"Aku tidak mau ditalak." Ucap Ayle mengulangi perkataannya setelah gadis itu berdiri didepan Arka dan Aninda yang nampak bingung dengan 1 masalah yang sama.
"Nin, kamu yang memintaku untuk disini. Sekarang aku memintamu, plis.. Pertahankan aku!"
Aninda nampak tertegun sejenak memikirkan Sahabatnya. Begitu pula Arka, dari awal Aninda mendesaknya untuk menikah lagi, Ia sudah mengantisipasi Kemungkinan yang akan terjadi. Didalam keluarganya sangat membenci Perceraian, baik itu pernikahan Secara Agama maupun Negara. Lalu sekarang, Aninda bahkan menyuruhnya untuk menikah ke 3 kali. Apa kata keluarganya nanti?
"Aku tidak bisa mempunyai 3 istri!" Ucap Arka akhirnya. Antara Ayle yang mundur atau Rahim ketiga Alina yang dibatalkan.
"Kalau begitu jangan nikahi gadis yang menjadi rahim ketigamu.."
"Tidak bisa!" Jawab Aninda dan Arka bersamaan. Aninda sudah mengatakan, ia tak ingin inseminasi buatan. Jika Arka menyentuh gadis itu tanpa ikatan pernikahan, itu sama saja Ziina. Arka pun tak akan mau melakukannya.
"Ay, lebih baik kamu mencari laki-laki yang mencintai kamu."
"Nin..."
"Aku tunggu keputusanmu. Ayle, atau rahim ketiga?" Ujar Arka sembari mengusap rambut Istrinya, setelah itu ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi.
Tinggallah Aninda yang diam dengan seribu kebingungan dan Ayle yang tak mau diceraikan oleh laki-laki yang sudah memberikan kemewahan untuknya.
.
.
.
.
.
Lain tempat, di apartemen Arka. Alina merasa Jengah, Sepi tak ada siapapun. Hanya dirinya dan Acara Siaran TV sebagai hiburannya. 1 jam sudah ia menikmati siaran kesukaannya, namun bukannya terhibur, Alina justru malah bosan. Belum lagi cacing-cacing perutnya mulai teriak-teriak, karena dari siang belum diberi jatah. Mana didapur tidak ada makanan apapun, hanya air putih untuk mengganjal rasa laparnya.
Sebenarnya Alina hendak keluar, tapi teringat pesan Arka, bahwa ia tak boleh keluar sebelum Laki-laki itu datang.
Lama menunggu ia mulai lemas karena rasa laparnya. Jika pun keluar mencari makan, Alina takut Anak buah pemilik tempat bordil yang mengincarnya masih berkeliaran diluar an sana. Tidak, ia tak boleh ketangkap. Lebih baik kelaparan disini dari pada menjadi Tawanan ditempat terkutuk.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam saat Alina terbangun karena ketiduran disofa ruang tengah. Ia mengumpulkan kesadarannya dan menatap kanan kiri, masih sepi. Itu artinya, Tuan Arka belum datang.
Alina tak bisa menahan rasa laparnya lagi, dengan terpaksa ia pun beranjak masuk kedalam kamar. Celana Kain hitam dan Sweeter hodie warna maroon kini sudah melekat sempurna ditubuhnya. Untung saja ia masih punya uang tabungan untuk berjaga-jaga diwaktu mendesak seperti sekarang ini.
Alina mengendarkan pandangannya kekanan kiri jalan didepan gedung apartemennya. Harap-harap ada penjual Nasi goreng yang masih buka didekat sana. Benar saja, Saat ia menatap kearah sebrang jalan, ada penjual Nasi goreng keliling. Gadis itu bergegas menghentikannya.
"Bang, nasi goreng telurnya satu ya, yang pedas. bungkus aja.. " Ucap Alina.
"Siap, neng. Tunggu sebentar ya." Jawab penjual Nasi goreng tersebut.
5 menit ia menunggu sembari duduk dikursi plastik yang disediakan. Namun nasi gorengnya belum jadi, terasa lama sekali. Dirinya yang sudah kelaparan atau memang penjualnya yang kurang cekatan?
Alina tetap Was-was pada beberapa orang yang liwat dijalanan depannya. Bukan tidak mungkin, para penjahat utusan tempat bo*dil masih berkeliaran.
Greb
Suara tepukan dipundak kanan Alina mengagetkannya. Gadis itu tersentak kaget, Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia mengira itu adalah penjahat yang mengincarnya. Alina memajamkan matanya, tak berani menoleh kebelakang.
"Apa yang kau lakukan disini?"
'Tunggu dulu, Suara itu?' Alina langsung menoleh kebelakang. Seorang Laki-laki dewasa yang sore tadi berniat menyewa rahimnya.
"Tu--tuan..." Alina langsung berdiri menundukkan kepalanya saat melihat sorot tajam dari mata hazel itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Arka mengulangi pertanyaannya. Ya, Laki-laki itu adalah Arka. Entah kenapa, ia merasa janggal saat hendak tidur. Tak disangka rupanya ia melupakan gadis yang ia tahan didalam Apartemennya.
"Aku... Em, ini sedang..."
"Neng, Nasi gorengnya sudah jadi!"
Sontak Alina dan Arka menoleh kepenjual Nasi goreng tersebut. Alina dengan ragu mengambil plastik berisi 1 bungkus nasi gorengnya.
"Berapa, Bang?" Tanya Alina.
"Lima belas Ribu, neng."
Alina mengangguk, lantas mengambil uang pas didalam kantong celananya. Belum sempat ia mengambil, Ternyata Arka lebih dulu membayarnya.
"Apa tidak ada uang kecil, Pak? Kembaliannya tidak cukup." Ucap penjual tersebut saat menghitung jumlah uangnya yang ternyata tidak sampai. Gadis remaja itu kan pembeli ketigannya.
"Tidak usah. Ambil saja kembaliannya." Seteleh mengatakannya, Arka langsung menarik tangan Alina menjauh dan membawanya menuju Unit kamar apartemennya.
Arka menutup pintu secara kasar hingga menimbulkan bunyi yang membuat Alina kaget sekaligus ketakutan. Belum lagi cengkraman tangan Arka yang sangat kuat dipergelangan tangannya, membuat rasa sakit tersendiri.
Alina meringis ketika tangannya dihempas laki-laki itu begitu saja.
"Bukannya aku sudah mengatakan, jangan keluar dari Sini sebelum aku datang!" Sentak Arka menatap tajam Gadis yang menunduk didepannya.
"Ma maaf, tuan."
Arka mengusap wajahnya kasar saat melihat Gadis remaja didepannya mulai meneteskan air mata. "Ini sudah tengah malam untuk gadis remaja sepertimu, Alin. Kau tahu ini jam berapa?"
"A aku hanya keluar mencari makan. Dari siang aku belum makan.." Jawab Alina dengan suara lirih. Asal Arka tau, ia sudah menunggunya dari jam 7 sampai ketiduran.
Astgaa...Arka mengacak rambutnya yang tadi rapi. Ia lupa sudah membuat janji kepada Alina untuk datang kesini, sampai membuat gadis itu menunggunya kelaparan.
"Makanlah terlebih dahulu. Seteleh itu aku ingin berbicara!"
Laki-laki berusia 37 tahun itu pun mengambil tempat duduk disofa sambil menyalakan TV. Alina pun bergegas kedapur mengambil piring, sekalian mengambilkan minuman untuk Tuan Arka.
"Silahkan diminum, tuan. Adanya hanya air putih didapur." Ucap Alin setelah meletakkan Gelas diatas meja.
Arka mengangguk. Lantas mengambil gelas tersebut dan meneguknya sampai airnya tinggal setengah gelas.
Alina duduk disofa didepan samping Arka. Ia merasa tak nyaman jika harus duduk disamping Laki-laki Asing, selain ayahnya. Jangankan berdekatan dengan lawan jenis, Ia justru selalu menghindar bila ada yang berusaha mendekatinya. Alina tak ingin menjalin asmara terlebih dahulu, terlebih usianya masih sangat muda, 19 tahun.
Arkan pun tak berkomentar sedikitpun, laki-laki itu lebih memilih fokus pada tayangan Televisi yang menyiarkan acara Bisnis.
10 menit, Alina selesai makan malam, telat makan malam lebih tepatnya. Arka sampai geleng-geleng saat tak sengaja melirik Alina yang nampak begitu Rakus saat memakannya. Selepas membereskan piring dan kertas coklat pembungkus nasi gorengnya, ia pun kembali duduk dikursi yang tadi diduduki.
"Sudah selesai?"
Alina mengangguk sebagai jawaban.
"Apa yang ingin tu--"
"Saya bukan tuanmu, Alina Anandyra!" Sahut Arka memotong ucapan Gadis remaja itu. Ia merasa risih ketika dipanggil Tuan oleh gadis yang sebentar lagi akan berstatus sebagai Istri ketiganya. Ketiga? Arka sudah memutuskan, bahwa Ayle akan dipertahankan. Sampai ia menemukan jalan untuk mengelurkan istri keduanya itu tanpa harus melibatkan Aninda.
"Lalu aku harus panggil apa?" Tanya Alina dengan polosnya.
"Panggil saja, Namaku."
"Mana bisa? Tuan lebih tua dariku."
Lebih tua? Arka terhenyak mendengarnya. Hei, Usianya baru 37 tahun. Walaupun tidak sebanding dengan Usia Alina yang baru 19 tahun. Setidaknya Wajahnya tak setua itu untuk bersanding dengan gadis remaja seperti Alina.
Arka mengusap wajahnya berkali-kali. Bisa-bisanya dirinya memikirkan semua itu. Alina hanya akan menjadi Ibu yang melahirkan Anaknya kelak, itu saja.
"Sudah, lupakan saja. Fikirkan itu nanti seteleh kita menikah!"
Alina mengangguk lagi.
"Besok Ijab Kabul kita akan dilakukan! Persiapkan dirimu..." Ucap Arka sembari menatap wajah gadis remaja didepannya yang begitu terkejut.
"Be besok...?"
"Ya. Lebih cepat lebih baik! Tenang saja, kamu hanya perlu hadir tepat waktu besok jam 9 pagi. Asistenku akan menjemput."
Alina sangat tak menyangka, Ia yang ingin terlepas dari ayahnya justru malah Terjebak dengan pria yang membutuhkan rahim ketiga. Hanya karena membayar rasa terima kasih untuk orang yang sudah menolongnya, ia akan melakukannya. Toh dirinya juga diuntungkan.
Bersambung...
(Jangan lupa dukungannya, Vote komen like and Fav)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Soraya
kok nama pemerannya semuanya berawalan huruf A
2024-10-10
0
NAHCAELN⃟ʲᵃᵃ࿐
Nextt🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2023-02-15
1
NAHCAELN⃟ʲᵃᵃ࿐
Iyya sih.. apalagi utang ayahnya banyakk
2023-02-15
1