"Siapa dia?" tanya Dara pada Gwen. Sepasang matanya memperhatikan pergerakan pemuda berambut pirang yang beberapa saat kemudian menghilang ke balik pintu gedung rektorat.
"Sungguh kau tidak tahu siapa Nicholas Johanssen?" Gwen terbelalak tidak percaya. "Dia mahasiswa paling populer di kampus ini."
Dara menggeleng. Ia mencoba mengingat-ingat apa dirinya pernah melihat pemuda itu di sekitar kampus. Nihil. Sepertinya ia memang belum pernah melihatnya sama sekali.
"Kemana saja kau selama lima bulan ini, Dara?" Gwen memutar kedua bola matanya. "He's like the hottest guy in campus (Dia pria paling seksi di kampus)."
Dara mendesis. Pikirnya, percumah saja dikaruniai tampang rupawan, tetapi memiliki sifat buruk.
"And he's rich (Dan dia kaya raya)," sambung Gwen. "Dia anak salah satu konglomerat di Edinburgh."
Dara mencibir. Ia tidak suka mengurusi hal-hal yang tidak penting. Seperti, siapa yang paling populer di kampus, dosen terseksi, dan hal-hal lain di luar subjek yang sedang ia pelajari.
Tentang si sombong itu, pantas saja sikapnya buruk. Pasti dia merasa dirinya telah memiliki segalanya. Minim empati terhadap orang-orang di sekitarnya.
"Kenapa kau bisa tahu banyak tentang ... siapa namanya tadi?"
"Nicholas?"
"Ya. Nicholas bla bla bla."
"Pemuda tampan selalu berada di dalam radarku," kekeh Gwen.
"Keluarga Nicholas super kaya, Dara. Sepertinya lebih dari separuh Edinburgh milik keluarganya," tambah Gwen penuh semangat.
Dara sempat melihat brand mobil mewah milik pemuda itu. Cadillac. Siapapun tahu berapa harga mobil keluaran Amerika itu. Orang seperti dirinya harus mengalami reinkarnasi berkali-kali untuk bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
"Keluarganya masih keturunan bangsawan Inggris." Gwen masih menyambung ceritanya.
"Terserahlah. Aku tidak tertarik apapun tentang pemuda sombong itu," timpal Dara seraya melangkah meninggalkan parkiran sepeda. Gwen berusaha mengejar langkah cepat Dara menuju kelas mereka.
"Kau yang tadi bertanya tentang Nicholas, bukan?" Gwen mengambil tempat duduk di sebelah Dara, di barisan ketiga dari atas.
"Ya, ya. Terserahlah." Dara sudah tidak berminat untuk membicarakan pemuda itu. Ia memutuskan untuk melupakan rasa kesalnya atas kejadian beberapa saat lalu.
Namun, rupanya alam semesta masih ingin membuat kekesalannya berlangsung lebih lama. Sosok berambut pirang itu tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas. Dan sialnya, satu-satunya kursi kosong hanya ada di sebelah Dara.
"O My Gosh!" pekik Gwen seraya menutup mulutnya yang menganga. "Nicholas masuk kelas ini!" pekiknya tertahan. Matanya mengikuti gerakan pemuda itu hingga duduk di samping Dara.
Dara menghirup wangi parfum mahal dari pemuda yang duduk dengan santainya di sebelahnya. Sejujurnya ia juga terkejut dengan kehadiran pemuda itu. Memang kelas dibuat acak dan wajah-wajah baru selalu muncul. Tetapi, ia jarang memperhatikan teman-teman sekelasnya yang jumlahnya puluhan itu.
"Hi," sapa Gwen seraya mencondongkan badan ke depan, agar badan Dara tidak menghalanginya dari Nicholas.
"Kau bicara denganku?" tanya Nicholas acuh tidak acuh. "Oh, kau ...." Kali ini ia menunjuk ke arah Dara. Gadis itu mendesis pelan.
"Gadis bodoh yang sudah membuat lecet mobilku," ujar Nicholas.
"Masih tidak merasa bersalah? Jangan-jangan kau memang tidak bisa membaca sign di jalan, ya?" balas Dara. Ia tidak terima disebut gadis bodoh. Sungguh sebuah penghinaan untuknya. Sekali lagi, ia tidak peduli dengan siapa ia berbicara. Dengan orang terkaya di Edinburgh pun ia tidak peduli.
"Berani sekali kau membuat masalah denganku, Gadis Bodoh!"
"Stop calling me Stupid Girl, Moron (Berhenti memanggilku Gadis Bodoh, Bodoh)!" bentak Dara dengan suara tertahan. Giginya gemeretak menahan amarah.
"Wow! Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa, Gadis Bo ... auch!" pekik Nicholas saat lengannya dipukul keras oleh Dara. Kali ini ia benar-benar terkejut. Gadis itu semakin berani melawannya. Sepertinya si pemilik wajah Asia itu memang tidak tahu siapa dirinya.
Pertengkaran itu disaksikan oleh Gwen dengan mulut menganga. Tapi, dalam hati ia memaki Dara yang begitu berani melawan seorang Nicholas Johanssen.
"Dara! Dara! Stop it!" Gwen menarik-narik lengan baju Dara. Ia begitu khawatir dengan keselamatan sahabatnya itu.
"Lepas!" Dara menarik lengannya.
"Lihat, temanmu saja tahu kau sedang berurusan dengan siapa," ejek Nicholas.
"Aku-tidak-peduli!" sembur Dara.
"Wow! Baru pernah ada orang bodoh yang berani sekali melawanku, ya?"
"Kau panggil aku bodoh sekali lagi, aku akan ...."
"Akan apa? Hmm?" tantang Nicholas. Ia menaikkan kedua alisnya, membuat mata birunya melebar. "Bodoh, Bodoh, Bodoh!" lanjutnya.
Dara hampir saja mengayunkan pukulan ke wajah Nicholas, kalau saja Gwen yang panik tidak segera menahan tangannya.
"Apa ada masalah di belakang sana?" Sang dosen yang menangkap adanya keributan di barisan belakang bertanya.
Nicholas mengangkat kedua tangannya. "We're good!" serunya pada dosen, dengan hampir semua mata menatap ke arahnya.
***
"Breng sek!" maki Dara seraya memeriksa beberapa jeruji rodanya yang patah. Ia pikir hanya besi bagian depan saja yang penyok.
Ternyata, roda depannya pun rusak. Dan saat ia naiki, sepeda itu tidak kuat menahan berat badannya sehingga hampir saja ringsek.
Ia memang harus meminta ganti rugi pada si Nicholas bodoh itu bagaimanapun caranya.
Dan alam semesta menjawab niatnya saat Dara melihat Nicholas hendak masuk ke area parkiran mobil, bersama dua orang temannya.
Dengan wajah memerah menahan amarah ia menuntun sepedanya mendekati Nicholas. Ia tarik Coat yang dikenakan pemuda itu hingga badannya memutar ke arahnya.
"Kau harus ganti rugi. Lihat! Sepedaku rusak!" seru Dara seraya menunjuk roda depan sepedanya.
"Well, well ...." Nicholas menyeringai. Sementara kedua temannya menatap Dara penuh selidik.
"Kau kaya, bukan? Mengganti rugi sepedaku bukan hal sulit untukmu!"
"Masalahnya aku tidak mau ganti rugi, Gadis-Bodoh!" ejek Nicholas disambut senyuman kecil kedua temannya.
"Mobilku juga lecet. Apa kau juga bisa ganti rugi? Tentu saja tidak, Nona. Kecuali, kau ganti rugi dengan naik ke ranjangku," kekehnya.
"Ide bagus, Nic," sahut salah seorang teman Nicholas.
"Yeah, mungkin. Tapi, sayangnya, dia terlalu jelek untuk naik ke ranjangku," gelak Nicholas.
Plakk
Tawa Nicholas seketika memudar saat telapak tangan Dara mendarat di pipinya, meninggalkan jejak merah di sana.
"Wow!" Kedua teman Nicholas terpekik bersamaan. Antara kagum dan tidak percaya dengan keberanian Dara menampar seorang Nicholas Johanssen. Tentu, keduanya baru pernah menyaksikan peristiwa langka ini.
Kesal, Nicholas merebut sepeda dari tangan Dara, merobohkannya ke lantai, kemudian menginjak-injaknya dengan membabi buta.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" pekik Dara seraya mendorong tubuh Nicholas.
"Eat that, Stupid Girl!" maki Nicholas geram. Ia malu, dan harga dirinya jatuh saat terkena tamparan tangan Dara. "You messed with the wrong person ( Kau berurusan dengan orang yang salah)!" tunjuknya tepat di depan wajah Dara.
"Wow! Ini peristiwa langka. Nicholas ditampar seorang gadis?"
"Shut up!" bentak Nicholas pada temannya, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil Cadillac-nya, diikuti dua pemuda itu.
Saat mobil Nicholas berlalu, Dara terpekur memandangi nasib sepedanya yang kini sangat memprihatinkan. Marah, sedih, semua bercampur menjadi satu.
Ia membenci pemuda itu. Ia membenci Nicholas Johanssen.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Emi Wash
nnt rasa benci jadi benar2 cinta loh...
2024-01-03
0
Mom Birru
Mampir
2023-07-28
0
🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️
wow cerita yang berbeda
bahkan Mak othor septira pun nyimak novel ini
hmmmmmm,,,,
2023-04-11
2