Bab 3

..."Dulu, rasamu itu seperti hujan, begitu deras. Tapi aku lupa, sederas-derasnya hujan, ia akan tetap reda," Clara....

"Hanung...."

Deg. Wilona kaget. Karena saat ini Hanung sedang menjemput kekasihnya di bandara.

Didalam kamar pengantin itu, Wilona sangat cemas. Karena saat ini Hanung tidak bersamanya.

Namun dia tidak kehabisan akal. Dia segera merapikan guling dan bantal lalu menyelimuti nya mirip seseorang.

Setelah itu, Wilona segera melepaskan gaun itu dan memakai gaun yang sangat seksi bahkan menerawang.

Semua ini dia lakukan agar jika melihatnya dengan gaun seksi ini, ibu mertuanya berfikir jika mereka berdua sedang ehem-ehem.

Wilona mendekati pintu dan tanganya memutar gagang pintu itu.

"Ada apa mah?" Kata Wilona dengan rambut acak-acakan.

"Ck, sudahlah. Tidak jadi. Besok saja," Melihat menantunya memakai baju transparan dan rambut yang acak-acakan, maka Rosma menduga mereka berdua sedang bulan madu.

"Tapi ma...."

"Sudahlah, besok pagi saja. Setelah kau keramas!"

Ibu mertuanya berdecak sambil menggelengkan kepalanya melihat pemandangan itu.

Dia sempat melongok kedalam dan dia lihat Hanung bahkan menutup seluruh tubuhnya. Padahal itu hanyalah bantal dan guling.

"Dasar janda gatal. Bukankah dia masih menyusui? Dia baru saja melahirkan dan sudah punya tiga anak. Tapi dia masih genit dan pakai pakaian layaknya masih gadis saja! Pakaian itu...cih, aku muak melihat isinya!" Sambil berjalan menjauh dari kamar putranya, Rosma kembali ke kamarnya sendiri.

Wilona berhasil menyelamatkan suaminya dari masalah yang akan terjadi jika ibu mertuanya tahu, dia tidak ada dikamarnya di malam pengantin ini.

Wilona bisa bernafas dengan lega. Sekarang, dia melepaskan baju transparan itu dan memakai gaun sebelumnya.

"Syukurlah, mama tidak curiga padaku," gumamnya lirih.

Wilona lalu menatap keluar halaman menembus jendela di hadapannya. Dia menyibakkan tirainya sedikit dan berharap Hanung segera pulang sebelum semuanya ketahuan oleh Presdir dan juga Rosma, ibunya.

Di Bandara.

Clara berlari dari jauh dengan piala emas ditangan kanannya.

Dia melihat Hanung berdiri diantara tiang yang besar sedang menunggunya.

Clara lalu memeluknya dan berputar-putar seakan dia menari saking girangnya.

Hanung mengikuti gerakan tarian berputar yang dilakukan Clara dengan terus memegang satu tanganya.

"Aku bahagia! Aku sangat bahagia! Kau tahu. Aku menunggu hingga sepuluh tahun untuk piala emas ini. Dan lihat tubuh kurusku ini? Semua tidak sia-sia,"

Clara berputar sekali lagi dan Hanung hanya tersenyum tanpa menyelanya.

Hanung melihat Clara sangat bahagia dengan pencapaian nya. Sudah berulang kali Hanung akan melamarnya, namun kekasihnya itu selalu berdalih jika dia harus mendapatkan piala emas itu sebelum melepas masa lajangnya.

Mereka lalu masuk ke dalam mobil. Hanung sendiri yang menyetir mobil itu.

Saat akan menyalakan mobilny, tiba-tiba bibit Clara mendekat ke wajahnya dan mencium bibirnya hingga mereka berpagut beberapa saat lamanya tanpa Hanung sempat mengelak.

Bibir Clara terus bermain di antara kedua bibir Hanung saking senangnya. Dia sekarang akan mempersiapkan pernikahannya bersama Hanung setelah berhasil mendapatkan piala impiannya.

"Kita sudah pacaran selama sepuluh tahun. Dan aku minta maaf karena membuat mu menunggu selama itu. Tapi, sekarang aku tidak akan menundanya lagi. Kita bisa menikah secepatnya bahkan jika kau ingin. Maka bulan ini kita bisa menikah. Jika kau tidak punya banyak waktu, maka kita akan menikah sederhana. Aku tidak masalah. Bagiku, tidak masalah menikah dimanapun dan dengan adat apapun,"

kata Clara sambil bersandar di bahu Hanung.

"Tapi Clara....aku.."

"Sudahlah Hanung. Ngga pakai tapi-tapian lagi. Aku sudah siap menjadi nyonya Hanung. Ayo kita menikah secepatnya."

"Hhhhh, Clara...aku..."

"Apalagi? Aku sudah mendapatkan impianku. Aku mendapatkan piala emas ini. Aku sangat bahagia. Dan aku...tidak mau ada kabar buruk hari ini!"

Clara merajuk dan meremas tangan Hanung.

Hanung menghentikan mobilnya di tepi jalan.

"Kok berhenti? Kenapa?"

Clara mengangkat kepalanya dari bahu Hanung dan menatap mata Hanung yang terlihat cemas.

"Ohhh. Aku tahu. Apakah kamu tidak sabar untuk bercinta hingga kita sampai ke hotel? Dan kamu ingin kita bercinta di mobil ini?" Clara tersenyum dan akan memeluk Hanung dengan rasa yang bahagia yang meluap.

Tiba-tiba tangan Hanung menahan tubuh Clara yang akan memeluknya, hingga membuat Clara menatapnya dengan tajam.

"Bukan itu. Maafkan aku. Ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi, aku harap kau tidak menangis,"

"Han...jangan membuatku takut. Sudah ku bilang aku sangat bahagia hari ini. Aku tidak ingin mendengar kabar buruk. Kau katakan besok saja ya?"

Clara menerobos tangan Hanung dan memeluknya dengan erat.

"Jangan katakan. Jangan katakan. Aku mohon," Clara memohon dengan sangat tapi Hanung tidak ingin menundanya lagi dan memberi harapan palsu pada kekasihnya itu.

"Aku sudah menikah...." kata Hanung tiba-tiba.

Clara mendengar dan dia malah tertawa terbahak.

"Hahahaha jangan bercanda. Kita memang akan menikah. Kenapa kau berkata begitu?"

Dua detik kemudian,

"Dengarkan aku. Aku tidak bercanda. Aku sudah menikah,"

"Hahahaha, aku bilang jangan katakan apapun. Aku tidak bisa berhenti tertawa hari ini. Menikah? dengan boneka ini?"

Kata Clara menunjukkan boneka beruang yang tergantung di mobil yang dia berikan ketika pertama kali berkenalan dengan Hanung.

"Cukup! Jangan tertawa! Aku memang sudah menikah. Lihatlah cincin ini....."

Satu detik kemudian tawa itu berubah menjadi derai air mata. Ketika melihat cincin di jari kanan Hanung, mata Clara berkaca-kaca seakan matanya retak dan meneteskan airmata darah.

"Menikah.....cincin.....menikah....kamu sudah menikah? hahahaha aku tidak percaya!"

Hanung lalu memeluk Clara dan hatinya sakit sekali melihat airmata membanjiri pipi wanita yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun itu.

"Maafkan aku. Jangan menangis. Aku terpaksa melakukannya. Ini semua aku lakukan demi perusahaan keluarga," kata Hanung dan Clara berhenti menangis lalu mendongak dan mengangkat wajahnya lurus dengan wajah Hanung.

"Artinya...ini hanya pernikahan kontrak. Ini hanya pura-pura kan? Seperti dalam drama yang sering aku lihat. Ini hanya pernikahan kontrak bukan?"

"Maksudku...bukan begitu Clara,"

"Sudahlah. Ayo kita kerumahmu. Aku akan menginap dirumahmu malam ini," ucap Clara dan ada secercah harapan dari dalam hatinya untuk mewujudkan impiannya bersama Hanung.

Jika ini hanya kontrak, maka mereka akan bercerai suatu saat nanti, batin Clara. Aku akan sabar menanti untuk cinta kita berdua.

"Tapi....."

Hanung terlihat kebingungan.

"Aku akan menginap dirumahmu. Jangan menolaknya!" tegas Clara dan membuat Hanung terdiam seribu bahasa.

Mereka sampai di halaman rumah mewah milik keluarga Hanung.

Begitu membuka pintu, Rosma yang baru saja akan naik ke kamarnya setelah mengambil segelas air putih, terpaku dan terdiam di anak tangga.

Hanung dan Clara, kekasihnya berdiri dipintu utama. Rosma segera menyalakan lampu, dan dia sangat terkejut melihat itu benar-benar Hanung.

Bukankah dia ada dikamarnya? Lalu bagaimana dia bisa datang dari luar? batin Rosma dan berjalan mendekati mereka berdua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!