Vie yang terbangun dan masih di tempat yang sama menjadi sedikit frustasi. Dia bertanya-tanya mengapa kali ini mereka tak berhasil kembali padahal mereka melakukan hal yang sama seperti sebelumnya untuk bisa kembali. Tapi berapa kali pun dia mencoba, tak ada satu pun dari percobaan itu berhasil. Vie dibuat uring-uringan, dia sibuk mempertanyakan siapa di antara mereka yang tak ingin kembali dan tak berharap saat itu. Hanya itu yang bisa gadis itu pikirkan sebagai alasan mengapa mereka tak bisa kembali ke dunia nyata.
Sibuk berpikir dan uring-uringan, rupanya melakukan Vie malah membuat para pelayan takut untuk berada di dekatnya dalam waktu yang lama. Sebenarnya mereka hanya takut kalau mereka akan terkena masalah saat Vie seperti ini, makanya mereka berusaha menjauh kalau memang tak diperlukan.
Sibuk berpikir, Vie menyadari kalau dia penjahat yang tak terkalahkan. Gadis itu pun memutuskan untuk berbuat semaunya seperti biasa, buat apa berpikir yang rumit-rumit, padahal dia bisa langsung bertanya dan menyelesaikan masalah mereka nanti saat bertemu.
Berdasarkan hasil putusan barusan, Vie pun menulis tiga surat. Setelah selesai menulis, Vie pun menyuruh pelayan di depannya ini untuk mengantarkan ke alamat yang dia tuliskan. Pelayan itu membelalakkan matanya, dia ragu tapi takut untuk mengatakan apa pun. Akhirnya dia hanya bisa pasrah dan menuruti perintah dari nonanya.
"Beginilah aku seharusnya!" kata Vie bangga pada dirinya sendiri. "Bos penjahat yang tak terkalahkan?!" kata gadis itu lagi. Suara tawa menggema, membuat pelayan yang baru saja ke luar dari ruangan yang sama dengan Vie semakin yakin kalau nonanya itu sedang merencanakan sesuatu yang sangat jahat untuk ketiga orang yang akan menerima surat yang ada di tangannya ini.
"Semoga kalian bertiga dilindungi oleh dewa!" ucap si pelayan dengan setulus hati, berharap ketiga nona ini tetap selamat meski bertemu dengan nonanya yang jahat melebihi iblis sekali pun.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Waktu berlalu, meja dan kursi sudah ditata rapi di taman belakang. Di sana pemandangannya cukup indah menurut Vie, ada sebuah danau kecil yang sangat jernih dan beberapa bunga liar yang dibiarkan tumbuh dan sengaja dirawat untuk mempertahankan pemandangan asri.
"Kalau tamuku sudah datang, bawa mereka kemari!" titah Vie memeriksa sejauh mana persiapan telah dilakukan. "Dan jangan ada yang mendekat! Atau kalian akan tahu akibatnya?!" kata gadis itu sebelum pergi, dia sengaja meninggalkan ancaman agar bisa berbicara dengan leluasa tanpa takut akan ada telinga yang mencuri dengar. Dua pelayan mengikuti Vie, mereka akan membantu gadis itu mengganti pakaian nantinya. Sebenarnya Vie juga lelah terus-menerus berganti pakaian, entah berapa kali sehari dia berganti. Mau bertemu dengan tamu saja harus berganti pakaian dan bersiap lagi. Lebih enak di dunianya yang asli, dia bisa ke mana-mana memakai pakaian yang sama.
Sepeninggalan Vie, para pelayan yang masih di tempat sibuk bergosip ria. "Apa nona kita ingin berbaikan dengan ketiga nona muda yang beliau undang?" kata salah satu pelayan menebak niat sang nona.
Pelayan lain mengangkat bahu, wajahnya terlihat mengernyit ragu mendengar tebakan dari rekan kerjanya itu. "Entahlah, aku tak bisa menebak apa yang akan nona kita lakukan!" katanya menghela napas. Dia merangsak maju, kemudian berbisik sangat-sangat pelan. "Mungkin saja nona kita berniat untuk melenyapkan ketiganya tanpa saksi mata di tempat ini," katanya melirik ke arah danau. Walau danau itu merupakan danau kecil, tapi danau yang dia lihat itu sangat dalam dan cukup untuk membuat seorang nona bangsawan yang memakai pakaian berlapis mati lemas karena tenggelam.
"Ey, mustahil nona kita bisa sejahat itu," kata lawan bicaranya tak percaya.
"Apa yang tak bisa nona kita lakukan?" kata pelayan satunya yakin dengan apa yang dia katakan. Nona mereka terkenal sangat jahat, tapi tak pernah mendapat hukuman sekali pun. Bahkan kurungan untuk tetap berada di kamar dan mengintrospeksi diri pun tak pernah nona mereka dapatkan dan jalani. Melihat keyakinan dari kawannya, pelayan yang satunya pun mau tak mau ikut terpengaruh. Dia pun mengangguk setuju walau masih sedikit meragu. Meski sang nona jahat, tapi nonanya tak pernah sampai berniat melenyapkan nyawa seseorang. Hal paling jahat yang sering nona mereka lakukan adalah mempermalukan lawan bicaranya dengan menggunakan kata-kata, atau malah menekan lawannya dengan kekuasaan yang jelas tak bisa dikalahkan oleh siapa pun juga.
"Kerjakan saja tugas kalian!" ucap sebuah suara menyela. "Hati-hati, jangan sampai apa yang kalian gumamkan sampai ke telinga nona?!" kata suara itu lagi. Rupanya salah satu pelayan yang lebih senior mengingatkan dua juniornya yang terlihat asik membicarakan majikan mereka. Meski apa yang mereka katakan sebagian besar adalah fakta, tapi tetap saja salah membicarakan majikan mereka di belakang sang majikan yang telah memberikan mereka gaji dan pekerjaan.
"Maafkan kami!" kata pelayan itu menunduk dalam.
"Kami akan lebih berhati-hati menjaga lisan agar tak terkena masalah!" tambah yang satunya terdengar menyesal. Dia sesaat lupa kalau dirinya hanyalah pelayan yang makan gaji, tak sepantasnya dia dengan begitu ringan membicarakan tentang tuan mereka.
"Lakukan pekerjaan kalian! Aku akan melihat nona sebentar," kata pelayan senior yang menegur keduanya.
"Baik!!!" kata keduanya serempak, lalu melanjutkan pekerjaan mereka tanpa banyak bicara lagi. Keduanya menutup mulut mereka dengan dapat, begitu pun dengan pelayan lain yang mendengar teguran barusan. Rupanya si pelayan senior sengaja menegur dengan suara cukup keras, itu dilakukan agar para pelayan yang ada di sana mendengar dan tak lagi membicarakan nona mereka di belakang seperti barusan.
"Nona memang jahat, tapi akhir-akhir ini nona berperilaku cukup manis dan tak membuat masalah," kata pelayan senior itu bergumam. "Ha-ah, mengapa tak ada yang menyadari perubahan nona kami?" lanjutnya seraya mendesah pelan.
"Nona, ini saya," kata pelayan tadi mengetuk pintu kamar Vie.
"Masuk saja!" balas Vie dari dalam.
"Semua sudah selesai, nona," kata pelayan itu sambil membungkuk sopan.
"Dan tamunya?" tanya Vie yang masih dirias.
"Mungkin sebentar lagi mereka akan sampai," balas si pelayan dengan nada sopan, terdengar suaranya tercampur dengan nada senang, mungkin sang pelayan mengira nonanya ingin memulai pertemanan makanya sampai-sampai sang nona punya pemikiran untuk mengundang nona bangsawan untuk berkunjung ke kediamannya.
"Siapkan semua, jangan sampai ada yang kurang!" kata Vie sambil melambaikan tangannya dengan ringan. "Dan ingatkan mereka semua untuk meninggalkan aku beserta tamuku begitu mereka sudah tiba di tempat!" lanjut gadis itu mengingatkan.
"Baik, nona!" kata si pelayan sebelum pamit undur diri, dia harus memeriksa sekali lagi semua persiapan, dia juga harus mengingatkan semua pelayan untuk jangan mendekat ke arah sang nona begitu nona mereka bersama dengan para tamunya.
"Semoga semua berjalan lancar dan nona mendapatkan teman dan menjadi semakin baik!" ucap si pelayan penuh pengharapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments