak mungkin tokoh baik hati bisa berteriak hanya karena sedikit masalah.

Waktu terlewat begitu saja, sudah tengah hari dan sepuluh daftar cara selesai dibuat. Ketiga tamu Vie berpamitan untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing. Meski sudah ditawari makan siang bersama, mereka menolak dengan sopan, mengatakan kalau ketiganya sudah berjanji akan makan siang bersama keluarga mereka di rumah. Tentunya itu cara paling ampuh untuk menolak ajakan mendadak dari seorang tokoh super jahat di sini.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Vie menyerahkan bingkisan yang sudah disiapkan oleh pelayannya untuk para tamu yang berniat pulang. "Terima meski terpaksa!" kata Vie dengan wajah datar. "Semua ini kerja keras pelayanku?!" lanjut gadis itu melambaikan tangannya, menyuruh ketiga pelayannya maju dan memberikan bingkisan yang mereka bawa pada tamunya. Silahkan kepala pelayan yang bersikeras membuat hal-hal bodoh dan kekanakan seperti bingkisan ini hanya untuk ketiga tamu mereka, padahal tak diberi pun juga tak masalah.

Hanya seperti itu, Vie pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Bahkan dia tak mendengarkan balasan dari ucapanya barusan dan juga ucapan selamat tinggal dari para tamunya. Para pelayan yang melihat hal itu pun hanya bisa tersenyum kaku sambil menggelengkan kepalanya.

"Semoga para nona sekalian mengerti keadaan nona kami, sepertinya nona kami sedikit lebih lelah dari biasanya hari ini," kata kepala pelayan menangani masalah, mencoba untuk tak menyinggung perasaan para nona muda yang ditinggalkan begitu saja oleh majikannya.

"Tak apa, kami juga ingin segera kembali ke kediaman, tuan," balas Miu tersenyum maklum.

"Kalau begitu kami permisi dulu," tambah Indi. Ketiganya menaiki kendaraannya masing-masing, kendaraan yang akan mengantar mereka untuk pulang ke kediaman mereka.

"Tak ada harapan nona bisa berteman dengan mereka," salah satu pelayan secara tak sadar menggumamkan apa yang dia pikirkan.

"Tentu saja, siapa yang mau berteman dengan nona kalau nona bersikap seperti tadi," balas pelayan yang disebelahnya, dia mendengar apa yang diucapkan rekan kerjanya jadi secara spontan dia membalas secara langsung.

"Padahal tadinya aku berharap nona bisa berteman dengan para nona manis tadi, jadi nona kita bisa bersikap lebih manis dan mungkin bisa lebih banyak tersenyum ke depannya," kata yang lain ikutan menyahut.

"Jangan bergosip!" tegur kepala pelayan melirik tajam. "Sudah aku katakan bahwa nona kita hanya merasa lelah makanya beliau langsung masuk tanpa banyak bicara!" katanya menjelaskan dengan lebih jelas.

"Ya, ya, ya. Anda benar, tuan. Kepala pelayan yang sudah lama melayani nona di rumah ini pasti tak akan salah dalam menyimpulkan," timpal salah satu di antara mereka. Tentu saja pelayan itu menimpali dengan maksud mengejek, tapi itu tetap digunakan oleh kepala pelayan untuk mengakhiri gosip tentang nonanya agar tak semakin menyebar dan melebar.

"Bagus kalau kamu tahu!" tukas kepala pelayan mengangkat dagunya tinggi. "Sekarang kembali bekerja, bereskan semua dan buat lagi seperti sedia kala sebelum nona mengadakan pesta teh!" titah kepala pelayan. Tak ada yang melawan, semua melakukan pekerjaannya dengan baik. Satu catatan salah saja bisa membuat mereka dimarahi dan bahkan berakhir dipecat tanpa diberi surat rekomendasi. Tanpa surat itu, mereka tak bisa lagi bekerja di rumah para bangsawan dan mendapatkan gaji yang tinggi.

"Padahal apa yang aku katakan tak ada yang salah sama sekali," kata pelayan tadi misuh-misuh setelah melihat kepala pelayan semakin menjauh.

"Benar, aku juga tahu. Tapi lebih baik mengiyakan apa yang dikatakan oleh orang tua itu dari pada kita berakhir dengan mendapat teguran atau malah terlihat buruk di matanya," kata yang lain menimpali.

"Nona itu berbakat dalam membuat musuh, bukannya berteman!" kata yang lain dengan suara sangat pelan.

"Meski begitu, tapi aku masih mengharapkan kalau nona bisa memiliki teman dan berubah menjadi gadis yang manis juga," sela yang lainnya. "Bukankah sangat menyenangkan kalau bisa melayani nona yang cantik dan juga manis?" lanjut pelayan itu.

Meski mereka saling mengobrol dan membalas ocehan, tapi tangan mereka tetap bekerja dengan cepat. Tak ada waktu yang dibuang percuma, mereka sudah sangat terlatih melakukan semua pekerjaan rumah. Bahkan ada rumor yang beredar kalau para pelayan bis membersihkan seluruh rumah dengan sangat bersih sambil menutup mata. Entah itu benar atau tidak, belum ada bukti yang jelas.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Di kamarnya, Vie berbaring. Menatap kosong langit-langit kamarnya. Dia sadar kalau dia sudah sangat keterlaluan, tapi salahkan saja dirinya yang bersikeras menjadi penjahat dalam cerita yang dia buat. Hasilnya, apa pun yang dia lakukan selalu terlihat jahat. Senyumnya pun terlihat menakutkan. Meski dia merasa kalau dirinya sudah bertindak seadanya, tetapi tetap saja terlihat buruk bagi orang lain. Vie tahu itu, tapi dia tak bisa mengubah seenaknya. Itu sudah tertanam pada karakter yang dia perankan di sini.

"Kalau aku bisa kembali, aku tak akan pernah mencoba untuk bermain ke sini lagi. Meski yang lain mengeluh bosan dan lain sebagainya!" gumam gadis itu bertekad tak ingin kembali ke sini kalau mereka sudah berhasil balik ke dunia mereka yang sebenarnya.

"Kalau terpaksa, mungkin lebih baik aku berbohong dan mengatakan sudah mencoba dan tetap tak berhasil," kata gadis itu lagi. Kalau dari sini mereka kesulitan untuk kembali, maka tak akan mengherankan kalau dari seberang sana juga mengalami kesulitan yang sama seperti saat ini.

"Aku lelah," ucapnya sambil menghela napas panjang. Tak berapa lama, gadis itu sudah jatuh tertidur. Terlihat nyaman bahkan tanpa repot mengganti pakaiannya lagi, dia malas bergerak dan terlalu lelah berpikir. Dirinya hanya ingin memejamkan mata lalu beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!