Kenneth tidak menggubris ucapan Samantha. Dia mengemudikan mobilnya menuju ke kediaman Samantha. Rasanya tidak etis memberikan penolakan saat keduanya berada di jalan. Namun, Samantha terus memaksa untuk menjawab ungkapan cintanya barusan.
"Ken, jawab aku! Apa kau juga mencintaiku? Jujur, aku terlalu berani mengatakan ini padamu karena aku takut tidak bisa mengatakan apa pun padamu."
Kenneth tetap diam. Dia sedang memikirkan jawaban yang pas untuk diucapkan kepada Samantha. Setidaknya agar gadis itu tidak sakit hati kepadanya. Namun, Kenneth harus sadar diri bahwa setiap penolakan yang diungkapkan selalu menyakiti hati para gadis.
Sampai di halaman rumah Samantha, Kenneth memintanya untuk tidak turun lebih dulu. Dia akan menyampaikan hal penting yang ingin didengarkan oleh Samantha.
"Kau menunggu jawabanku, bukan?"
Samantha mengangguk.
"Apa pun yang akan kukatakan setelah ini, kuharap kau masih mau bersahabat denganku. Sejujurnya semalam aku mengatakan itu hanya agar kau bisa tidur lebih cepat. Mengenai perasaan cintamu padaku, aku minta maaf. Ada nama lain yang sudah mengisi relung hatiku yang paling dalam. Aku minta maaf," jelas Kenneth.
Samantha berusaha menahan air matanya. Semalam dia menyiapkan pesta itu dengan harapan Kenneth akan mengubah status hubungannya. Nyatanya Samantha salah besar. Siapa sebenarnya gadis yang sudah mengambil hati Kenneth yang dingin itu?
Samantha turun dari mobil tanpa mengatakan apa-apa. Dia berlari menuju ke kamarnya kemudian mengunci pintunya dari luar. Samantha menangis sejadinya saat tahu Kenneth menolaknya.
"Ini hanya percobaan, Ken. Aku tidak akan pernah menyerah. Siapa pun gadis itu, aku akan mengalahkannya. Itu janjiku."
Keyakinan hati Samantha untuk mendapatkan Kenneth begitu besar. Tangisan, air mata, dan ungkapan cinta yang tidak berbalas akan menjadikan alasan Samantha bertahan pada hubungan persahabatan. Tidak masalah mendapatkan penolakan, Samantha harus tetap kuat.
Sementara Kenneth, setelah memberikan penolakan justru pikirannya tertuju pada ponselnya. Hari ini Rhiana belum mengirimkan pesan padanya. Kenneth tidak sengaja membanting tangannya ke atas klakson mobilnya sehingga menyebabkan bunyi gaduh di sana.
Kenneth pun lekas memutar mobilnya menuju pintu keluar. Setelah itu dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi kembali ke mansionnya. Dia harus bertemu dengan Stella dan mengungkapkan segala kegundahannya pagi ini.
Stella sedang berada di depan televisi saat Kenneth kembali. Anak tunggalnya itu mendadak bersikap manja kepadanya. Dia memeluk mamanya kemudian menumpahkan air matanya di sana.
"Kau kenapa, Ken? Apa ada yang salah dengan dirimu?" Stella membelai rambut putranya.
"Ma, apa aku salah jika tidak bisa menerima Samantha menjadi bagian terpenting dalam hidupku? Dia merasa kalau aku sudah berbuat jahat padanya."
"Ada apa, Sayang? Katakanlah dengan jelas! Mama tidak mengerti." Stella meminta Kenneth duduk di sampingnya. Dia mengecilkan volume televisi yang ditontonnya saat ini.
Kenneth menceritakan penolakannya kepada Samantha. Bukan keterlaluan, tetapi ini mengenai masa depannya. Dia tidak menyukai posisinya seperti ini. Apalagi Samantha yang dianggap sebagai sahabat dari masa kecilnya.
"Hemm, mama paham sekarang. Samantha mencintaimu, tetapi kau sendiri tidak memiliki perasaan kepadanya. Itu adalah hal yang sangat wajar sekali. Lalu, siapa gadis beruntung itu?" canda Stella.
Kenneth ragu. Bayangan cintanya saja belum jelas. Mana mungkin dia bisa mengatakan siapa gadis beruntung itu?
"Aku belum tahu, Ma. Intinya, jangan paksa aku untuk memperkenalkan seorang gadis padamu. Saat waktunya tiba nanti, aku pasti akan membawanya kepadamu. Doakan saja putramu ini, Mam."
Rhiana saat ini berada di ruang kerjanya. Dia membuka laci di mana meletakkan selembar kertas yang diberikan Kenneth padanya. Sebenarnya ingin sekali berbincang dengan lelaki muda itu, tetapi diurungkannya.
"Maaf, Ken. Pekerjaanku jauh lebih penting dari apa pun," lirih Rhiana memandangi kertas itu. Dia mengembalikannya kemudian mengunci laci itu agar tidak ada orang yang tahu.
Selain itu, pandangan Rhiana tertuju pada pigura di hadapannya. Fotonya dengan anak kecil yang kini sudah bertumbuh menjadi pemuda yang tampan.
"Semoga kau selalu mendapatkan kebahagiaan, Ken. Semoga kau menemukan gadis yang tepat. Gadis yang bisa membimbingmu semakin baik lagi. Aku tahu kalau sikapmu itu sangat sulit berubah, tetapi berada di tangan yang tepat, aku yakin semuanya akan baik-baik saja."
Rhiana bahagia saat mendengar kabar bahwa Kenneth berhasil mendapatkan nilai sempurna. Selain itu, lelaki kebanggaan keluarga Nathanael akan memberikan sesuatu yang berbeda untuk keluarganya. Rhiana tidak berhak ikut campur lagi. Terlebih dia sudah bukan bagian dari Nathanael.
Setelah sekian lama berkutat dengan pekerjaannya, Rhiana berniat untuk pergi berlibur. Setidaknya sebelum liburan, semua pekerjaannya selesai. Dia akan memberikan pengumuman dan pesan penting pada semua karyawannya saat makan siang. Rhiana meminta untuk menutup butik sebentar sebelum mereka pergi makan siang.
"Maaf, aku mengumpulkan kalian secara mendadak. Aku akan menyampaikan beberapa hal penting." Rhiana memulai pertemuannya.
Para karyawannya mendengarkan penuturan Rhiana dengan baik. Sebagai bos yang baik, tentunya membuat mereka bisa menerima apa pun yang disampaikan Rhiana. Apalagi mengenai liburannya yang serba mendadak itu.
"Jadi, Anda akan pergi selama beberapa hari, Nona?" tanya salah satu karyawannya.
"Iya, tetapi kalian tidak perlu khawatir. Semua pesanan sudah kuselesaikan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang sudah tertulis. Untuk pemesanan gaun-gaun baru, kalian bisa memasukkan ke dalam buku seperti biasa. Ingat, jangan lupa tanyakan estimasi waktunya. Setidaknya mereka akan memberikan waktu kepda kita untuk mengerjakannya lebih dulu. Aku tidak mau terburu-buru karena hasilnya tidak akan maksimal," jelas Rhiana.
Rhiana hanya bertugas mendesain saja. Urusan menjahit sudah ada bagian khusus. Jadi, saat dia meninggalkan butik, Rhiana tidak akan kepikiran apa pun. Dia butuh berlibur untuk sementara waktu.
Sedangkan Kenneth merasa kesal. Sikapnya sangat labil saat Rhiana tidak mengiriminya pesan sama sekali. Baru kali ini dia merasa diabaikan oleh seorang wanita. Ya, Kenneth menganggap Rhiana bukan gadis lagi, tetapi seorang wanita yang sangat menarik. Lebih dari sekadar pengasuhnya saja.
"Kalau sampai besok kau tidak mengirimkan pesan kepadaku, aku yang akan datang lagi ke sana," geram Kenneth saat memandangi pigura foto Rhiana di kamarnya.
Stella sendiri perlu melakukan sesuatu untuk putranya. Dia memiliki kenalan putri temannya yang berparas cantik. Stella tidak akan menyerah untuk Kenneth begitu saja.
"Halo, Serry. Aunty sengaja meneleponmu agar kau datang ke mansionku. Kapan kau bisa datang?" tanya Stella pada gadis itu.
Ya, gadis yang akan dijodohkan dengan Kenneth. Serry Qianzy adalah gadis cantik yang belum lulus kuliah, tetapi dia tahu jika keluarga Nathanael memiliki seorang putra yang begitu tampan. Dia tidak akan melewatkan kesempatan emas ini.
"Lusa aku akan datang ke mansion, aunty. Apa itu tidak terlalu lama?" tanya Serry mencoba bernegosiasi.
"Tidak masalah, Sayang. Datanglah ke mansionku saat makan malam!" pesan Stella kemudian mengakhiri panggilannya.
Stella tidak akan pernah berhenti sampai Kenneth membawa seorang gadis padanya. Dia ingin putranya itu mengenalkan satu gadis yang diyakini sebagai kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments