#Menolak makan

"Hei, apa aku boleh meminjam ponselmu?" tanyaku kepada pelayan wanita yang menghiraukan ucapanku. Kini, dia tengah menuangkan air ke gelas.

"Hei, aku berbicara denganmu."

Dia masih saja tidak menjawab. Menoleh pun tidak sama sekali. Tidak mungkin indra pendengarannya bermasalah, bukan? Kalau iya, kasihan sekali, dia terlihat masih muda.

"Can you speak Indonesia?" tanyaku yang berpikir mungkin pelayan wanita ini tidak bisa berbahasa Indonesia.

Wanita itu akhirnya menoleh kepadaku, membuat hatiku senang seketika. Tapi kemudian dia memudarkan senyum di wajahku ketika dia menggelengkan kepala.

"Oke, dont worry, i can speak english," ucapku. (Oke, jangan khawatir. aku bisa berbahasa english)

Tapi kemudian dia kembali menggelengkan kepala membuatku sontak mengernyit.

"You can't speak english?" (Kau tidak bisa berbahasa english)

Wanita itu kembali menggelengkan kepala membuatku menghela nafas panjang. Oke, pertanyaan bisa atau tidak bisa dalam bahasa english mungkin pertanyaan dasar, jadi dia sedikit mengerti dengan menjawab anggukan dan gelenggan kepala.

"Where are you from?" (Kau berasal darimana) Aku harap pertanyaanku ini dia bisa mengerti. Karena ini pertanyaan dasar.

"Chinese."

Aku mengangkat kedua alisku. Aku tidak bisa bahasa China. Sungguh, bagaimana ini.

"Nǐ bìxū chī, Mam." (Anda harus makan, Mam)

Aku awalnya tidak mengerti apa yang dia bicarakan tapi kemudian dia memberi isyarat dengan menggerakan tangan di depan mulutnya bermaksud menyuruhku makan.

Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Aku sudahi saja ini semua, aku malas berbicara dengan orang yang tidak mengerti bahasaku. Anggap saja aku seekor burung yang berbicara dengan tupai.

Aku memilih tidur membelakangi pelayan wanita itu sampai dia keluar dari kamar. Kali ini, aku ingin memarahi Rey sebab mengirim pelayan yang tidak mengerti bahasaku. Bagaimana aku bisa berbicara dengan mereka.

Aku tertidur karena benar-benar mengantuk sebab semalam tidak tidur sama sekali. Aku membiarkan perutku kosong.

Sampai akhirnya aku merasakan elusan tangan di wajahku dengan lembut.

"Kenapa kau masih saja belum makan, Seira."

Tanpa membuka mata aku tahu itu suara siapa. Ya, dia Rey. Si kepar*t itu sudah pulang bekerja ternyata.

Aku tidak tahu jam berapa sekarang, sudah berapa lama aku tidur. Aku hanya enggan membuka mata sebab tidak mau melihat Rey.

"Katakan kau mau makan apa, aku sendiri yang akan membuatkannya untukmu, Seira. Please, eat something." (Makan sesuatu)

Biarkan saja dia berbicara sampai berbusa, aku tidak mau menjawab atau membuka mata.

"I know you're awake." (Aku tau kau sudah bangun)

"Talk to me, Seira." (Berbicaralah denganku) "Aku suka mendengar suaramu."

Aku merasakan dia duduk di sampingku, walaupun aku tidur membelakanginya.

Entah berapa lama suasana tiba-tiba menjadi hening. Dia tidak berbicara lagi setelah duduk di pinggir ranjang, aku malah berpikir dia sudah tidak ada di kamar.

Aku mencoba membuka mataku perlahan dan menoleh, ternyata Rey masih ada di sampingku, dia hanya duduk seraya terus menatapku lekat. Aku berdecak dan kembali memejamkan mata.

"If you dont want to talk to me ..." (jika kau tidak mau berbicara denganku)

"Aku tidak akan berhenti menatapmu."

Dengarlah, perkataan si gila ini terasa ngilu di telingaku. Terserah dia saja, aku tidak perduli dia tidak berhenti menatapku. Dia juga yang akan merasa lelah, aku yakin itu.

Aku masih saja memejamkan mata walaupun aku tidak tidur, tidak ada yang aku dengar di ruangan ini selain detak jantungku sendiri. Aku masih merasakan Rey duduk di pinggir ranjang, tapi benar atau tidak dia terus menatapku, aku pun tidak tahu.

Aku sempat membuka mataku hanya untuk melihat Rey. Dan ternyata dia benar-benar tidak berhenti menatapku. Wajahnya datar, tatapannya terasa menusuk, aku sedikit merinding, apalagi dia hanya diam tanpa bersuara.

"Aku ingin tahu kabar keluargaku," ucapku tiba-tiba. "Mereka pasti sangat khawatir."

"Mereka sudah lapor polisi," sahut Rey.

Aku sontak langsung bangun, duduk menatap Rey. "Benarkah? Polisi akan melacak keberadaanku?"

Rey tersenyum miring. "Ya."

"Kenapa kau tersenyum? Bukankah seharusnya kau takut jika keluargaku sudah melaporkan kasus penculikan ini!"

"Ini bukan penculikan. Aku sudah menyelematkanmu dari pria yang hampir memperkos*mu Seira. Lagi pula, polisi tidak akan pernah datang ke rumahku, Seira."

"Kenapa? Karena kau berkuasa?"

"Ya, itu alasan salah satunya," sahut Rey.

"Seandainya kau bukan klan De Willson, mungkin kau hanyalah preman pasar! Sikap jahatmu cocok menjadi preman pasar!"

"Seandainya kau bukan Seira Borbone, mungkin kau tidak akan ada di sini. Karena yang aku inginkan hanyalah putri dari Borbone group."

Dia tersenyum setelah mengatakan itu, ucapanku yang mengatakan dia lebih cocok jadi preman pasar ternyata tidak membuat dia marah.

Dia malah membalas dengan kalimat yang membuatku langsung berpikir. Benar, jika saja aku bukan putri dari pemilik perusahaan Borbone group mungkin bukan aku yang sekarang dikurung Rey di rumah besar ini.

Tapi, apa alasan sebenarnya? Sungguh, jika dia hanya mengatakan menginginkanku, itu hanyalah bualan dari mulut kotornya saja.

"Lebih baik kau makan, Seira. Jangan membuat dirimu mati sia-sia."

"Aku tidak mau mati. Tapi jika terus terkurung bersamamu di sini, mungkin nanti kau akan menemukanku menjadi mayit di kamar ini!"

"Itu tidak akan terjadi. Jika kau tidak mau makan, aku akan menyuntikan nutrisi ke tubuhmu."

"Gila! Manusia gila!" geramku dengan amarah. "Lakukan saja kalau kau bisa!"

Aku kembali tidur membelakangi dia, aku tidak mau berbicara lagi dengan Rey yang hanya menghabiskan tenagaku ini. Sebab jujur, aku sebenarnya sangat lapar. Tapi aku ingin mogok makan agar bisa keluar dari rumah ini.

Apa yang dilakukan orang kelaparan sepertiku selain memaksakan diri untuk tidur agar tidak merasakan rasa laparnya lagi.

Ya, aku kembali tidur dalam keadaan perut kosong. Sulit memang, tapi aku memaksakan diriku untuk menutup mata dengan tidur meringkuk, lututku bahkan menyentuh perut untuk menekan rasa sakit sebab perutku yang kosong ini.

Sampai aku merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lenganku dan sepersekian detik kemudian aku merasakan lenganku seakan ditusuk sesuatu.

Aku sontak membuka mata dan menoleh dengan lemah, ternyata Rey menyuntikan sesuatu di lengan bagian atasku.

"Ini vitamin, pengganti makanan yang tidak masuk ke tubuhmu."

Aku ingin marah, tapi aku tidak kuat sebab benar-benar lemas. Aku hanya menghela nafas panjang dengan memejamkan mata.

"Kau tidak akan kehilangan nutrisi di tubuhmu, Seira. Tapi kau akan terus merasakan lemas jika tidak makan. Aku hanya membantumu untuk tetap hidup saja."

Ingin sekali aku melempar belati ke mulutnya. Membantuku tetap hidup katanya? Hei, aku bahkan hampir mati karena ulahnya sendiri. Tidakkah dia sadar akan hal itu?

#Bersambung

Terpopuler

Comments

sari ariswati

sari ariswati

ish....kok gaya mencintaimu Kyk GT sih Rey,km berbeda dr para d Wilson seniormu rey

2023-01-21

0

Lian S

Lian S

aku suka ceritanya thor,,tp tolg lnjut dong cerita marvel juga ,,,,Dilema cinta,,,,,,,,bersama linka

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!