Dion, The Golden Boy

Dion, The Golden Boy

Awal Perjalanan

Di sebuah kamar yang berada dalam istana Nevarest, dua anak lelaki dan seorang anak perempuan terlihat asyik bermain.

Yang paling muda adalah anak lelaki yang memakai baju kebangsawanan. Baju dengan hem yang tinggi hingga menutupi area leher nya. Anak itu bernama Himada. Atau lebih dikenal sebagai Pangeran Hima.

Selanjut nya ada anak perempuan pendiam yang menyempil bermain balok bersama dua anak lelaki lain nya. Anak perempuan itu berparas cantik dengan rambut bergelombang sepanjang pinggang nya. Nama nya adalah Rinaya.

Anak lelaki satu nya lagi usia nya paling tua di antara dua teman nya yang lain. Usia nya menginjak umur sepuluh tahun pada beberapa bulan yang lalu.

Anak itu memiliki penampilan yang lebih menarik perhatian siapa pun yang melihat nya. Itu terjadi karena anak itu memiliki rambut berwarna merah serta kedua warna irish mata yang berbeda. Mata kanan nya berwarna kecokelatan, sementara mata kiri nya berwarna hazzlenut.

Nama anak lelaki itu adalah Dion. Panggilan singkat dari Diandra Mary Chen.

Dion adalah anak dari pasangan Yan Chen dan wanita bernama Mary. Sayang nya, di usia Dion yang ke satu tahun, Mary mengalami kecelakaan hebat yang mengambil nyawa nya. Jadilah Dion seorang piatu di usia nya yang masih terbilang muda.

Meski begitu, Yan Chen sebagai Papa telah memberikan yang terbaik untuk putra nya itu. Yan Chen sukses pula menjadi pengusaha dari butik terkenal di kota X di bumi. Dna kehidupan masa kecil Dion pun berjalan dengan dilimpahi harta yang berkecukupan.

"Dion, ayo, Nak! Waktu nya kita pergi sekarang!" Ajak Yan Chen kepada sang putra.

"Baik, Pa! Pangeran Hima, Putri Rinaya, kalau begitu Dion pergi dulu ya!" Pamit Dion pada dua teman kecil nya.

"Iya, Kakak! Kita main lagi ya nanti!" Ucap pangeran Himada penuh harap.

"Itu. "

Ucaoan Dion terpotong oleh panggilan Yan Chen lagi kepada nya.

"Dion, sekarang, Nak!" Panggil Yan Chen kembali.

Dion pun bergegas bangun dan menghampiri Papa nya. Dalam ruangan tempat nya bermain tadi, Pangeran Himada dan Putri Rinaya melambaikan tangan ke arah nya.

"Nanti main lagi ya, Kak!" Ujar Rinaya kali ini.

Dion hanya sempat memberikan senyuman kepada dua teman kecil nya itu. Sebelum akhirnya tangan nya ditarik oleh sang Papa.

"Kita garus bergegas, Di. Maha Guru mengatakan kemunculan kilau Pusaka Naga sudah terlihat di dunia itu. Jadi kita harus bergegas pergi ke sana dan mendapatkan nya. Dengan pusaka itu, nyawa mu akan aman dari incaran manusia serakah seperti Frans dan juga Bahima," ujar Yan Chen dengan raut serius.

Dion tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papa nya tadi. Tapi ia percaya bahwa Papa nya paati akan menjaga nya dari orang-orang jahat lain nya.

Papa tak akan membiarkan nya diculik kembali seperti yang pernah terjadi kepada nya beberapa tahun silam. (Baca kisah singkat tentang Dion di novel Cinta Sang Maharani 2: Raja dan Ratu)

Memikirkan hal yang harus ia lalui semasa ia ditahan di puncak menara istana gelap itu, sungguh membuat Dion merasa gentar. Ia tak ingin bila dirinya harus kembali disuntik. Sementara orang-orang jahat itu mengambil darah nya setiap hari. Itu adalah pengalaman yang menyakitkan!

"Chen.."

Dion dan Yan Chen lalu bertemu dengan Anna. Anna adalah ibu sambung Dion yang baru saja dinikahi oleh Papa nya dua minggu yang lalu.

"Anna.. apa kau sudah berpamitan pada saudari mu?" Tanya Yan Chen.

"Sudah. Ayo. Kita berangkat sekarang!" Ajak Anna dengan raut wajah yang selalu tenang.

Pandangan Anna lalu terhenti ke wajah Dion. Wanita itu lalu mengulurkan sebelah tangan nya kepada Dion. Dengan ragu, Dion menerima uluran tangan Anna.

Sejujurnya, Dion menyukai ibu sambung nya ini. Mama Anna tak terlalu banyak bicara. Namun Mama Anna selalu mengerti apa yang dipikirkan oleh nya.

"Baiklah, ayo kita ke lapangan istana!" Ajak Yan Chen kemudian.

Selanjutnya, ketiga orang itu pergi ke lapangan istana yang sepi. Setelah berada di sana, Yan Chen lalu melihat ke pergelangan tangan kanan nya.

Di sana tersemat sebuah gelang yang hanya memiliki satu manik saja yang berwarna hijau zamrud. Kepada gelang tersebut, Yan Chen lalu berseru.

"Eduardo, keluar lah!" Ucap Yan Chen dengan suara lantang.

Tak lama kemudian, sebuah cahaya kehijauan melesat keluar dari bola pemanggil yang tersemat di pergelangan tangan Yan Chen itu. Dan, cahaya kehijauan itu lalu menyerupakan diri nya sebagai seekor naga raksasa.

Naga itu lah yang tadi dipanggil Yan Chen dengan nama Eduardo.

"Eduardo, tolong antarkan kami ke rumah di atas bukit sana. Kami akan kembali ke dunia asal mu, Dunia Naga," ucap Yan Chen dengan pandangan teguh.

Sang naga tampak mengerti dengan ucapan Yan Chen. Ia lalu menengadah ke atas. Sebuah api kecil muncul keluar dari lubang hidung nya yang dihiasi duri runcing.

Naga Eduardo seolah senang dengan apa yang dikatakan Yan Chen kepada nya. Bahwa mereka akan pulang ke dunia asal nya. Dunia Para Naga dan Pengendali nya.

Sang naga lalu merundukkan kepala nya ke atas tanah. Sehingga Yan Chen, Anna dan Dion pun mulai naik ke atas kepala nya.

Ketiga orang itu lalu duduk santai di puncak kepala sang naga. Tak ada kesulitan yang ketiga orang itu alami saat ketiga nya duduk pada mahkota yang tersemat di atas kepala naga hijau tersebut.

Setelah memastikan kalau ketiga nya telah naik ke pertengahan mahkota nya, Naga hijau Eduardo pun merentangkan sayap nya hingga lebar. Dan, dalam sekali sentakan, ia melompat ke atas, dan melesat terbang menuju angkasa raya.

***

Sang naga terus terbang dan menarik perhatian banyak mata para penduduk Nevarest. Ia tampak anggun sekaligus juga abai terhadap ketertarikan para manusia di bawah nya. Tujuan nya hanya satu saat ini. Yakni mengikuti apa kata Pengendali nya, Yan Chen.

Naga hijau Eduardo lalu mendarat di sebuah bukit yang lapang. Setelah itu, ia pun kembali mewujud menjadi cahaya kehijauan yang melesat balik ke dalam bola pemanggil.

"Sekarang, kita hanya perlu berjalan sebentar, untuk tiba di Pintu Ajaib itu," ucap Anna tiba-tiba.

Keluarga kecil itu lalu melangkah kan kaki nya hingga tiba di depan sebuah rumah berukuran sedang.

Sesampai nya di sana, seorang wanita paruh baya dan pasangan lelaki nya telah menyambut kedatangan mereka.

"Putri Anna. Anda datang.." sapa Bu Solerin dengan hangat.

"Ibu.. maaf merepotkan mu lagi," sahut Anna sambil tersenyum malu.

"Ah.. tak apa-apa Putri. Apa Putri ingin makan dahulu? Hamba sudah menyiapkan banyak panganan," tawar Bu Sole kepada Anna.

"Tak usah, Bu. Kami akan langsung pergi saja," tolak Anna dengan halus.

"Oh.. silahkan Putri. Kalau begitu, tunggu sebentar!"

Bu Sole lalu duluan masuk ke dalam rumah. Sementara Anna dan juga yang lain mengikuti langkah nya masuk.

Anna, Yan Chen dan juga Dion lalu tiba di depan sebuah pintu. Pintu itu adalah pintu ajaib yang akan mengantarkan mereka kembali ke Dunia Naga.

Tadi nya pintu itu berada di sebuah menara tinggi di istana Nevarest. Akan tetapi karena ada nya invasi dari pihak musuh, keberadaan pintu itu sempat hampir musnah. Beruntung ada seorang penjaga istana yang mengambil pintu tersebut dan kemudian dipasang nya di salah satu bagian rumah nya.

Penjaga istana itu adalah suami dari Bu Solerin, yakni Pak Idham.

Pak Idham mula nya tak mengetahui keistimewaan dari pintu yang diambil nya diam-diam dari istana. Baru ketika sang istri menceritakan kepada nya tentang kemunculan tiba-tiba sekumpulan orang dari balik pintu itu lah akhirnya Pak Idham mengetahui keistimewaan nya. (Baca di episode awal novel Cinta Sang Maharani 2. Raja dan Ratu)

"Putri, tunggu sebentar!" Tiba-tiba suara Bu Solerin kembali terdengar dari belakang rombongan kecil tersebut.

Ketiga nya lalu menoleh dan mendapati Bu Solerin telah kembali sambil menenteng sebuah ransel ukuran sedang.

"Bawalah ini, Putei. Di dalam nya ada sedikit makanan kering untuk Putri dan Tuan makan di perjalanan kalian," tawar Bu Solerin dengan ramah.

Anna lalu menerima tas ransel tersebut, dan mengenakan nya langsung.

"Terima kasih, Ibu, Bapak. Jasa kalian akan selalu dihargai oleh saudari ku (Ratu Tasya, ratu di kerajaan itu)," ucap Anna dengan tulus.

"Sama-sama Putri. Kami senang bisa membantu Yang Mulia sekalian," imbuh Pak Idham di samping Bu Solerin.

"Kalau begitu. Kami pamit ya Bapak dan Ibu.." ucap Anna kemudian.

Yan Chen sudah bersiap memegang handel pintu ajaib tersebut. Namun sebelum ia membuka nya, terlebih dulu ia menggamit sebelah tangan milik Dion.

Sementara itu Anna memegang tangan Dion lain nya. Ketiga nya lalu masuk melewati pintu ajaib sambil bergandengan tangan.

***

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

bagus kayaknya ya

2023-07-07

0

Lee

Lee

Kakk...aku ingin mengikuti jejak..hanya saja...otakku buntu..🤭🤣🤣 semangat kak Mel..💪

2023-01-17

0

khey

khey

🌹🌹🌹

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!