Because I'M Your Wife
Suasana pemakaman sudah cukup sepi, seorang lelaki bernama Arkha Bagaskara sedang duduk di dalam mobil. Ia menunggu ibunya dan seorang asisten yang biasa menemani ibunya yang masih berada di pusara sang Ayah. Hari itu adalah tiga bulan sudah sang ayah pergi untuk selamanya. Saat Arkha sesekali menatap ke arah luar jendela, Ia melihat seorang perempuan berkerudung yang terduduk di depan gerbang pemakaman.
Perempuan itu duduk termenung, terlihat matanya sembab. Perempuan itu cukup cantik, ia mengenakan kerudung berwarna hijau muda. Tanpa polesan make up tapi kulit putih perempuan itu mampu sedikit menarik anak mata Arkha, melirik kearah perempuan yang masih gadis itu.
Sesekali Arkha melihat kearah pintu masuk makam tersebut. Ia baru akan keluar untuk menjemput ibunya yang masih di dalam area makam tersebut. Namun tangan Arkha berhenti saat akan mendorong pintu mobilnya. Perempuan yang tadi di pandang Arkha telah berdiri tepat di depan pintu mobilnya. Perempuan itu merapikan jilbab sambil menatap kaca mobil Arkha. Saat selesai, sesekali perempuan itu menghela napasnya.
“Hhhh… Semoga suatu saat Ibu bisa bahagia dan bebas dari Bapak. Kasihan Ibu…Ayo Zha… Kamu harus kuat, kamu harus sukses, kamu harus semangat demi ibu.. Ibu juga pasti ingin bebas dari lelaki itu.” Ucap Gadis yang bernama Naadhira Zhafirah atau biasa disapa Zha.
Seorang gadis yang bersahaja dan begitu anggun bagi kalangan santri lelaki yang biasa curi-curi pandang saat santriwati lewat. Kala Zhafirah masih di pondok pesantren. Gadis itu terpaksa pulang dan berhenti kuliah karena Ibunya yang sakit-sakitan dan juga paksaan dari Ayah tirinya untuk dirinya membantu mencari uang guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Arkha yang berada di balik kaca mobilnya bisa melihat dan mendengar suara Zhafirah yang bermunajat dan menyemangati dirinya sendiri. Zhafirah pun pergi dari sana sambil berjalan ke arah sepeda motornya. Sebuah motor cukup lawas yang sedang trendi di pakai remaja di akhir tahun 2022. Namun Zhafirah menggunakan motor yang berwarna merah perpaduan putih itu bukan karena untuk trend kekinian melainkan itu adalah benda peninggalan ayah kandungnya yang masih tersisa.
“Heh…. Gadis aneh. Berdoa di depan kaca.” Gumam Arkha.
Arkha pun berjalan menuju ke pemakaman, ia menjemput sang ibu. Saat ia sudah tiba dirumahnya, sang ibu kembali meminta dirinya untuk segera menikah.
“Kha… Kapan kamu mau menikah? Mama sudah tidak muda lagi,bahkan Papa mu yang berharap kamu menikah sampai ia menutup mata, ia tak juga melihat kamu menikah.” Ucap Bu Indira pada putra satu-satunya.
Arkha menghela napasnya, ada rasa tak tega untuk terus menerus menolak permintaan ibunya, namun untuk menikah tak mungkin. Perempuan yang ia cintai adalah istri orang. Ia bahkan sudah berkomitmen dengan pacarnya bahwa ia akan tetap menjalin hubungan itu, dengan alasan kebebasan ia tak ingin menikah. Selama 5 tahun berada di Jepang karena meraih gelar S1 dan Magister nya di negara tersebut, sebuah negara yang hampir rata-rata penduduknya sangat tidak menyukai pernikahan dengan banyak alasan, salah satunya ingin tetap bebas karena tak terikat hubungan dan memiliki anak yang juga akan bertambah repot.
Arkha pun merasa bahwa sebuah hubungan pernikahan adalah hubungan yang mengikat seseorang, dan akan banyak masalah dalam menikah. Hingga ia lebih nyaman menjadi simpanan dari kekasihnya yang juga dulu sama-sama mengenyam pendidikan di Kyoto University.
“Ma, minum dulu obatnya. Nanti Arkha pikirkan. Belum ada yang cocok Ma,” Ucap Arkha seraya menyerahkan sebuah piring kecil yang berisi butiran obat untuk sang ibu.
“Memangnya mau cari yang seperti apa? Mama Cuma khawatir kadang. Kamu di nikahi karena para perempuan melihat karir mu, ketampanan mu. Kamu lihat rata-rata sepupu mu… Kadang Mama mikir ap aini kata orang bahwa hidup kaya juga sebagai cobaan…” Ucap Bu Indira setelah meminum obatnya.
Arkha pun hanya bisa diam saja, seperti biasa. Ia tak mampu untuk beradu argument dengan ibunya. Berbeda dengan Ketika dulu saat Papanya masih hidup. Hampir setiap saat ia selalu berselisih pendapat. Kini ia baru sadar, karena tugas dan tanggungjawabnya begitu besar. Salah satunya sebuah perusahaan dari Papanya yaitu perusahaan yang menawarkan pinjaman online yang cepat. Ia pagi itu juga harus melakukan pekerjaan yang jarang dilakukan oleh Papa nya selama ia memimpin perusahaan tersebut.
“Arkha Kembali ke perusahaan ya Ma, nanti Arkha pikirkan lagi.” Ucap Arkha seraya mencium pipi sang ibu.
“Jangan lama-lama Kha… Setiap hari mama merasa tubuh mama tambah lemah, mama ingin melihat kamu punya cucu dan hidup Bahagia.” Ucap Bu Indira setengah mengeraskan suaranya karena Arkha bergegas pergi dari kamarnya.
Saat tiba di mobil, Arkha menerima email dari asisten pribadinya. Ia diminta untuk turun ke lapangan. Karena selama ini, ia mendengar desas desus bahwa debt kolektor dari perusahaannya sering bertindak kasar saat menagih hutang. Ia juga harus membuktikan sendiri dengan cara sidak langsung tanpa diketahui para debt kolektor perusahaannya. Ia perlu bukti untuk menegur bagian manager bidang penagihan. Arkha memberikan alamat pada sopirnya, ia akan melihat cara penagihan salah satu debt kolektor tanpa mereka ketahui.
Tiba disebuah rumah, Arkha masih didalam mobil. Namun netranya Kembali memotret seorang gadis yang pagi tadi ia lihat di pemakaman, Gadis itu baru turun dari motor yang desain lampu belakangnya membulat mirip punggung kura-kura.
“Gadis kura-kura… Heh.” Ucap Arkha yang tersenyum karena melihat Zhafirah tampak menggunakan helm yang bentuknya juga kura-kura, bahkan saat Zhafirah berkaca di depan kaca mobilnya tadi, kedua netra Arkha bisa melihat bros berbentuk kura-kura juga dikenakan gadis itu.
Arkha masih mengamati dalam mobil, tak lama sebuah mobil berhenti di depan rumah yang sangat sederhana itu. Tak ada kesan kemewahan di rumah yang terlihat cat nya telah usang itu. Beberapa lelaki mengetuk pintu rumah itu. Salah seorang penghuni tampak keluar. Perempuan yang berkerudung tapi usianya tak lagi muda. Ia menemui lelaki yang terlihat menyeramkan itu. Bahkan perempuan itu di bentak.
“Katakan dimana Tito!” Bentak lelaki bertato di lengannya.
“Di-dia tidak dirumah.” Ucap perempuan paruh baya yang tampak ketakutan karena dibentak oleh lelaki itu.
“Heh! Masuk, cari lelaki brengsek itu!” Titahnya pada ketiga anak buahnya.
Tiga orang lelaki lainnya masuk kedalam rumah Bu Riana. Tak lama mereka keluar lagi, dan satu lelaki lain mencengkram dagu Bu Riana kasar dan tiba-tiba Zhafirah menepis tangan lelaki itu.
“Kalian ada urusan dengan Tito, bukan Ibu ku! Jangan sakiti ibu ku!” Suara perempuan yang tadi terlihat lembut dan anggun kini bisa bersikap tegas bahkan sorot matanya tajam menatap empat lelaki yang sedang mencari ayah tirinya.
Saat lelaki yang merupakan debt kolektor itu mengancam akan Kembali lagi, Lelaki yang dicari pun muncul dan baru akan berlari karena terkejut, ia pun dikejar oleh lelaki bertato dengan anak buahnya.
“Hei! Mau kemana kamu Tito! Cepat bayar hutangmu!” Ucap lelaki itu setelah puas menghajar lelaki Bernama Tito itu. Jeritan minta ampun dan tolong pun tak dihiraukan oleh Zhafirah dan Ibunya. Sedangkan Arkha hanya mengamati dari dalam mobil.
“Tunggulah satu bulan lagi…. “ Ucap Tito sambil meringkuk di atas trotoar karena menahan rasa sakit pada perutnya.
“Heh!, Aku sudah muak!, dengar, aku punya ide untuk mu. Ku lihat kamu punya anak gadis. Ini aku berikan kamu kartu nama, kamu bisa menjual anak mu ke tempat ini. Aku akan menemani mu, setidaknya kamu bisa melunasi hutangmu dan bisa bersenang-senang dengan sisanya.” Ucap lelaki bertato itu.
“Aku tunggu besok, hubungi aku jika kamu ingin mengikuti saran ku, jika tidak. Aku akan menghajar mu berkali-kali jika tak juga kau bayar hutangmu. Aku Lelah hanya mengurusi kamu saja!” Bentak lelaki itu.
Arkha hanya diam, setidaknya ia melihat cara kerja deb kolektornya di lapangan, ia pun masih di depan rumah lelaki itu saat para deb kolektor itu pergi. Namun tak lama terdengar suara jeritan dari dalam rumah Zhafirah. Arkha meminta sopirnya untuk berhenti saat baru saja mobil itu akan meninggalkan tempat itu. Bagi para tetangga bukan hal aneh jika terjadi keributan dirumah Zhafirah yang masih mengontrak itu. Karena sudah hampir setiap hari Bu Riana akan mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, namun bagi Zhafirah itu sangat tidak manusiawi. Ia melawan ayah tirinya, selama ini ia tinggal di pondok pesantren. Ia baru pulang satu bulan kerumah, kali ini ia tak akan diam saat ibunya Kembali di pukul.
“Zhafirah!” Bentak lelaki itu.
“Lepaskan Mas… lepaskan.. Jangan sakiti Zhafirah…..” Suara isak tangis memilukan dari Bu Riana.
Hanya ada airmata yang mengalir dari sudut mata Zhafirah, ia tak merintih atau menjerit saat rambut panjangnya di tarik, bahkan saat kepalanya dibenturkan ke meja makan pun ia hanya beristighfar.
“Kamu… dengar kalau kamu ingin bebas dari aku, besok aku akan membebaskan kamu dan ibumu. Tidak, tidak, hari ini juga aku akan membebaskan kamu!” Ucap Tito pada Zhafirah yang masih ia cengkram rambut panjangnya.
Tito melepaskan cengkeramannya dan menghubungi nomor yang tertera di kartu nama yang diberikan deb kolektor tadi. Tak lama mobil deb kolektor tadi sudah berada di depan rumah Tito. Namun ia hanya seorang diri, Tito tampak keluar dengan menyeret Zhafirah. Bu Riana bahkan berteriak sambil menyusul keluar rumah.
“Mas…. Berhenti mas… Mau kamu bawa kemana Zhafirah…” Teriak Bu Riana.
“Diam kamu, aku akan menjual anak tidak tahu diri ini, dia selalu melawan ku!” Bentak Tito sambil menghempaskan tangan Bu Riana.
Mendengar hal itu, Bu Riana mengambil sebuah kayu yang tergeletak di halaman rumahnya. Ia memukul kepala bagian belakang suaminya, Kepala Tito menggeluarkan d@rah segar. Seketika Bu Riana gemetar kala melihat d@rah segar itu, ia juga terduduk menatap Tito yang tiba-tiba ambruk ke tanah.
Zhafirah memeluk tubuh ibunya, ia menenangkan sang ibu. Debt kolektor yang baru akan pergi karena ketakutan tersentak kaget karena suara bentakan dari Arkha yang sudah keluar dari mobilnya.
“Mau kemana kamu! Bawa lelaki ini kerumah sakit!”
“Pak-pak-Pak Arkha….” Ucap lelaki itu ketakutan.
“Cepat!” Bentak Arkha pada lelaki itu.
“Ba-baik pak.” Ucap lelaki itu seraya meraih tubuh Tito dan membawanya ke dalam mobil.
“Satu lagi, minta kantor melunasi hutang lelaki itu, dan siapkan administrasinya, aku akan melunasinya.” Ucap Arkha.
Bu Riana dan Zhafirah memandangi Arkha yang berdiri dengan kedua tangannya di dalam saku celananya. Baru Bu Riana akan berterima kasih, Ia justru terdiam mendengar ucapan lelaki yang dianggap bos para debt kolektor itu.
“Te-“
“Aku tidak melakukan semua hanya karena Cuma-Cuma atau kasihan. Kamu harus menikah dengan ku Nona Zhafirah agar hutang ayah mu lunas.” Ucap Arkha dengan tatapan angkuh. Zhafirah menatap tajam Arkha.
“Maaf,Aku tidak sudih! Aku dan ibuku tidak ada sangkut pautnya dengan hutang lelaki itu.” Ucap Zhafirah sambil menatap Arkha dengan tajam.
Arkha terkekeh melihat keberanian dan kesombongan Zhafirah.
“Setidaknya dia calon menantu yang mama inginkan. Ia tidak menyukai aku.” Batin Arkha.
Ia berbalik sambil melangkah ia pun mengatakan apa rencana ayah tiri Zhafirah untuk melunasi hutangnya.
“Terserah, aku butuh kamu untuk menjadi istriku sebatas status dan untuk ibu ku senang di ujung usianya. Dan kamu bisa melunasi hutang ayah mu, tapi kalau tidak mau. Kamu harus siap dijual ketempat dimana para lelaki hidung belang mencari kepuasan. Aku tak butuh tubuh mu Nona Zhafirah. Aku hanya butuh status mu sebagai istriku dengan pernikahan yang sah secara hukum dan agama. Semua ada pada mu. Aku tinggalkan kartu namaku. Datanglah kekantor ku jika kamu menerima tawaran ku.” Ucap Arkha lalu ia berlalu meninggalkan ibu dan anak itu menatap punggungnya.
Satu kode tangan Arkha membuat sopir pribadinya memberikan Bu Riana kartu nama Arkha. Mobil sport milik Arkha meninggalkan lokasi rumah Zhafirah. Malam harinya, Zhafirah termenung menatap dua kartu nama. Satu tertuliskan nama Arkha Bagaskara, MBA. Dan satu lagi tertuliskan Mami Jeni.
Saat ia masih mengadukan masalah hatinya di atas sajadah, pintu rumahnya diketuk. Bu Riana yang membuka pintu terkejut karena Tito sudah pulang dengan tatapan tersenyum. Ia masuk kerumah sambil menenteng sebuah amplop. Zhafirah keluar dari kamar mendengar suara ayah tirinya dari arah ruang depan.
“Zhafirah, aku sudah mendengar kabar jika kamu ditawari lelaki kaya untuk menikah dengannya dan semua hutang ku lunas. Kamu pilih menikah dengan lelaki itu untuk melunasi hutang ku atau ibu mu masuk penjara karena sudah melakukan KDRT. Hahaha…” Suara Tito tertawa terbahak-bahak sambil melemparkan surat laporan ke pihak kepolisian atas Tindakan Bu Riana yang memukulnya siang tadi kearah Zhafirah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Yani
Ceritanya bagus
2024-04-26
0
asiah puteri mulyana
setia juga jd selalu searching novel2 karyanya kk thor..mangaat thor bagus2 cerita novelnya wajib like n koleksi bgt /Grin/
2024-03-02
1
Putry Anasthasya Kinasih
masih setia dr pesona ayra khaerunisa lanjut ke pesona the twins sktng ke zhafira
2023-11-26
3