Bab 4. Ungkapan Cinta

Samantha memperlakukan Kenneth begitu lembut. Malam ini penyambutan kecil itu hanya dilakukan oleh Samantha. Selain menikmati beberapa makanan yang disiapkan, keduanya pun berdansa mengikuti alunan musik yang sudah disiapkannya.

"Caramu lumayan juga, Samantha. Kau buat aku makan banyak, lalu kau memintaku bergerak ke sana kemari," ungkap Kenneth.

"Tentu saja, Ken. Aunty Stella yang memintaku melakukan itu. Jika tidak, kau akan berada di gimnasium berjam-jam. Kukira kau sudah memperhatikan penampilanmu sekarang."

Tentu saja. Itu sudah dilakukan semenjak dia berada di luar negeri. Kebugaran dan bentuk tubuh juga perlu. Itulah mengapa Kenneth lebih suka menghabiskan waktu di gimnasium, kolam renang, dan terkadang di lapangan olahraga. Ketimbang jalan-jalan tidak jelas dengan para gadis muda yang terobsesi padanya.

Samantha senang sekali saat berdansa dengan Kenneth. Rasanya malam ini tidak mau berakhir begitu cepat. Saat Kenneth melihat jam dinding yang menunjukkan malam telah larut , dia segera menyudahinya.

"Samantha, lebih baik kau pulang sekarang. Ini sudah sangat larut untuk gadis sepertimu," tegas Kenneth.

"Aku tidak bisa, Ken. Aku sudah pamit pada orang tuaku untuk menginap di sini."

Kenneth tidak menyangka kalau Samantha akan senekat itu. Padahal malam ini dia ingin meluangkan waktunya untuk menghubungi Rhiana.

"Hemm, baiklah. Aku akan mengantarmu ke kamar tamu," ajak Kenneth.

Kenneth pikir semuanya akan berakhir sampai di kamar tamu. Nyatanya dia salah besar. Samantha menahannya dengan berbagai alasan.

"Ken, temani aku di sini. Aku ingin berbincang banyak denganmu. Sudah lama tidak bertemu. Apa aku salah jika aku melakukan hal ini?"

Samantha duduk di ranjang. Sementara Kenneth berada di sofa. Dia membiarkan pintu kamar terbuka sedikit. Setidaknya untuk mengurangi kesalahpahaman antara Kenneth dan mamanya, Stella.

"Kau tidak salah, tetapi seharusnya kau pulang dulu. Besok bisa bertemu lagi. Kau bisa bertanya padaku banyak hal, Samantha. Namun, bukan berarti aku membenarkan kelakuanmu malam ini." Kenneth merasa tidak nyaman harus bermalam dengan gadis yang sudah menjadi sahabatnya di masa lalu.

"Ken, kau mau melakukan sesuatu kepadaku? Ehm, maksudku katakan kau juga merindukan aku. Bisakah?"

"Tidurlah. Ini sudah larut," pesan Kenneth.

"Ken, aku tidak bisa. Tolong bantu aku!" Samantha sangat manja sekali.

"Hemm, baiklah. Aku harus apa?" tanya Kenneth lagi. Kalau dia tidak melakukan apa yang diminta Samantha, semalaman dia akan terkurung di dalam kamar ini dengan gadis yang sama sekali tidak diinginkannya.

"Katakan kalau kau merindukanku sampai aku tertidur. Kau bisa, kan?"

Sebagai sahabat yang baik, Kenneth tidak bisa menolaknya. Anggap saja permintaan sebagai sahabat dekatnya. Kenneth pun menyetujuinya.

"Aku merindukanmu, aku merindukanmu, aku merindukanmu." Kenneth mengucapkan kata itu sehingga Samantha tertidur pulas.

Ketika Samantha benar-benar tertidur, Kenneth segera membetulkan posisi selimutnya. Setelah itu mematikan lampu tidur yang ada di sana kemudian keluar.

Setelah menutup pintu, Stella sudah berdiri di depan pintu. Wanita itu terlihat bahagia sekali saat tahu putranya bersikap romantis kepada Samantha.

"Ken, sejak kapan kau dan Samantha menjalin hubungan?" tanya Stella penasaran.

"Ck, kurasa Mama salah paham. Aku hanya melakukan permintaan Samantha saja. Aku tidak memiliki perasaan apa pun kepadanya," jelas Kenneth.

Sesaat Stella merasa senang bahwa Kenneth bersikap baik kepada Samantha. Terlebih kata-kata kerinduan pengantar tidur yang diucapkan Kenneth untuk Samantha. Stella pikir keduanya sudah lebih dari sekadar sahabat.

"Lalu, siapa gadis yang berhasil mencuri hatimu? Aku tidak mau apa yang menjadi bayangan mama selama ini tidak sesuai dengan kenyataan. Kau paham, kan? Kau harus menemukan gadis yang cantik, menarik, dan sepadan dengan keluarga kita."

Stella yang selalu menduduki sosialita kelas atas akan memberikan semua list untuk putranya. Apa yang boleh dan tidak akan mengisi bagian list tersebut.

"Garis takdir bukan kuasa Mama. Kuharap Mama tidak terlalu memiliki ekspektasi tinggi kepada apa yang Mama inginkan. Boleh jadi kita menginginkan sesuatu yang sempurna, tetapi kehendak Tuhan jauh lebih berkuasa!" Kenneth meninggalkan Stella begitu saja.

Tidak seharusnya Stella mengatur dengan siapa Kenneth harus berteman. Lalu, dengan siapa pula dia harus menautkan hati dan perasaannya. Stella tidak berhak ikut campur!

Sesampainya di kamar, Kenneth segera mengambil ponselnya. Sudah meninggalkan ponsel itu selama berjam-jam, tentunya ada harapan besar yang akan membuatnya semakin semangat. Ternyata dia salah besar. Rhiana tidak mengirimkan pesan padanya. Sungguh tragis sekali saat Kenneth diabaikan seperti itu.

"Sebenarnya kau kenapa, Rhiana? Bahkan mengirim pesan untukku tidak kau lakukan."

Kenneth tertidur membawa nama Rhiana di dalamnya. Tidurnya pun membawa Kenneth pada pertemuannya dengan Rhiana. Wanita itu menggunakan gaun malam yang begitu indah. Terlihat sangat cantik seperti di dunia nyata.

Dalam mimpi Kenneth, wanita itu perlahan menjauh. Terlebih Kenneth mengungkapkan perasaan sukanya pada Rhiana. Wanita itu lantas mengancam tidak mau bertemu lagi dengan Kenneth. Dia semakin sedih saat mendengarkan penolakannya.

Kenneth terbangun dengan keringat yang mengucur deras dari tubuhnya. Ruangan ber-AC itu tidak mampu menahan beban di dalam mimpinya.

"Oh, ya ampun! Kenapa aku mimpi buruk tentangnya? Kenapa aku kurang ajar sekali mengatakan perasaanku kepadanya?"

Kenneth bergegas menuju ke kamar mandi. Dia tidak boleh lupa untuk mengantarkan Samantha pulang ke rumahnya.

Sementara Samantha sudah duduk manis di meja makan bersama orang tua Kenneth. Mereka sangat senang melihat kedekatan Samantha dengan putranya.

"Ken selalu begitu, Samantha. Entah, di luar negeri dia bisa mendapatkan nilai bagus seperti itu. Padahal aunty tidak yakin dia bisa bangun tepat waktu. Setelah kembali ke mansion pun kelakuannya sama seperti dulu. Dia selalu bangun kesiangan," jelas Stella. Bukannya memuji putranya, dia malah menjatuhkan harga diri Kenneth.

"Selamat pagi," sapa Kenneth yang baru bergabung di meja makan.

"Kenneth akan menjadi aku saat dewasa, Stella. Dia hanya butuh penyesuaian diri saat berada di mansion. Terlebih semua pekerjaan sudah diurus oleh para maid. Sementara di luar negeri, dia harus mandiri. Benar begitu, bukan?" Albert meminta persetujuan pada Kenneth.

"Ya, Pa. Semalam aku menemani Samantha. Kurasa aku tertidur lebih larut darinya. Wajar kalau aku bangun agak siang, tetapi tidak kesiangan. Apa aku terlambat untuk mengikuti sarapan pagi?" tanya Kenneth pada Stella.

"Tidak, Ken. Kau tidak terlambat. Kami biasa sarapan pagi di jam-jam seperti ini. Oh ya, kata Mama kau akan mengantarkan Samantha pulang, bukan?" tanya Albert.

"Iya, Pa. Setelah sarapan pagi usai."

Sarapan pagi berlangsung dengan lancar. Seperti kata Kenneth sebelumnya, dia harus segera mengantarkan Samantha pulang. Namun, suasana terasa tidak nyaman saat Samantha mencoba mengutarakan perasaannya. Ya, Samantha mengatakannya di dalam mobil sebelum Kenneth mengemudikannya.

"Ken, tataplah wajahku!" Samantha mencoba keberaniannya agar Kenneth memandang wajahnya dengan intens. "Ken, kuharap ucapanmu semalam adalah nyata. Kau merindukanku, bukan? Sementara aku sangat mencintaimu. Aku harap kau bisa menerimaku lebih dari sekadar sahabat."

Samantha mengungkapkan perasaannya. Dia mencintai Kenneth sejak lama. Hanya saja hubungannya terhalang dengan kata sahabat. Maka dari itu, setelah Kenneth kembali, Samantha harus mengungkapkannya sebelum semuanya terlambat.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!