Bab 5

..."Ternyata yang dimulai dengan canda bisa berakhir dengan luka, dan yang dimulai dengan tawa bisa berakhir dengan airmata," Clara dan Wilona....

POV. Hanung

Aku tidak bisa melihat apapun selain hanya mendengar nafasnya yang mengalir lembut di telingaku.

Apalagi ketika aku benar-benar sudah menyatu dengan dirinya dalam selimut yang sama.

Kurasakan miliknya masih begitu rapat meskipun sudah punya anak tiga. Ternyata, dia sangat pandai menjaga nya dan ini pertama kalinya bagiku.

Aku membiarkan tanganya menari lembut diatas kulitku dan aku terus memompa nya hingga kami mendapatkan secara bersamaan.

Dalam gelapnya kamarku, tiba-tiba aku merasa jika pipinya basah oleh air mata.

Pov. Wilona

Aku terpaksa membuat kamar ini menjadi gelap. Agar aku tidak melihat beberapa tanda kepemilikan ditubuh suamiku yang telah lebih dulu di sentuh oleh wanita lain.

Aku maklum. Dia sudah punya kekasih, dan pacaran sepuluh tahun, bukanlah hal yang mudah untuk melupakan nya.

Tapi, tiba-tiba dia setuju untuk menikah denganku demi bisnis keluarga. Aku harus membalas apa yang sudah dia lakukan demi ketiga anakku.

Aku berusaha untuk menerima dirinya menggantikan suamiku yang belum lama tiada. Aku masih sangat mencintai suamiku, itulah alasanku mematikan lampu.

Agar aku tidak melihat wajahnya ketika dia menyentuhku. Dan agar ketika aku menangis saat kami berhubungan, dia tidak melihat airmata ku.

Pov. Hanung

Aku merasakan pipinya basah, aku tahu jika ini tidak mudah untuknya.

Aku lalu meraihnya mendekat padaku dan ku tempelkan pipinya ke dadaku yang terbuka.

Agar aku bisa merasakan dia masih menangis atau tidak. Masalahnya sangat gelap. Aku tidak bisa melihat airmata dalam gelap. Tapi aku bisa merasakan nya.

Aku merasakan nafasnya mulai teratur dan pipinya tidak lagi basah. Setelah aku melihatnya kembali, ternyata dia sudah tidur.

Akupun membaringkan nya di sisiku perlahan agar Wilona tidak terbangun.

Aku juga merasa mengantuk sekali dan sangat lelah. Akhirnya aku pun tidur di sampingnya.

Matahari muncul lebih pagi dari biasanya. Dan karena kamar Hanung menghadap ke atas, maka cahayanya langsung menerobos masuk kedalam dan menyilaukan matanya.

Sekarang dia bisa melihat dengan jelas wajah cantik Wilona karena cahaya matahari yang jatuh ke wajahnya.

"Kamu cantik meskipun sedang tidur. Aku tidak menyangka kamu menjadi janda di usia yang sangat muda ini. Dan bahkan kamu harus mengurus tiga anak yang masih kecil sendirian. Aku berjanji, aku akan menjadi teman hidupmu dan membuatmu bahagia,"

Dan ketika itu, Wilona membuka matanya perlahan. Begitu membuka matanya, dia kaget memergoki suaminya yang sedang memandanginya sangat dekat dengan wajahnya.

Wilona tersenyum malu-malu, dia segera mengambil bajunya dan masuk kekamar mandi untuk keramas.

Sedangkan Hanung, setelah merapikan bajunya dia keluar sebentar karena teringat pada kekasihnya yang menginap dirumahnya.

Hanung menyelinap masuk ke kamar Clara ketika tidak ada yang melihatnya.

Clara sudah rapi dan tahu jika Hanung pasti akan datang di pagi ini.

"Sayang...." sapa Clara ketika melihat Hanung datang dalam keadaan belum mandi. Jelas rambutnya masih kering saat ini.

"Kau sudah rapi?"

"Hem..."

"Aku akan mengantar kamu pulang sebelum nenek melihatmu disini,"

"Aish, kamu sangat takut sekali. Kenapa? Kamu takut pada nenekmu atau istrimu itu?" Sahut Clara dengan sinis.

"Aku tidak ingin mereka membuatmu sedih. Dan apa yang akan terjadi jika mereka melihatmu disini?"

"Hem, baiklah. Antar aku pulang,"

Sahut Clara lalu mengeluarkan kopernya dari kamarnya dan berjalan ke lift dirumah Hanung.

Namun naas, sang nenek ternyata bangun lebih pagi dari mereka semua dan melihat Hanung dan Clara yang baru saja turun dari lift.

Hanung mati kutu dan bingung apa yang harus dia jelaskan pada neneknya itu.

"Halo...Oma," terpaksa Clara menyapanya karena mereka benar-benar berdiri berhadapan saat ini.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Presdir penuh selidik.

"Clara menginap semalam dan aku akan mengantarnya pulang," sahut Hanung yang selalu patuh pada perintah neneknya.

"Hem, baiklah. Cepat kembali setelah mengantarnya pulang,"

"Iya nek."

Sang nenek sebenarnya tahu jika Clara adalah kekasihnya Hanung. Namun Hanung sekarang sudah menikah. Jadi sang nenek harus menjauhkan Clara dari Hanung.

"Hanung! Tunggu!"

"Biarkan pak Pram yang mengantarkan temanmu itu pulang!" Setu sang nenek dari tempatnya berdiri.

Hanung dan Clara saling berpandangan.

Clara memegang tangan Hanung dengan kuat. Kepalanya menggeleng pelan, tanda dia hanya mau Hanunglah yang mengantarkan dirinya.

"Hanung...."

"Aku tidak bisa melawan perkataan annya," sahut Hanung dan melepaskan pegangan tangan Clara.

"Jangan lakukan ini. Aku mohon...." pinta Clara.

"Aku akan kerumahmu nanti siang. Sekarang ikutlah bersama Pak Pram,"

Clara menatap sendu wajah Hanung dan didepan sang nenek, kekasihnya itu memang seperti anak kucing yang penurut "Baiklah..."

💎💎💎

Wilona keluar dari kamar mandi dan mendapati kamarnya kosong. Dia lalu berfikir, dimana gerangan suaminya itu, apakah dia tidak mau mandi? gumamnya.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan Hanung masuk kedalam. Dia melihat rambut Wilona yang basah karena apa yang dilakukannya semalam.

"Aku akan mandi," ucap Hanung dan melangkah ke kamar mandi.

"Em..."

Wilona duduk di meja rias dan mulai mematut dirinya didepan cermin.

Han keluar tidak lama kemudian dan berdiri di belakang Wilona. Kini wajah kedua menjadi satu dicermin yang sama.

Hanung menatap wajah cantik Wilona, dan istrinya itu tersipu malu.

Hanung lalu melingkarkan tanganya di lehernya dan mencium rambutnya yang basah.

"Kau sangat cantik dengan rambut yang tergerai seperti ini," puji Hanung agar hubungan mereka menjadi lebih akrab dan dekat.

Wilona jarang bicara dan begitu pendiam, jika dia tidak berinisiatif untuk bicara maka kamar itu akan terasa seperti kuburan, sangat sunyi dan sepi.

Berbeda dengan Clara, Hanung akan lebih banyak diam jika berada didekatnya. Karena dia akan terus bicara dan cerita hingga dia hanya perlu menjadi pendengar saja.

Namun dengan Wilona yang malu-malu dan mungkin merasa tidak pantas menjadi istrinya, Hanunglah yang harus lebih banyak bicara dan menggodanya.

Wilona tersenyum dan matanya melihat rambutnya yang selama ini dia ikat dan tidak pernah tergerai. Mau bagaimana lagi? Dia mengutus anakn tiga, jika rambutnya tergerai, akan sangat merepotkan dirinya.

Namun kini, suaminya ingin agar rambutnya tergerai dan tidak di ikat. Maka demi menyenangkan suami barunya itu, Wilona tidak mengikat rambutnya.

"Mari kita sarapan...." ajak Hanung menggandeng tangan Wilona menuruni tangga.

Di meja makan, sudah duduk Presdir dan ibunya.

Sang ibu, nampak kesal melihat Hanung menggandeng tangan menantunya itu dengan mesra.

"Duduklah disini," ucap Hanung dan menarik kursi untuk istrinya.

Presdir sangat bahagia dan tersenyum puas melihat Cucunya dan istrinya cepat menyesuaikan diri dan menjadi akrab, kendati mereka tidak saling kenal sebelumnya dan sama-sama asing.

Sang ibu, menatap Hanung dan berkata dengan lugas, "Dimana temanmu yang semalam menginap disini?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!