Wushh!!
Angin kencang menerpa wajah Dion, Yan Chen dan juga Anna, begitu mereka melangkah melewati pintu ajaib. Pintu ajaib itu menghubungkan Dunia Enam Pintu, tempat mereka datang, menuju Dunia Para Pengendali Naga, tempat mereka berada saat ini.
Dan Dion kembali dibuat takjub, manakala pemandangan yang disaksikan nya lagi-lagi berubah.
Dari hamparan padang rumput yang luas dan juga langit cerah di Dunia Enam Pintu. Menjadi pemandangan hamparan gunung-gunung bebatuan nan tinggi dan lagi tebing terjal yang ada di bawah nya.
Yang paling kontras menarik perhatian Dion adalah bahwa kini di Dunia para pengendali Naga, langit sedang gelap pekat diselubungi malam.
"Pa..papa! Apa sekarang benar-benar malam di tempat ini, Pa?!" Tanya Dion kepada Yan Chen.
"Benar, Diy. Mulai dari sini, kita harus berhati-hati. Kita akan mencari tempat untuk beristirahat terlebih dahulu. Tunggu sebentar. Seperti nya Papa melihat ada gua di sana!" Tunjuk Yan Chen ke satu arah.
Ketiga nya lalu melangkah melewati jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh satu orang saja. Jalan setapak itu membentuk spiral, mulai dari puncak gunung batu hingga melingkar menurun ke lereng nya.
Dari tempat nya berdiri kini, Dion merasa adrenalin nya dipacu saat ia menyadari kalau ia bisa saja jatuh ke jurang di bawah gunung, bila ia tak berhati-hati dalam langkah nya.
"Berhati-hati lah, Diy. Fokus pada jalan yang akan kau pijak! Jangan melihat ke bawah!" Tegur Yan Chen memperingatkan.
Sulit rasa nya untuk mengikuti saran dari Papa nya itu. Karena gua yang menjadi tujuan mereka saat ini letak nya ada di bagian bawah gunung. Jadi mau tak mau, Dion pun harus melihat pemandangan bebatuan terjal di bawah tebing sana.
Glek..
Dion menelan ketakutan nya bersamaan dengan ia menelan saliva nya untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering.
Dion sungguh tak menyangka, kalau perjalanan yang harus dihadapi nya di dunia ini ternyata sangat sulit. Sekilas, Dion menatap ke depan. Ke arah sang Papa yang menjadi pemandu jalan.
Ia pun sebenar nya ingin menoleh ke belakang untuk melihat wajah mama sambung nya, Mama Anna. Namun Dion tahu itu bukan lah tindakan yang aman.
Belum selesai Dion berpikir tentang bagaimana kondisi gua tempat mereka akan beristirahat nanti, ketika Dion tak sengaja tergelincir oleh batu di depan nya.
"Aarh!"
Dion hampir saja terjatuh, jika saja dada nya tak segera ditahan oleh Mama Anna yang berjalan di belakang nya.
"Dion!" Pekik Yan Chen segera menoleh ke belakang. Lelaki itu pun bergegas menarik pinggang Dion hingga putra nya itu kembali berpijak di tempat yang aman.
"Kau tak apa-apa kan, Diy?" Tanya Yan Chen khawatir.
Deg. Deg.
Deg. Deg.
Dion seolah bisa mendengar detak jantung nya yang berdentum kencang. Ia sungguh ketakutan sesaat tadi. Pikirnya ia mungkin saja bisa terjatuh ke tebing terjal di bawah sana dan berakhir mati. Beruntung ada Mama Anna yang menahan tubuh nya.
Dion lalu merasakan saat seseorang menepuk pundak nya beberapa kali.
"Syuut.. Dion hanya sedikit terkejut. Dia tak terluka, Yan. Tapi, tak bisa kah kita meminta bantuan naga Eduardo mu itu? Kasihan Dion. Kaki nya sudah lemas karena kejadian tadi," ucap Anna dengan suara lembut.
Dion tertegun dan mengerjapkan mata nya beberapa kali. Kini ia merasa bingung karena Mama Anna lagi-lagi bisa mengetahui apa yang sedang ia rasa.
(Dion belum tahu kalau Anna memiliki inner power yang bisa membuat nya membaca pikiran orang lain.. baca keterangan nya di novel Cinta Sang Maharani ke 2: Raja dan Ratu)
"Tak bisa, Ann. Posisi kita kurang memungkinkan untuk Eduardo keluar saat ini. Bila kita memaksakan Eduardo keluar dari bola pemanggil, bisa jadi sebelum itu kita malah akan terhempas duluan karena kepakan sayap nya yang sangat kencang," ujar Yan Chen beralasan.
"Ah..ya.. kau benar, Yan.hmm..sebentar. biar aku yang bicara kepada Dion," ucap Anna dengan suara pelan.
Dion lalu melihat saat Anna menyetarakan kedua pasang mata mereka. Kemudian Anna berkata dengan nada lembut.
"Diy, kau lihat gua di sana itu? Kita hanya perlu pergi ke sana, dan setelah itu kita bisa tidur. Cukup langkah kan kaki mu satu per satu. Fokus saja dengan langkah mu, Diy. Jangan takut. Mama dan Papa akan selalu berada di dekat mu," ucap Anna menenangkan Dion.
Dion lalu mengangguk. Dan akhirnya bisa mengeluarkan suaranya kembali.
"Iya, Ma.. Dion mau lanjut untuk sampai ke gua itu," ucap Dion dengan suara pelan namun mengandung keteguhan.
"Bagus! Ini baru anak Mam dan Papa! Sekarang, kita lanjutkan lagi, yuk!" Ajak Anna dengan senyuman cerah.
Ketiga orang itu pun melanjutkan kembali perjalanan mereka. Dengan kondisi jalan setapak yang sempit, serta minim nya penerangan yang hanya mengandalkan penerangan dari bulan purnama di atas langit saja, ketiga orang itu akhirnya tiba juga di gua yang menjadi tujuan mereka.
Begitu tiba di gua tersebut, Dion langsung terduduk lemas sambil menyenderkan punggung nya ke pintu gua. Sementara Anna berdiri di dekat nya. Dan Yan Chen mengecek ke dalam gua.
Yan Chen ingin memastikan kalau gua itu aman untuk mereka inapi malam ini.
"Nah, ayo kita masuk. Seperti nya di dalam cukup aman," ujar Yan Chen mengajak Anna dan Dion untuk masuk ke dalam gua.
Anna lalu mengulurkan tangan nya ke arah Dion. Dan Dion segera menyambut nya. Sepasang ibu dan anak tersebut lalu memasuki gua sambil bergandengan tangan.
Tepat sebelum benar-benar memasuki gua, Dion kembali menolehkan pandangannya nya ke atas. Ke titik di mana ia dan Papa serta Mama nya muncul tadi.
Dion bisa melihat keberadaan pintu ajaib yang terletak di bagian atas gunung batu. Dan pintu tersebut seperti menempel pada bagian gunung batu tersebut.
Dion tertegun.
'Apa kami benar-benar muncul di tempat itu? Ah.. sungguh aneh benar pintu ajaib yang kami lewati tadi!' gumam Dion, sebelum akhirnya memasuki gua di hadapan nya.
Rombongan keluarga kecil tersebut akhirnya beristirahat di dalam gua dengan keadaan yang seadanya. Dion melihat ke arah Papa dan Mama Anna yang berada di samping nya. Dan ia dibuat heran karena kedua orang tua nya itu bisa langsung tertidur di gua ini.
Dion sendiri cukup kesulitan karena ia tak bisa mengabaikan rasa sakit pada punggung nya karena harua terbaring di atas tanah bebatuan yang dingin dan lagi tak rata.
Setelah bergerak ke sana ke mari untuk mendapatkan posisi yang nyaman, pada akhirnya Dion pun bisa dikalahkan juga oleh rasa lelah nya. Dion pun bisa ikut tertidur seperti Yan Chen dan juga Anna.
.......
Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Namun Dion dibuat terkejut saat seseorang menarik bahu nya untuk bangun.
"Dion! Bangun! Berdiri di belakang Mama Anna!" Perintah Yan Chen begitu mendesak.
"Huhh?? A..apa yang terjadi, Pa??" Tanya Dion masih linglung.
"Ada kawanan harpy!" Ujar Yan Chen memberitahu.
"Huh?? Harpy? A..apa itu Pa?" Tanya Dion masih kebingungan.
"Anna, lindungi Dion. Aku akan mengusir para harpy itu menjauh. Kalian tetaplah di dalam gua. Ok!" Titah Yan Chen kemudian.
"Baik! Berhati-hati lah! Yan!" Imbuh Anna terlihat khawatir.
Kemudian Yan Chen keluar gua untuk mengusir sesuatu yang tak sempat Dion lihat dengan jelas. Besar nya makhluk yang diusir oleh Papa nya itu seperti nya sama tinggi dengan Papa nya dan juga Mama Anna.
Dion lalu mendengar suara pedang yang berdentang beberapa kali. Dan juga suara pekikan burung yang memekikkan telinga.
"A..apa itu?! Ma.. Mama! Apa Papa akan baik-baik saja?! Apa sebenar nya Harpy itu, Ma?!" Tanya Dion kepada Anna.
Belum sempat Anna menjelaskan, kedua nya lalu dikejutkan dengan kemunculan dua sosok burung berukuran besar yang kini berdiri di pintu gua.
Dibilang burung pun sebenarnya bukan burung juga. Karena bagian tubuh mulai dari pinggang ke atas tubuh nya adalah menyerupai seorang wanita. Wanita dengan paruh panjang yang runcing, serta kedua tangan yang cakar nya panjang-panjang.
Di bagian punggung sosok magis tersebut terdapat sepasang sayap yang ukuran nya tak terlalu besar. Sementara bagian bawah tubuh nya adalah menyerupai burung besar lengkap dengan kaki yang cakar nya juga berukuran besar-besar.
"A..apa itu, Ma?!" Cicit Dion ketakutan.
"Mereka adalah harpy, Diy.." jawab Anna dengan nada suara yang tak kalah kalut.
Kini, Dion dan Anna pun dibuat genting dengan keberadaan dua harpy yang menatap mereka dengan mata merah nya yang garang.
Dion pun bergumam tanpa suara, 'Apa ini akan menjadi akhir dari hidup ku?'.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
John Singgih
terancam bahaya di dunia naga
2023-07-07
0
Lina Zascia Amandia
Cape kali Yon mereka, lah kamu kan kesakitan kakinya jadi gak bisa tidur deh.
....
2023-01-26
0
Lina Zascia Amandia
Kayanya udh di bumi ya...?
2023-01-26
0