Aku masih dalam keadaan meringkuk di atas ranjang sampai dia naik ke ranjangku dan merebahkan dirinya di depanku. Jadi kita tidur saling berhadapan.
"Makanlah, Seira." Dia membelai pipiku.
Aku hanya diam menatap matanya, kita sangat dekat sampai lagi-lagi aku bisa mencium aroma mint dari tubuhnya. Entahlah, mungkin mint ini aroma favoritnya, setiap dekat dengan dia aku tidak mencium aroma yang lain.
"Pikirkan keluargamu, kau masih ingin bertemu dengan mereka, bukan?"
"Kau yang membuatku tidak bisa bertemu dengan mereka," kataku dengan suara lemah.
"Kau akan bertemu dengan mereka lagi."
"Kapan?"
"Aku hanya bisa berjanji kau akan bertemu dengan mereka lagi. Jadi makanlah, hm?" Dia terus mengelus wajahku sampai tangannya mengelus lenganku.
Ini bukan hanya soal keluarga, aku punya mimpi. Mimpiku bekerja di perusahaan penerbit sangat besar, aku tidak mau mati walaupun terkadang berdebat dengan Rey selalu membuat otakku menginginkan kematian.
Bahkan ketika aku melamun memikirkan ini semua, Rey tidak henti menatapku dengan tangan yang terus mengelus tubuhku. Entah itu mengelus kepalaku lalu pindah ke tangan.
"You want to eat?" (Kau mau makan)
Aku mengangguk samar dan aku melihat Rey tersenyum tipis. Pria itu segera bangun dari tidurnya lalu membantuku bangun.
Setelah aku duduk menyenderkan punggungku di kepala ranjang, Rey mengambil makanan di meja, dia hendak menyuapiku tapi aku langsung merebut piring di tangannya.
Aku bisa makan sendiri, tentu saja.
Rey hanya diam memperhatikan aku makan. Aku hanya menjatuhkan pandanganku ke piring, tidak menatap dia sama sekali. Anggap saja dia tidak ada di kamar.
Sampai aku selesai makan, aku memberikan piring kotor itu kepada Rey.
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu."
Dia turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Si bedeb*h itu bahkan tidak bertanya apa aku mau mandi atau tidak. Dia banyak mengaturku.
Pandanganku beralih menatap pintu. Rey ada di kamar, apa pintu tidak dikunci? Aku penasaran, aku mencoba turun dari ranjang perlahan, berjalan mengendap-ngendap sebab was-was jika Rey tiba-tiba keluar dari kamar mandi.
Aku memutar knop pintu perlahan-lahan dan sontak aku tercengang, ternyata benar pintu ini tidak dikunci.
Aku mencoba keluar dari kamar ini, sungguh jantungku berdebar tidak karuan, aku berjalan di lorong dengan langkah cepat, seraya sesekali menoleh ke belakang hanya untuk memastikan Rey tidak ada di belakangku.
Semakin lama, langkahku semakin cepat, sampai aku berlari dan berakhir menubruk seseorang di depanku sebab aku terlalu sering menoleh ke belakang.
"Nǐ xiǎng qù nǎlǐ, Mam?" (Anda mau pergi kemana, Mam?"
Aku berhenti dengan nafas terengah-engah seraya meneliti wajah tua di depanku ini. Pria tua yang sudah beruban.
"Can you speak english or Indonesia?" (Bisakah kau berbahasa english atau indonesia?"
Ah bodohnya aku bertanya seperti itu. Jika dia bisa, dia sudah berbicara bahasa english atau Indonesia dari tadi. Bukan Mandarin.
Dia menggelengkan kepala membuatku mendengus kasar. Aku harus pintar berbohong untuk selamat dari pria tua ini yang aku yakin dia salah satu bawahan Rey yang tidak mungkin bisa membantuku.
"I want to go to bathroom." (Aku ingin pergi ke kamar mandi)
Ucapanku ini sangat dasar yang anak kecil saja aku yakin mengerti. Pria tua ini pasti mengerti ucapanku apalagi aku pura-pura tengah menahan pipis.
"Yùshì zài nǐ de fángjiān lǐ, Mam." (Kamar mandi ada di kamarmu, Mam)
Aku tidak mengerti ucapannya tapi tangannya menunjuk ke lorong di belakangku. Aku hanya bisa menebak mungkin dia berpikir kenapa aku pergi keluar jika di kamarku juga ada kamar mandi.
"Rey, he is in the bathroom. I can't get into the bathroom." (Rey, dia ada di kamar mandi. Aku tidak bisa masuk ke kamar mandi)
Lihatlah, kami berbicara dengan dua bahasa berbeda tapi kami bisa saling mengerti sebab berbicara dengan berbagai isyarat yang ditunjukan tangan dan ekspresi wajah.
Pria tua itu menganggukan kepala lalu tangannya terulur ke samping kanan, ketika dia berjalan aku mengikuti langkahnya. Mungkin dia hendak menunjukan kamar mandi kepadaku.
Walaupun aku tidak berniat ke kamar mandi sungguhan. Aku harus mengikuti pria tua itu dulu agar tidak curiga kepadaku.
Dia mengantarku ke kamar mandi yang ada di dapur. Aku mengangguk lalu masuk ke kamar mandi.
Aku hanya diam di kamar mandi dengan gelisah lalu menempelkan telingaku ke pintu kamar mandi. Mencoba mendengar apa pria tua itu ada di depan kamar mandi atau tidak. Apa dia sedang menungguku keluar atau mengawasiku di depan?
Tapi aku tidak mendengar apapun, apa dia tidak ada di depan kamar mandi?
Aku mulai membuka knop pintu perlahan dengan jantung berdebar, jika pria tua itu berdiri di depan pintu kamar mandi maka gagal sudah rencana kaburku.
Dan seketika aku mendongak kala melihat sosok pria tinggi berdiri di depan kamar mandi dengan wajah datar dan tangan bersedekap dada.
Rey.
Kenapa malah si kepar*t itu yang berdiri di depan kamar mandi?
"Kenapa kau tidak bilang jika ingin ke kamar mandi, Seira. Kau bisa langsung masuk bukan pergi ke kamar mandi di dapur."
Aku menyembunyikan wajah kagetku. Aku berdehem dan membuka pintu lebar.
"Ada kau di kamar mandi, aku tidak bisa masuk."
"Aku tidak masalah jika berdua denganmu di kamar mandi."
Seketika aku langsung menyemprot matanya dengan tatapan tajamku. Kurang ajar sekali dia, si gila itu malah tersenyum sekarang.
"Jika di otakmu ada rencana kabur, jangan berharap itu akan berhasil, Seira. Banyak penjaga dan setiap pintu keluar dikunci, jadi jangan membuang-buang tenaga untuk melakukan hal yang sia-sia. Kembalilah ke kamar, kau harus mandi."
Tenang, aku tidak boleh marah mendengar ucapannya. Aku harus tenang, aku yakin suatu saat aku bisa keluar dari sini. Walaupun imanku tidak terlalu tinggi, tapi aku yakin Tuhan akan membantuku lepas dari kurungan manusia yang tidak waras ini.
Aku melangkahkan kakiku dengan kesal menuju kamar dan dia mengikutiku dari belakang.
"Lakukan sesuatu, jangan terus mengikutiku!" kataku kepada dia yang berjalan di belakangku.
"Aku memang sedang melakukan sesuatu."
"Melakukan apa?" tanyaku sedikit sewot tanpa menoleh ke belakang.
"Mengikutimu."
Si bod*h, dia bilang mengikutiku termasuk melakukan sesuatu? Bisakah aku mengeluarkan otak dari kepalanya? Maksudku melakukan sesuatu agar tidak mengikutiku, bekerja misalnya. Aku benar-benar muak jika ada di dekatku.
Rey berhenti ketika aku masuk ke kamar mandi seraya membanting pintu dan sekarang aku tidak tahu, apa dia sedang menungguku mandi atau keluar dari kamar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Lian S
Rey,anak reagan,tapi sifatnya seperti marvel
2023-01-13
0
Cha Cha
kenapa Rey jadi kaya bgt
2023-01-13
0