#Terjebak Gairah Sang Mafia 2
Rumah yang baru
•
•
Disaat teman-temannya berhasil dibebaskan dan dibawa pergi oleh sekumpulan orang misterius, Dinda justru terjebak dalam jeratan Mr Erick yang telah membelinya seharga 1 milliar dollar itu.
Kini Dinda dibawa menuju rumah besar milik si pria setelah berhasil menghindari kejaran orang-orang misterius tadi yang ingin mencoba merebut Dinda dari Erick.
Dinda pun pasrah saja dengan apa yang terjadi padanya kali ini, ia sudah tidak memiliki harapan untuk bisa hidup bebas seperti dulu karena saat ini kehidupannya sudah sangat hancur.
"Welcome to your new house baby girl! Disini lah kamu akan tinggal sayang," ucap Erick.
Dinda menatap sekeliling, sampai matanya tiba di dua buah bola mata hitam yang juga tengah menatapnya disertai seringaian tipis itu. Ya Dinda dan Erick kini saling bertatapan.
"Bagaimana baby? Do you like it?" tanya Erick.
"Iya, aku suka." jawab Dinda pelan.
"Baguslah, saya senang kalau kamu suka. Nanti kalau kamu butuh apapun, katakan aja sama saya ya Dinda!" ucap Erick.
"Apa termasuk lepas dari sini? Karena hanya itu yang aku inginkan," tanya Dinda.
"Oh enggak dong baby, kalau yang satu itu saya gak bisa bantu. Saya kan udah beli kamu mahal, masa saya lepasin gitu aja?" jawab Erick.
"Tapi, kamu kan belum lunasi pembayaran. Kamu langsung bawa aku pergi tadi," ujar Dinda.
"Itu persoalan mudah, saya bisa temui panitianya lagi nanti di kemudian hari. Yang terpenting itu saya bisa amankan kamu Dinda," ucap Erick.
"Kenapa kamu segitunya sampe rela pasang harga tinggi buat aku?" tanya Dinda.
"Because you are special in my eyes dear," jawab Erick tepat di telinga wanitanya.
Lalu, pria itu pun menggandeng tangan Dinda dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam menuju kamar mereka.
"Come on baby, kita lihat kamar kamu yang indah!" ajak Erick.
Dinda setuju saja dengan ajakan Erick, meski dalam hatinya ia sangat ingin lepas dari jeratan pria tersebut.
Mereka pun melangkah bersamaan menuju kamar mewah yang sudah disediakan Erick untuk mereka berdua disana.
Setibanya di kamar itu, Dinda langsung terbelalak melihat kondisinya yang sangat mewah berbalut emas dimana-mana.
"Ini dia kamar kamu baby, eh kamar kita deh karena saya juga akan tidur disini," ujar Erick.
"Maksudnya? Kamu mau tidur sama aku juga di kamar ini gitu?" tanya Dinda.
"Iyalah baby, saya beli kamu kan sebagai pendamping hidup saya. Masa saya malah biarin kamu tidur sendirian sih, terus gimana saya bisa penuhi hasrat saya?" ucap Erick.
"Aku masih capek, boleh aku istirahat dulu?" tanya Dinda dengan pelan.
"Of course, kamu memang butuh istirahat supaya nanti malam kamu bisa puaskan saya," jawab Erick.
"Terimakasih," singkat Dinda.
Dinda pun berjalan mendekati kasur, ia masih tak percaya jika kamar serta ranjangnya seluas ini dan mungkin saja bisa ditempati 4 orang sekaligus.
"Tunggu apa lagi baby? Kamu bisa rebahkan tubuh kamu di atas ranjang itu sekarang!" ujar Erick.
"Enggak, aku pikir kayaknya aku butuh mandi dulu deh. Badanku lengket semua nih," ucap Dinda.
"Oh yasudah, kamu boleh mandi. Apa mau saya mandikan?" ucap Erick menawarkan diri.
"Gausah repot-repot, aku lebih suka mandi sendiri dibanding dimandiin," tolak Dinda.
"Hahaha, saya hanya bercanda baby. Silahkan kamu mandi! Saya akan menunggu di luar sampai kamu selesai," ucap Erick.
Dinda mengangguk setuju disertai senyum tipisnya, sedangkan Erick melangkah keluar kamar meninggalkan wanita itu.
•
•
Jeevan tiba di lokasi pelelangan ilegal itu lagi, tapi ia terlambat karena semua anak buahnya kini sudah terkapar dan tidak ada tanda-tanda keberadaan para penyusup itu.
Jeevan pun menggeram kesal, ia menghampiri Alden yang juga tengah menahan sakit di atas jalan sambil memegangi perutnya.
"Alden, kamu baik-baik saja?" tanya Jeevan.
"Uhuk uhuk uhuk, iya bos saya gak kenapa-napa kok. Saya cuma terluka sedikit," jawab Alden.
"Ayo bangun!" perintah Jeevan.
Pria itu membantu anak buahnya berdiri dengan cara memegangi kedua tangannya, tampak Jeevan cukup kesulitan meski akhirnya berhasil berdiri.
"Terimakasih bos, saya beruntung masih bisa selamat dari serangan tadi!" ucap Alden.
"Ya, itu memang harus terjadi. Kalau kamu gak selamat, entah siapa lagi yang bisa saya andalkan di pasukan saya. Setelah Tom berkhianat, cuma kamu yang bisa saya percaya," ucap Jeevan.
"Tapi bos, kita banyak kehilangan pasukan. Serangan tadi benar-benar mendadak dan kami tidak sempat menghindar," ucap Alden.
"Sial!" umpat Jeevan pelan.
"Pak Jeevan!" suara seorang pria bertubuh gemuk itu mengagetkan keduanya yang tengah asyik berbincang.
"Ada apa pak Sandro?" tanya Jeevan heran.
"Bagaimana ini pak? Semua wanita yang pak Jeevan bawa, berhasil dibawa kabur sama orang-orang misterius tadi. Saya bisa rugi besar kalau begini caranya," jawab pria bernama Sandro.
"Bapak gak perlu khawatir, saya pasti akan cari tau siapa pelakunya!" ucap Jeevan.
"Memang itu yang saya harapkan dari anda, semoga berhasil pak Jeevan!" ucap Sandro.
"Iya pak, tapi sepertinya saya butuh pasukan tambahan dari anda. Pasukan saya banyak yang tumbang," ucap Jeevan.
"Tenang saja, itu bisa diatur. Yang penting anda bisa temukan pelakunya," ucap Sandro.
"Terimakasih pak, kalau begitu saya dan beberapa pasukan saya yang masih tersisa izin memeriksa isi tempat ini. Siapa tahu aja kami bisa temukan sesuatu disini," ucap Jeevan.
"Iya iya, silahkan pak Jeevan!" ucap Sandro.
Jeevan tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala, lalu ia beralih menatap Alden yang masih kesakitan di sebelahnya.
"Alden, ada berapa yang tersisa?" tanya Jeevan.
Pria itu menggeleng pelan, "Tidak tahu bos, saya belum cek mereka," jawabnya.
"Aaarrgghh sial! Yasudah, kita berdua saja yang cek ke seluruh tempat ini! Kita cari tau, mungkin ada bukti yang bisa kita temukan disini," ucap Jeevan.
"Baik bos!" singkat Alden patuh.
Mereka pun melangkah perlahan menyusuri gedung pelelangan yang porak-poranda setelah insiden penyerangan tadi.
Jeevan terus mengelilingi tempat itu, berharap ia bisa menemukan sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk baginya untuk mencari tau siapa yang sudah menyusup ke gedung itu.
"Siapapun yang melakukan ini, saya gak akan kasih ampun!" ucap Jeevan lirih.
Tak lama, Alden mendatangi Jeevan dengan sedikit tergesa-gesa dan nafas terengah. Sepertinya ia berhasil menemukan sesuatu dari sana.
"Bos, saya temukan sesuatu nih," ucap Alden.
"Apa itu?" tanya Jeevan penasaran.
Alden menunjukkan barang yang ia temukan di atas jalan depan gedung itu tadi kepada Jeevan.
"I-ini bos barangnya," jawab Alden.
Deg!
Jeevan melotot lebar melihat apa yang ditunjukan Alden kepadanya, tentu ia tidak asing dengan benda tersebut.
"Ini kan milik grup walters, apa jangan-jangan yang barusan menyerang kesini itu pasukan ayahnya Queen?" gumam Jeevan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
mom mimu
wahhh udh bau2 peperangan nih, lanjut lagi kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-01-13
1
Shopia Asmodeus
bunga sudah kirim
2023-01-13
1
Shopia Asmodeus
nah lohh raksakan...
2023-01-13
1