Pulang

Setelah Ais selesai makan, ustadz Yusuf membeli makanan. Ais memutuskan untuk tidur, sedangkan ustadz Yusuf makan. Selesai makan, ustadz Yusuf melakukan panggilan telpon dengan abi dan umi di pesantren. Mereka bertanya bagaimana kondisi Ais.

"Alhamdulillah.. perlahan Ais sudah bisa menerima semuanya abi.. umi.." ucap ustadz Yusuf.

"Alhamdulillah.." ujar abi Bahar dan umi Maryam.

"Maaf ya, kami tidak bisa menemanimu di sana. Kamu pasti kerepotan." sesal umi.

"Tidak apa umi. Aku tidak merasa repot kok."

"Besok umi akan menemani kamu."

"Iya umi."

Tak berselang lama, panggilan pun berakhir. Sesaat setelah panggilan berakhir, ustadz Yusuf dikagetkan oleh teriakan Ais.

"Ahh.." Ais tiba-tiba terbangun dan berteriak.

"Astaghfirullah, Ais.." gumam ustadz Yusuf.

Ustadz Yusuf segera menghampiri Ais.

"Ais.. kamu kenapa?" tanya ustadz Yusuf khawatir.

Ais langsung memeluk ustadz Yusuf. Ustadz Yusuf kaget saat Ais tiba-tiba memeluknya. Untuk beberapa saat ustadz Yusuf membiarkan Ais memeluknya.

"Hiks.. hiks.. hiks.." terdengar isak tangis dari Ais.

Ustadz Yusuf kaget mendengar Ais yang tiba-tiba menangis. Ustadz Yusuf melepaskan pelukan Ais, lalu menatap Ais.

"Ais.. kamu kenapa? Kenapa nangis? Hm..?" ustadz Yusuf mengulangi pertanyaannya.

"Hiks.. aku mimpi buruk.." jawab Ais.

"Kamu tenang ya. Itu cuma mimpi. Jangan dipikirin. Lebih baik kamu tidur lagi." balas ustadz Yusuf sambil mengelus kepala Ais.

Ais kembali membaringkan tubuhnya. Dia mencoba untuk tidur kembali.

"Berdo'a dulu ya.."

Ais berdoa lalu memejamkan matanya. Ustadz Yusuf masih setia di samping Ais. Dia mengelus kepala Ais sambil melantunkan shalawat Nabi. Tak berselang lama, Ais pun tertidur kembali.

Ustadz Yusuf tak bosan menatap wanita yang kini sudah menjadi kekasih halalnya. Dia tidak menyangka Ais akan bisa bersikap seperti ini padanya.

Ais adalah wanita berusia 18 tahun. Nama aslinya adalah Aisha Rahma. Dia memiliki kembaran bernama Aqeela Rahima. Dia adalah adik Ais.

Ais dan Aqeela mempunyai sifat yang berbeda. Aqeela itu ramah, senyum, mudah bergaul, dan riang. Sementara Ais?

Dia wanita yang terlihat seperti sad girl. Dia jarang senyum, terlihat dingin, dia juga pendiam. Ais tak memiliki banyak teman. Sedangkan Aqeela mempunyai banyak teman. Aqeela disenangi oleh semua orang.

Jika Aqeela adalah sosok anak yang membanggakan, maka berbeda dengan Ais. Dia bukanlah anak yang bisa dibanggakan. Ya.. karna perilakunya tidak ramah pada orang lain.

Saat hari raya tertentu, keluarga ustadz Yusuf dan keluarga Ais sering bersilaturahmi. Aqeela sangat senang dengan acara silaturahmi. Tapi tidak untuk Ais. Baginya acara seperti itu sangat membosankan. Ais tidak suka pada keramaian.

Aqeela selalu menjadi pusat perhatian dan dia juga sering berbicara dengan ustadz Yusuf. Bukannya Ais tidak mau berbicara. Sebisa mungkin Ais selalu menghindar jika ada ustadz Yusuf. Alasannya, dia merasa tidak pantas berada diantara para orang saleh.

Ustadz Yusuf ingin sekali bisa berbicara dengan Ais. Ya.. hanya untuk sekedar menyapa saja. Tapi Ais selalu menghindarinya. Sejujurnya, ustadz Yusuf memendam rasa pada Ais. Ustadz Yusuf memilih memendam rasa itu seorang diri.

Ustadz Yusuf berniat melamar Ais saat dia sudah lulus kuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Namun saat dia hendak melamar Ais, rupanya Ais masih belum lulus sekolah. Ais masih kelas 12. Ustadz Yusuf akan menunggu 1 tahun lagi. Setelah itu baru dia akan menyampaikan perasaannya lewat jalan halal.

Rupanya takdir berkehendak lain. Sebelum lulus sekolah, Ais sudah menikah dengan ustadz Yusuf. Ya.. meski pun dengan jalan yang kurang mengenakan.

Usia ustadz Yusuf dan Ais tidak terlalu jauh. Sekarang ustadz Yusuf berusia 24 tahun. Mereka hanya selisih 6 tahun. Usia Ais tak jauh berbeda dengan Azka dan Azkia, atau Kia. Kedua adik ustadz Yusuf berusia 17 tahun. Mereka kembar. Sungguh kebetulan yang sangat kebetulan. Ustadz Yusuf memiliki adik kembar, dan istrinya juga mempunyai saudari kembar. Meskipun kembarannya sudah lebih dulu menghadap yang Maha Kuasa.

Ais yang dulu sangat susah dia dekati, sekarang dia sudah sangat dekat dengan ustadz Yusuf. Allah memang Maha Kuasa dalam segala hal, tak terkecuali.

2 hari kemudian.

Ais merasa jenuh berada di ruanga rawatnya. Ais ditemani ustadz Yusuf berjalan-jalan di taman yang ada di rumah sakit. Ais duduk di kursi, dan di sampingnya ada ustadz Ysusuf. Tak ada percakapan diantara mereka. Sebenarnya ustadz Yusuf sangat ingin berbicara dengan Ais. Namun Ais malah setia dalam mode diamnya.

"Ekhm.." ustadz Yusuf berdehem. Dia akan memulai pembicaraan.

"Ais, setelah kamu keluar dari rumah sakit, kamu mau kan ikut tinggal bersamaku di pesantren?" tanya ustadz Yusuf.

"Iya. Aku adalah istri kak Yusuf. Sudah seharusnya aku mengikuti suamiku." setuju Ais.

Ustadz Yusuf tersenyum. Dia merasa Ais sudah mulai menerimanya sebagai suaminya.

"Tapi kak, sebelum ke pesantren, aku ingin berziarah ke makam ayah, ibu, kakek dan Aqeela. Boleh kan?"

"Tentu saja boleh."

"Aku juga ingin pergi ke rumahku dulu. Aku ingin membawa barang-barangku."

"Aku akan menemanimu."

Setelah itu tak ada percakapan lain.

Kenapa Ais kembali diam? Apa dia akan kembali seperti dulu? Aku lebih suka Ais yang banyak bicara seperti sekarang. Batin ustadz Yusuf.

"Ais, kamu mau makan sesuatu?" tawar ustadz Yusuf.

"Aku ingin makan melon serut." pinta Ais menunjuk penjual melon serut yang berada di area luar rumah sakit.

"Baiklah. Aku akan membelinya. Kamu tunggu di sini." ucap ustadz Yusuf dan diangguki oleh Ais.

10 menit kemudian ustadz Yusuf datang dengan membawa 1 porsi melon serut. Dia langsung memberikan melon itu pada Ais.

"Terimakasih."

"Iya.."

Ais memakan melon serut itu dengan senang. Dia ingat kalo melon serut adalah makanan kesukaan Aqeela. Entah kenapa dia tiba-tiba ingin melon serut.

Keesokan harinya. Ais sudah siap-siap untuk keluar dari rumah sakit. Dia akan kembali bersama ustadz Yusuf. Keluarga yang lainnya menunggu di pesantren.

Ais masih duduk di ranjang dengan kaki yang ke bawah, serta hanya memakai sebelah sandal.

Dia memperhatikan aktivitas ustadz Yusuf yang sedang membereskan barang bawaan. Ustadz Yusuf mengecek kembali, siapa tau ada barang yang tertinggal. Ustadz Yusuf menutup tas besar berisikan barang-barang, lalu bengucap hamdalah. Hal itu tak luput dari penghilatan Ais.

"Mas.." panggil Ais pelan dan ragu.

Seketika ustadz Yusuf berbalik dan menatap Ais. Dia takut salah dengar.

"Kamu memanggil aku?" tanya ustadz Yusuf memastikan.

"Iya.." jawab Ais.

"Coba katakan sekali lagi." pinta ustadz Yusuf mendekat pada Ais.

"Mas. Mas Yusuf." ulang Ais sedikit mali.

Senyum ustadz Yusuf terbit. Dia sangat senang mendengar Ais memanggilnya dengan sebutan 'mas'.

"Iya, kenapa?" tanya ustadz Yusuf.

"Bisa bantu aku turun?" pinta Ais.

Ustadz Yusuf terdiam. Dia masih tidak menyangka akan panggilan Ais padanya.

"Mas Gak mau ya? Ya udah gak papa. Aku bisa sendiri kok." urug Ais.

"Eh.. Jangan." cegah ustadz Yusuf.

Ustadz Yusuf berdiri di hadapan Aiz. Dia heran kenapa Ais memakai sandal hanya sebelah. Ustadz Yusuf langsung tau kalo Ais hendak mengambil sandal tapi tidak bisa. Itu sebabnya dia ingin turun.

"Kamu mau pake sandal?" tanya ustadz Yusuf.

Ais menganggukkan kepalanya.

Ustadz Yusuf segera bejongkok dan mengambilkan sandal milik Ais, kemudian memakaikannya kembali. Ais tersenyum saat ustadz Yusuf mengetahui niatnya.

"Terimakasih"

"Iya.."

Setelah memakaikan sandal, ustadz Yusuf membantu Air turun dari ranjang. Saat berjalan pun, dia dibantu oleh ustadz Yusuf. Ais masuk ke mobil dan duduk di sebelah ustadz Yusuf. Tujuan pertama mereka adalah makan ayah, ibu Ais dan juga Aqeela.

Sesampainya di makam, Ais menangis. Dia tidak menyangka kini ayah, ibu dan Aqeela sudah meninggalkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!