Imam Hidupku

Imam Hidupku

Dinikahi

Di salah satu ruangan rumah sakit, sedang terjadi kepanikan.

Tit.. tit.. tit..

"Dokter, pasien mengalami gagal jantung." adu salah satu suster.

"Apa!" pekik sang dokter.

"Jantung pasien berhenti berdetak dokter."

Dokter tampak bingung. Satu sisi dia baru saja kehilangan salah satu pasien di ruangan yang sama. Dan sekarang dia diharuskan menghadapi pasien lain yang mengalami gagal jantung.

"Dokter apa yang harus kita lakukan?" tanya suster menyadarkan dokter dari kebimbangannya.

"Siapkan ruang operasi. Kita akan melakukan operasi besar." titah dokter.

"Baik dokter." para suster sudah mengerti dengan apa yang dokter katakan.

Para perawat memindahkan 2 tubuh manusia dari ruangan itu menuju ruang operasi. Dokter mengikuti dari belakang dengan sedikit terburu-buru.

"Dok.. Apa yang terjadi pada kedua cucu ku?"

"Mau dibawa ke mana mereka?"

"Mereka baik-baik saja kan?"

"Maaf kek, pak, bu. Nyawa salah satu pasien tidak bisa di selamatkan." jawab dokter.

"Innalillahi.."

"Lalu ke mana mereka akan di bawa?"

"Kami akan melakukan trasplantasi jantung."

"Apa! Transplantasi jantung?"

"Iya pak, sesuai dengan keinginan pasien, jika dia meninggal, dia meminta jantungnya didonorkan pada saudarinya. Ini keinginan terakhirnya." tutur dokter.

Tidak ada yang bisa dikatakan lagi. Jika itu sudah menjadi keinginan terakhir, maka mereka tidak bisa mencegahnya.

"Tapi kenapa harus sekarang? Apa tidak bisa besok saja?"

"Maaf bu, tapi pasien saudarinya mengalami gagal jantung. Jika tidak cepat ditangani, maka nyawa pasien akan menyusul saudarinya yang baru saja meninggal."

"Baiklah dok. Tapi tolong selamatkan dia."

"Selamatkan cucu ku. Aku tidak ingin kehilangan cucuku lagi."

"Baik pak, kek, kami akan berusaha semaksimal mungkin."

Dokter pergi.

Orang yang baru saja bertanya pada dokter adalah kakek Pudin, ustadz Yusuf, abi Bahar dan umi Maryam. Mereka kakek dan teman dekat dari pasien yang saat ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Pasien itu adalah Aisha Rahma. 5 hari yang lalu dia mengalai kecelakaan mobil bersama ayah, ibu dan saudari kembarnya, yaitu Aqeela Rahima. Ayah dan ibu Ais meninggal di tempat. Dan yang baru saja meninggal adalah Aqeela, adik Ais.

Ais mengalami luka yang cukup parah pada jantungnya akibat kecelakaan itu. Saat di bawa ke rumah sakit, sudah ada besi yang tertancab dibagian dadanya. Sementara Aqeela mengalami kerusakan pada livernya.

Setelah menerima perawatan, Ais jatuh koma dengan keadaan tidak bisa disebut selamat. Karna sewaktu-waktu bisa saja dia mengalami gagal jantung. Sementara Aqeela dia sudah sadar dengan keadaan yang juga sama seperti Ais.

Aqeela sangat sedih mendapati Ais yang terbaring koma. Kesedihan Aqeela bertambah saat mengetahui ayah dan ibunya sudah dulu meninggal. Hanya Ais dan kakeknya lah yang dia punya sekarang.

Aqeela tidak tau harus meminta tolong pada siapa. Mereka hanya punya kakek yang sedang menunggu di rumah. Aqeela tidak mau membuat kakeknya bersedih atas apa yang terjadi pada mereka. Hanya ada keluarga ustadz Yusuf dibenak Aqeela. Dan sampai akhirnya di sinilah keluarga ustadz Yusuf berada.

Aqeela melarang untuk memberitahu kakeknya. Dia ingin ustadz Yusuf dan abi yang memberitahu kakeknya. Aqeela takut kakeknya akan terkena serangan jantung jika orang lain yang memberitahunya. Aqeela yakin ustadz Yusuf akan bisa memberitahu kakeknya dengan baik. Keyakinan Aqeela terbukti. Setelah mendengar keluarganya kecelakaan kakek Pudin sangat terpukul. Namun dengan cepat ditenangkan oleh abi Bahar dan ustadz Yusuf.

Dokter kembali dengan membawa surat persetujuan.

"Kek, pak, bu, sebelum kami melakukan operasi, kami memerlukan tanda tangan dari wali pasien." ucap dokter. "Kakek harus menandatangi surat persetujuan ini. Kedepannya tandatangan wali akan sangat dibutuhkan."

Kakek Pudin terdiam. Entah apa yang dia pikirkan.

"Kek.." ustadz Yusuf menyadarkan kakek Pudin dari lamunannya.

"Kakek tidak bisa menjadi Ais." ucap kakek Pudin.

"Kenapa kakek tidak bisa?" heran semua orang.

"Kakek takut rumah sakit akan meminta tanda tangan kakek untuk Ais, dan saat itu kakek sudah tiada." jawab kakek.

"Astaghfirullah.. Kakek tidak boleh berbicara seperti itu." tegur abi Bahar.

"Bahar, kau saja yang menjadi walinya. Lakukan ini untuk pria yang sedang menunggu ajalnya ini." pinta kakek Pudin.

"Baiklah kek. Aku akan menjadi wali untuk Ais." putuh Bahar. Dia tidak bisa menolak permintaan Bahar.

"Tidak abi, biar Yusuf saja yang menjadi wali Ais." tolak ustadz Yusuf.

Semua orang menatap Yusuf dengan kaget

"Apa maksud kamu Yusuf?" tanya Umi Maryam.

"Umi, Yusuf bersedia menjadi wali Ais."

"Tapi Yusuf, kamu tau kan, apa yang kamu katakan barusan? Kamu sadarkan?" tanya Abi.

"Iya abi, Yusuf tau dan Yusuf sadar. Yusuf siap menjadi suami Ais." jawab Yusuf dengan yakin.

"Sayang, coba pikirkan lagi. Biar abi kamu yang menjadi wali Ais." jelas umi.

"Tidak umi, aku tetap ingin menikahi Ais. Lagipula aku sudah terlanjur melihat aurat Ais."

"Yusuf, coba pikirkan sekali lagi." pinta abi.

"Aku sudah memikirkannya abi. Aku siap. Sangat siap. Dan yang terpenting, aku mencintai Ais. Aku tidak ingin rasa cintaku menjadi perbuatan maksiat."

Abi Bahar dan umi Maryam terdiam atas pengakuan Yusuf. Begitupun dengan kakek Pudin. Mereka sangat terkejut atas pengakuan putra sulung mereka. Pasalnya, mereka kira Yusuf menyukai Aqeela. Bukan Ais.

"Kakek, aku sudah lama mencintai Ais. Aku sangat mencintainya." ucap ustadz Yusuf pada kakek Pudin.

"Abi.. Umi.. izinkan aku menikahi Ais." pinta ustadz Yusuf dengan perasaan yang tulus.

Kakek, bi Bahar dan umi Maryam masih terdiam.

"Abi.. Tolong nikahkan kami.." bujuk ustadz Yusuf.

"Baiklah. Kakek merestui kamu bersama Ais." putus kakek Pudin. "Bahar, nikahkan mereka. Aku akan menjadi wali Ais. Setelah Yusuf sah menjadi suami Ais, hak wali akan berpindah padanya."

"Baik kek."

"Yusuf kau harus siap dengan apa yang akan kau alami kedepannya." ucap kakek Pudin."

"Iya kek. Insya Allah aku siap." angguk Yusuf.

Di ruang operasi sudah ada Ais yang tak sadarkan diri, kakek Pudin, ustadz Yusuf, abi Bahar, umi Maryam, dokter dan perawat. Abi Bahar akan menikahkan ustadz Yusuf dengan Ais secara agama. Dokter dan beberapa perawat menjadi saksi.

Pernikahan itu di adakan secara mendadak. Yusuf memberi mahar dengan uang cash yang ada di dompetnya sebesar Rp. 1.950.000.

Dengan khidmat, ustadz Yusuf menjabat tangan kakek Pudin dan mengucapkan kalimat kabul dengan yakin dan pasti. Sampai akhirnya kata 'sah' terdengar dari para saksi.

Ustadz Yusuf dan Ais sudah resmi menjadi suami istri. Setelah ijab kabul, ustadz Yusuf segera menandatangani semua dokumen untuk operasi. Setelah selesai, barulah operasi bisa dilakukan.

Operasi berlangsung selama 5 jam. Ustadz Yusuf, kakek Pudin, abi Bahar dan umi Maryam menungu dengan gelisah kondisi di dalam sana. Mereka tak henti-hentinya melafalkan dzikir. Dari ketiga orang itu, ustadz Yusuf adalah orang yang paling cemas. Bagaimana dia tidak cemas. Yang ada di dalam sana adalah istrinya.

"Ya Allah. selamatkan lah istri hamba. Berikanlah kelancaran pada operasinya. Hanya kepadamu lah hamba memohon dan hanya kepadamu lah hamba meminta." do'a ustadz Yusuf.

Tak lama lampu ruangan operasi mati, yang menandakan operasi sudah selesai. Dokter keluar dari ruang operasi. Ustadz Yusuf, abi dan umi segera menghampiri dokter.

"Dokter, bagaimana operasinya? Bagaimana kondisi istri saya? Apa dia baik-baik saja?" tanya ustadz Yusuf.

"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar. Kondisi istri bapak masih dalam pemulihan"

"Kapan Ais akan sadar dok?" tanya umi.

"Biasanya setelah opesai pasien akan sadar jika efek obat bius sudah menghilang. Namun karna sebelum operasi pasien sudah dalam keadaan koma, jadi kami tidak bisa menentukan."

Semua orang terdiam.

"Sebaiknya bapak dan ibu banyak berdo'a agar pasien segera sadar." tukas dokter.

"Baik dok. Terima kasih." ucap ustadz Yusuf dan diangguki oleh dokter.

Ais dibawa ke ruang rawat inap. Banyak sekali alat yang terpasang pada tubuh Ais. Ustadz Yusuf sangat prihatin melihat kondisi Ais. Dia tidak menyangka nasib Ais akan seperti ini. Ustadz Yusuf duduk di samping Ais sambil menggenggam lembut tangan kecil Ais.

Kakek, abi dan umi yang melihat itu merasa tersentuh. Awalnya mereka yakin kalo ustadz Yusuf hanya kasihan pada Ais. Namun rupanya ustadz Yusuf memang sangat mencintai Ais.

"Yusuf.." panggil umi.

Ustadz Yusuf menolehkan kepalanya pada umi.

"Sebaiknya kau pulang ke pesantren. Kau pasti lelah." ucap umi.

"Tidak umi. Yusuf mau di sini menemani istri Yusuf. Umi dan abi saja yang pulang. Azka dan Kia pasti khawatir karna sudah 2 hari kita tidak pulang. Setidaknya harus ada yang pulang diantara kita."

"Baiklah. Karna Ais sudah menjadi tanggung jawabmu, abi dan umi hanya bisa mempercayakan semuanya. Kalo begitu abi dan umi pamit pulang ke pesantren. Kamu jagain menantu abi sama umi ya" ucap abi.

"Baik abi"

"Nanti Azka umi suruh ke sini buat nemenin kamu ya."

"Iya umi."

"Kakek kami pamit pulang ya." ucap abi Bahar.

"Iya."

"Kakek harus jaga kesehatan."

"Iya.."

Setelah kepergian abi dan umi, kini hanya tersisa ustadz Yusuf dan kakek pudin.

"Kek, sebaiknya kakek beristirahat di rumah. Jangan khawatirkan Ais. Aku akan menemani dan menjaga Ais." ucap ustadz Yusuf.

"Baiklah tolong jaga Ais ya."

"Iya kek."

Kakek Pudin pulang menaiki taxi yang dipesan oleh ustadz Yusuf.

Terpopuler

Comments

kiaKarmila

kiaKarmila

terpaksa donor jantung untuk saudarinya

2023-07-01

1

Titik Sofiah

Titik Sofiah

awal yg menarik ya Thor

2023-02-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!