Byurr
Air dalam gelas di tangan Dara terlempar keras ke wajah Nicholas. Pemuda itu terkejut bukan main. Begitu pun gadis yang dibawanya, serta Alastair dan Aegon. Bahkan beberapa orang di sekitar mereka pun menghentikan aktifitas makan mereka untuk melihat ke arah Nicholas dan Dara.
Nicholas menatap Dara tajam, dengan wajah memerah siap untuk meledakkan gelombang amarah di dadanya. "Berani sekali kau, Pelayan Bodoh!" Ia mendorong bahu Dara hingga gadis itu sedikit menabrak meja di belakangnya.
"Itu untuk ucapan tidak senonohmu, Orang Gila!" sahut Dara tanpa rasa gentar sedikitpun.
Nicholas menyeringai. "Oh, kau benar-benar tidak tahu sedang berurusan dengan siapa, Nona."
"Aku tahu. Aku berurusan dengan orang gila!"
Helen yang diberitahu ada keributan di meja pengunjung, tergopoh-gopoh menghampiri. Ia terkejut melihat pakaian Nicholas basah, serta Dara yang berdiri dengan berkacak pinggang. Keduanya terlibat perdebatan sengit.
"Ada masalah, Sir? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Helen pada Nicholas.
"Kau menejer di restauran ini? Aku mau kau pecat pelayan bodohmu ini!" perintah Nicholas.
"Tapi, a-apa yang terjadi, Sir?"
"Apa yang terjadi? Kau tidak lihat pakaianku yang basah? Pelayan bodohmu ini, menyiram air ke wajahku."
Helen terbelalak seraya menatap Dara. "Is that true (Benar), Dara?"
"Dia mengatakan hal-hal yang tidak pantas, Helen," bela Dara.
Helen mengalihkan pandang pada Nicholas. "Maafkan kami, Sir. Aku akan bicara dengannya dan memberi pengertian agar bisa bersikap baik pada pengunjung."
"No! Aku mau kau memecatnya!" tunjuk Nicholas pada Dara. "Kalau kau tidak memecatnya, akan aku buat restauran ini tutup untuk selamanya!" ancamnya. "Kau tahu siapa aku, bukan? Hah?"
"Ya, ya, Sir, aku tahu siapa kau. Tentu saja. Baiklah, aku akan memecatnya."
"Helen!" pekik Dara. Ia tidak menyangka Helen akan menuruti perintah Nicholas dengan ancaman bodohnya.
"Diam kau, Dara!" bentak Helen dengan mata berkilat.
"Well, pecat dia sekarang!" Nicholas menyeringai seraya menatap Dara tajam dengan mata birunya yang jernih.
Jika saja Dara tidak membenci makhluk menyebalkan di hadapannya itu, ia pasti akan mengakui kalau pemuda itu memang memiliki fisik yang rupawan.
"Dara, kau aku pecat." Helen dengan kasar membuka apron yang dikenakan Dara. Dengan isyarat matanya ia meminta gadis itu untuk pergi.
"I'll call you later," ucap Helen kemudian pada Dara tanpa suara. Hanya gerakan bibir yang tidak diketahui oleh Nicholas.
Dara bergegas melangkah ke belakang dan mengambil tas selempangnya di ruang karyawan. Dengan wajah suram ia meninggalkan restauran itu.
Nicholas dengan seringai di bibirnya melambai pada Dara saat gadis itu melintas menuju pintu keluar. Dara menyambut lambaian tangan Nicholas dengan mengacungkan jari tengah.
"Aaarg!" teriak Dara saat dirinya melangkah menelusuri sidewalk. "Dasar manusia bejat! Nggak berguna! Kenapa nggak mati aja, sih, orang gila kaya gitu?!"
Kakinya menendang diding side walk untuk melampiaskan kekesalannya. "Aduh!" pekiknya sambil meringis menahan sakit di ujung jari-jari kakinya.
Dara terduduk lesu di atas pagar pendek pembatas sidewalk dengan jalan raya. Ia menghela napasnya berat.
"Terus aku harus gimana, nih? Nyari kerjaan apa lagi?"
Dara mengacak rambutnya kasar. Tapi, sejurus kemudian ia merapikannya kembali. Lalu, ia termenung seraya menopang dagu dengan kedua telapak tangan. "Pikir nanti aja lah," gumamnya.
Sejujurnya Dara merasa sangat puas telah menyiram wajah Nicholas dengan air. Setidaknya ia bisa melampiaskan rasa marah dan bencinya pada pemuda itu.
"Hei! Dara? What are you doing here?"
Mata Dara melebar dan berbinar, saat Braden berjalan mendekatinya. Pemuda itu duduk di sampingnya dan memandangnya keheranan.
"Bukankah kau sedang bekerja?" tanya Braden.
"Hmm ... aku dipecat," jawab Dara lirih.
"What?"
Dara mengangguk pelan. Ia memasang wajah sedihnya di depan Braden.
"Why?"
"Orang gila yang merusak sepedaku ... dia ...." Dara menceritakan kronologis pemecatannya pada Braden. Pemuda itu tampak kesal.
"Insane (Gila)!" maki Braden. "Mungkin dia masih berpikir dia hidup di zaman medieval atau apapun itu."
Dara mengedikkan bahunya. "Aku harus cari pekerjaan lain."
Braden mendesis. "Keluarga aristokrat piece of s hit!" makinya geram. "Aku akan carikan pekerjaan untukmu, Dara."
"Oh, tidak, tidak, aku sudah banyak merepotkanmu." Dara menggeleng keras.
"Hei, aku tidak merasa direpotkan, okay?" Braden menggenggam tangan Dara, membuat dada gadis itu berdebar kencang.
"T-tapi ...." Dara menelan salivanya dengan susah payah.
"Itulah gunanya teman, kau mengerti?"
Dara menjadi salah tingkah ditatap sedemikian rupa oleh sepasang mata coklat kehijauan itu. "I-iya, teman," ucapnya dengan suara bergetar.
Braden pemuda yang sangat baik. Selalu membantunya saat dalam kesulitan. Padahal, ia baru beberapa bulan mengenalnya.
"Oh, aku sudah memeriksa sepedamu. Aku rasa aku bisa memperbaikinya."
"Benarkah?"
"Yeah, beri aku waktu dua hari."
"Oh, kau tidak perlu terburu-buru. Aku tidak mau mengganggu waktu kerjamu."
Braden terbahak. "Santai saja. Pemilik bengkel adalah pamanku. Aku sudah bekerja lama padanya dan aku sangat rajin. Dia tidak akan keberatan kalau aku meminta waktu cuti dua hari."
Bibir Dara menukik. Ia menunjukkan wajah sedihnya.
"Kenapa wajahmu seperti itu, Dara?" Braden memiringkan kepala memeriksa perubahan wajah Dara.
"You're too nice (Kau terlalu baik), Braden."
Braden mengibaskan tangannya sekali. "Aku sudah katakan kita berteman. Berteman baik, okay? Aku senang bisa melakukan sesuatu untukmu." Ia beranjak dari duduknya dan menatap Dara dengan senyum kecil di bibirnya.
"Aku harus kembali bekerja. Tapi, emm ... mungkin nanti malam aku bisa mengajakmu ke suatu tempat? Agar kau terhibur?"
Dara hampir saja terlonjak mendengar ajakan Braden. "Aku mau!" ucapnya cepat. "M-maksudku, okay, mungkin aku bisa." Ia berdehem melicinkan tenggorokannya.
"Cool! Aku akan menjemputmu jam tujuh, okay?"
Dara mengangguk senang. Ia melambai pada Braden yang berjalan mundur seraya melempar senyum manis padanya, sebelum akhirnya melenggang menuju bengkelnya.
Dara menggigit bibirnya. Ide-ide dalam benaknya membentuk sebuah opini kalau Braden mengajaknya berkencan. Hati Dara diselimuti kebahagiaan. Ia tidak sabar ingin memberitahukan hal ini pada Gwen.
Gadis itu melangkah pulang ke apartemennya dengan hati riang. Jarak tempuh empat puluh menit berjalan kaki tidak berarti untuknya. Ia sibuk memikirkan kemana Braden akan mengajaknya nanti malam.
"Kau dipecat?" tanya Gwen tidak percaya. "Oh, tidak. Kenapa kau harus membuat masalah dengan Nicholas, Dara?" sesalnya.
"Dia mengatakan hal tidak senonoh padaku, Gwen. Aku tidak bisa diam saja." Dara membela dirinya.
"Tapi, yang kau lawan itu Nicholas Johanssen, Silly!"
"So what?"
"Kau bisa terlibat masalah besar."
Dara mengibaskan tangannya. Menganggap ucapan Gwen hanya angin lalu. "Gwen, seharusnya kau lihat ekspresi Nicholas saat aku menyiram air ke wajah bodohnya," gelak Dara.
Gwen mendecak seraya menggelengkan kepala. "Kau terlalu berani, Dara."
"Biar saja. Harus ada yang berani melawannya agar dia bisa lebih menghargai orang lain."
Gwen memutar bola matanya. "Percumah saja, Dara."
Dara memanyunkan bibirnya. "Anyway ... Braden mengajakku berkencan malam ini."
"What?"
"Kau mendengarku, Gwen."
"Braden mengajakmu kencan? Seriously?"
Dara mengangguk malu-malu seraya memeluk bantalnya. Pipinya merona merah. Hatinya berbunga-bunga.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Emi Wash
jadi inget drama meteor garden....
2024-01-03
0
Alanna Th
aq pake bhs sunda yg kasar 😂🤣🤣👍😘💗
2023-07-28
0
Dewi Setyorini
Lady kalau maki2 pake boso nginggris kok keren amat, ih, ky hapal bgt getooo
2023-01-13
4