Sadar

Sore menjelang, Azka datang ke rumah sakit untuk menemani ustadz Yusuf. Azka mengetuk pintu ruangan Ais. Dan tak lama keluarlah ustadz Yusuf.

"Assalamu'alaikum." sapa Azka.

"Wa'alaikumsalam." balas ustadz Yusuf.

"Maaf ya bang, tadi di jalan macet. Jadi aku ke sini agak sore." ucap Azka.

"Iya, gak papa." balas ustadz Yusuf.

"Azka gak dipersilahkan masuk nih?"

"Oh iya, sebentar ya."

Ustadz Yusuf masuk ke dalam. Dia menutup tirai penghalang yang ada di ruangan itu agar tubuh Ais tidak terlihat. Alasannya agar Azka tidak bisa melihat aurat Ais.

"Kamu boleh masuk." ucap ustadz Yusuf.

"Baiklah.." Azka masuk ke dalam ruangan.

Saat dia masuk, dia hanya melihat sofa, meja lemari kecil dan tirai yang menutupi salah satu sudut ruangan. Dia bingung karna tidak mendapati Ais.

"Bang, umi bilang abang lagi nungguin Ais. Tapi mana Aisnya?" tanya Azka heran.

"Ada di balik tirai itu." jawab ustadz Yusuf.

Azka berjalan mendekat dan hendak membuka tirai. Dengan segera ustadz Yusuf menghentikan langkah Azka.

"Eh.. mau ke mana?" cegah ustadz Yusuf.

"Mau liat kondisi Ais bang." jawan Azka.

"Jangan."

"Kenapa? Gak boleh ya, jenguk orang yang sakit?"

"Bukan gak boleh.. tapi Ais sedang tidak memakai kerudung. Kamu tidak bisa melihat aurat Ais." jelas ustadz Yusuf.

"Iya.. iya.."

Azka duduk di sofa dan menyimpan tote bag yang di bawanya di atas meja.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Yusuf.

"Oh iya, Azka hampir lupa. Ini baju ganti buat abang. Sekalian ada makanan di dalem. Nanti abang bisa makan." jawab Azka.

"Makasih ya."

"Apasih yang enggak buat abang. Aku padamu bang."

"Astaghfiirullah.. Azka, jangan berkata seperti itu. Abang tidak suka"

"Iya bang maaf. Azka kan sayang abang"

"Azka.."

"Heheh.. iya..iya.."

Ustadz Yusuf membersihkan diri dan berganti baju di kamar mandi ruangan itu. Azka juga masih di ruangan itu. Saat ustadz Yusuf sedang di kamar mandi, Azka tidak berani untuk melihat Ais. Meski pun penasaran, Azka tau batasan dan aturan. Dia tau kalo sekarang Ais adalah istri kakaknya atau kakak iparnya.

Pukul 20.00, ustadz Yusuf dan Azka makan malam. Selesai makan, mereka mengobrol ringan. Ustadz Yusuf bertanya apa saja yang terjadi selama dia tidak ada.

"Abang tau, aku sudah sangat lelah menjawab pertanyan para santri. Mereka terus bertanya ke mana abang pergi." ucap Azka.

"Lalu kamu menjawab apa?"

"Aku jawab saja, abang sedang ada urusan seperti biasa."

Ustadz Yusuf menganggukkan kepalanya.

"Tapi bang, aku paling kasian pada Kia" ucap Azka.

"Kenapa dengan Kia? Apa dia sakit?"

"Tidak. Bukan itu bang. Dia bilang, dia terus saja diberi pertanyaan oleh para santriwati. 'Kia, ustadz Yusuf ke mana? Apa dia sakit? Apa dia tidak ada di rumah? Kenapa dia tidak terlihat?' Dan masih hanyak lagi bang pertanyaan tentang abang."

"Kasian sekali Kia." gumam ustadz Yusuf.

"Lalu abang tau, apa yang Kita katakan?"

"Apa yang Kia katakan?"

"Kita bilang, 'ustadz Muhammad Yusuf Gifari sedang menjemput calon istrinya. Calon kakak iparku. Puas!' Dia bilang gitu bang. Dia sudah sangat pusing."

"Benarkah?"

"Iya bang.. aku tidak bohong."

Ustadz Yusuf hanya menggelengkan kepalanya.

"Abang, aku tidak tau apa yang akan aku katakan ini pada waktu yang tepat atau tidak. Aku hanya ingin mengatakan selamat atas pernikahanmu. Aku tau, abang pasti tidak akan asal memilih pasangan hidup. Jika abang sudah memutuskan, itu pasti yang terbaik." tutur Azka.

"Aamiin.. terima kasih Azka"

Pukul 06.00 ustadz Yusuf menerima telpon, kalo kakek Pudin mengalami kecelakaan saat sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Dan sekarang kakek Pudin sedang berada di rumah sakit di mana Ais juga dirawat di sana.

Mobil yang membawa kakek pudin tergelincir akibat jalanan licin. Kakek Pudin mengalami pendarahan di otaknya.

Ustadz Yusuf segera mengabari abi dan umi. Setelah mendapat kabar dari ustadz Yusuf, abi dan umi segera menuju rumah sakit. Mereka sangat kasihan pada kakek Pudin.

Di ruangan kakek Pudin, ada ustadz Yusuf, abi dan umi. Sementara di ruangan Ais ada Azka dan Kia yang sedang menjaga Ais.

Saat ini kakek Pudin sudah sadar.

"Yu, Yusuf.." kakek Pudin memanggil ustadz Yusuf dengan terbata.

"Iya kek." balas ustadz Yusuf sambil memegang tangan kakek Pudin.

"Tolong jaga Ais. Bahagiakan dia. Jangan buat dia bersedih. Hanya kamu yang dia punya." pinta kakek Pudin.

"Iya kek." angguk ustadz Yusuf.

"Kek, sebaiknya kakek jangan dulu bicara. Kakek masih lemah." saran abi.

"Kakek tidak punya waktu lagi." balasnya. "Tolong sampaikan permintaan maaf kakek pada Ais. Kakek sangat menyayanginya."

Tit..

Alat pendeteksi jantung berbunyi lurus. Kakek Pudin menutup matanya dan mengembuskan nafas terakhirnya.

"Kek.. Kakek.." panggil ustadz Yusuf.

Tak ada respon dari kakek Pudin.

Umi segera memanggil dokter. Dan dokter mengatakan kakek Pudin sudah meninggal dunia.

"Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'un.." ucap semua orang.

Keluarga ustadz Yusuf mengatur pemakaman kakek Pudin. Kakek pudin dikuburkan di sebelah alm. ayah Ais. Setelah proses pemakaman, semua orang kembali ke rumah sakit. Mereka berada di ruangan Ais.

Ustadz Yusuf duduk di samping Ais sambil memegang tangan Ais. Semua orang kasihan pada Ais. Baru saja kehilangan saudarinya, sekarang harus kehilangan kakeknya. Namun apalah daya. Manusia hanya bisa menjalani takdir. Allah lah yang mengatur sengalanya.

Sudah 2 minggu Ais tidak sadarkan diri setelah operasi. Tak bosan-bosa ustadz Yusuf selalu menemani Ais.

Hari ini, Ais sedang diperiksa oleh dokter. Hanya ada ustadz Yusuf yang bersama Ais.

"Dokter bagaimana kondisi istri saya?" tanya ustadz Yusuf.

"Kondisi istri bapak membaik. Dia sedang dalam proses pemulihan." jawab dokter.

"Tapi kenapa dia belum sadar dok?"

"Beberapa hari lagi istri bapak akan sadar. Jadi bapak tenang saja, dan terus berdo'a. Karna do'a sangat pengaruh."

"Baik dok."

Setelah memeriksa kondisi Ais, dokter pun pergi. Ustadz Yusuf mengelus kepala Ais dengan lembut.

"Ais Istriku, cepatlah bangun. Suamimu ini sangat ingin melihat kau membuka matamu." ucap ustadz Yusuf.

Ustadz Yusuf mengecup singkat kening Ais. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan shalat duha.

Setelah shalat dan berdo'a, ustadz Yusuf duduk di sebelah ranjang Ais dan membaca Al-Qur'an. Suara ustadz Yusuf sangatlah merdu. Membuat orang yang mendengarnya tak ingin berhenti mendengar kalam Allah yang dilantunkan.

Tiba-tiba ustadz Yusuf melihat jari tangan Ais bergerak. Ustadz Yusuf mengakhiri tadarusnya dan segera memanggil dokter. Tampak Ais membuka matanya secara perlahan. Orang yang pertama kali dia lihat adalah ustadz Yusuf.

"Alhamdulillah.. Ais, kau sudah sadar.." ustadz Yusuf sangat senang.

Tak lama dokter pun datang. Perawat meminta ustadz Yusuf menungu di luar. Sembari menunggu, ustadz Yusuf menghubungi keluarganya untuk memberitahukan Ais sudah sadar. Tak henti-hentinya ustadz Yusuf mengucap rasa syukur pada Allah SWT.

Dokter memeriksa Ais kembali.

"Mbak Ais, apa kau bisa mendengarku? Jika bisa berikan tanda dengan mengedipkan matamu dan menjawabku" tanya dokter.

"Ya, aku bisa mendengar." ucap Ais sambil mengedipkan matanya. Ais terdengar sangat lemah.

Kesadaran Ais sudah pulih. Dia memang terlihat sedikit linglung. Tapi kondisi itu dimaklumi.

"Alhamdulillah.. berkat do'a dari suami dan keluarga mbak, akhirnya mbak bisa sadar dan pulih kembali." ujar dokter tersenyum.

Ais bingung dengan penggunaan kata suami. Siapa suami yang di maksud? Dia merasa dirinya belum menikah. Ais tak mau dulu memikirkan itu. Dia masih merasa pusing. Dia bingung bagaimana dia bisa ada di rumah sakit ini.

"Mbak istirahat ya. Saya akan memanggil suami mbak."

Dokter keluar dari ruangan dan meninggalkan Ais.

"Dok, bagaimana dengan Ais?" tanya ustadz Yusuf.

"Istri bapak sudah sadar. Dia membutuhkan istirahat yang cukup. Tidak boleh ada beban pikiran yang terlalu berat menimpanya. Dan lagi, usahakan jangan ada sesuatu yang bisa mengguncang mentalnya." ucap dokter panjang lebar.

"Baik dok. Terimakasih ya dok."

"Sama-sama pak. Saya permisi."

Dokter pergi, dan ustadz Yusuf segera masuk ke dalam ruangan Ais. Dia sudah tidak sabar bertemu Ais.

"Assalamu'alaikum." sapa ustadz Yusuf.

Ais menoleh dan menjawab "Wa'alaikumsalam." dengan lemah.

Ustadz Yusuf tersenyum.

"Bagaimana kondisi kamu?" tanya ustadz Yusuf.

"Alhamdulillah.." balas Ais.

Jujur saja ustadz Yusuf sangat grogi berbicara dengan Ais. Karna dulu jika mereka bertemu, mereka tidak berbicara banyak. Ustadz Yusuf lebih sering bicara dengan Aqeela. Sedangkan Ais terkesan seperti menjauhinya. Ustadz Yusuf tidak tau kenapa Ais menjauhinya. Padalah dia hanya ingin bisa lebih mengenal Ais saja. Dan sekarang. Dia tidak menyangka kalo Ais sudah menjadi istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!