Berharap Seperti di Film

Morgan memandang heran ke arah Alya, “Al ... kenapa?” tanyanya, sontak membuat Alya tersadar dari lamunannya.

“Ah? Gak apa-apa,” jawab Alya, yang berusaha tersenyum di hadapan Morgan.

“Ya udah, kita jalan ya sekarang. Nanti takutnya kemalaman,” ajak Morgan, Alya hanya bisa mengangguk kecil mendengarnya.

Mereka pun bergerak menuju ke tempat yang ingin mereka tuju.

Hanya membutuhkan waktu 1 jam perjalanan, mereka sudah sampai di tempat yang mereka tuju.

Morgan berusaha memarkirkan mobilnya dengan benar, karena ia sangat khawatir kalau ia tidak bisa menemukan mobilnya nanti.

Setelah menemukan tempat parkir yang strategis, Morgan pun keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Alya.

Alya melangkah keluar mobil, dengan tangannya yang menggenggam tangan Morgan.

‘Tangannya hangat. Mungkin ... karena ini kali pertama gue megang tangan dia kali, ya?’ batin Alya, sembari tetap melangkah keluar dari mobilnya.

Persiapan sudah siap, mereka sudah siap untuk masuk ke dalam wahana.

“Gak ada yang ketinggalan, ‘kan?” tanya Morgan, Alya menggelengkan kepalanya.

“Gak ada,” jawab Alya. “Ini gak apa-apa kalau gue pakai masker sama topi?” tanyanya, yang merasa sangat tidak enak dengan Morgan.

Morgan tertawa kecil, “Ya gak apa-apa. Memangnya kenapa? Gue paham, lo itu artis. Gue juga gak pengen dikejar-kejar wartawan begitu,” ujarnya, membuat Alya tertawa kecil mendengarnya.

“Ya elah, sekali-kali dikejar wartawan. Masa sih, lo gak mau?” seloroh Alya, Morgan memandangnya dengan dalam.

“Gak apa-apa. Asal sama lo,” ujar Morgan dengan nada yang sangat serius, membuat Alya mendadak terdiam mendengarnya.

‘Maksudnya apa?’ batin Alya merasa aneh mendengar ucapan Morgan yang seperti itu.

“Ya udah, yuk masuk!” ajak Morgan, yang tanpa basa-basi segera menggandeng tangan Alya.

Alya melangkah beriringan bersama Morgan, dengan pandangannya yang bingung memandang ke arah Morgan.

‘Morgan kenapa genggam tangan gue? Kenapa gue juga gak bisa nolak?’ batin Alya keheranan, merasa sangat bingung dengan dirinya sendiri.

Morgan menoleh ke arah Alya, dan menyadari bahwa langkah Alya yang hampir salah langkah.

Tangannya ia ulurkan, memblokir langkah Alya agar Alya tidak melangkah lebih jauh lagi.

“Stop! Ada pembatas jalan,” ujar Morgan, membuat Alya menoleh langsung ke arah hadapannya.

Terlihat pembatas jalan, yang hampir Alya tabrak. Hal itu membuat Alya merasa malu, karena ia sudah berjalan dengan langkah yang asal.

‘Aduh ... kenapa pake segala ada pembatas jalan, sih? Siapa yang taro di sini?!’ batin Alya yang sudah merasa malu di hadapan Morgan.

Alya menoleh ke arah Morgan, “Maaf, gak kelihatan abisnya, pakai topi sama masker,” ujarnya beralibi, membuat Morgan tertawa kecil mendengarnya.

“Untung ada gue, ya? Jadi gue bisa jagain lo,” seloroh Morgan, membuat Alya tertawa mendengar ucapannya.

“Ah, apaan sih lo!”

Morgan memandang ke arah Alya, “Gue sih, berharapnya lo jatuh, terus gue tangkep. Kita berdua saling pandang, terus gue senyum ke lo. Terus kita sama-sama salting habis itu,” seloroh Morgan lagi, yang terlalu banyak menonton drama di film terbaik yang pernah ada.

“Ah, lo mah terlalu kemakan sama adegan di film!” ujar Alya, sembari tertawa dengan kerasnya, saking lucunya ucapan Morgan itu.

Morgan hanya bisa memandangnya dengan senyuman, ‘Memang itu harapan gue, Al. Kenapa gak terjadi tadi? Kenapa juga gue harus nyuruh lo berhenti melangkah?’ batinnya, yang merasa sedikit menyesal sudah mengatakannya.

Alya memandang Morgan dengan tawa, “Eh, udah ayo masuk. Nanti malah kesorean!” ajaknya, Morgan tersenyum dan mengangguk mendengarnya.

Mereka pun masuk ke dalam pintu masuk wahana, dan mengantre untuk membeli tiket masuk.

Sementara itu, Rian hanya bisa membaringkan tubuhnya di atas sofa, sembari menutup matanya menggunakan lengan kirinya.

Sepertinya, Rian sangat stress, memikirkan permasalahan ini dengan Alya.

“Sampai kapan begini terus, Al? Kenapa sih, lo gak percaya sama gue?” gumam Rian, yang merasa sudah pasrah dengan keadaan mereka sekarang.

Pikirannya masih pada Alya, walaupun kini Alya sudah pergi bersama orang lain. Entah siapa orangnya, Rian tidak tahu itu.

Rian sama sekali tidak ada pikiran, kalau Alya sedang pergi bersama dengan Morgan.

Sejenak ia berpikir, bagaimana cara agar bisa berbaikan dengan Alya lagi.

Rian menghela napasnya dengan panjang, “Duh ... gimana ya? Gimana caranya biar gue bisa dapat maafnya Alya?” gumamnya, sembari berusaha untuk memikirkan caranya.

Tangannya menyingkir dari matanya, yang saat ini mendelik karena mendapatkan ide.

“Siapin makan malam aja ya, buat Alya? Siapa tau, dia mau maafin gue?” gumam Rian, yang merasa snagat bersemangat saat ini.

Dengan semangatnya itu, Rian pun bangkit dari tempat ia membaringkan tubuhnya.

“Ah, mandi dulu. Setelah itu, baru siap-siap masak buat Alya!” gumamnya, yang segera melakukan apa yang ia hendak lakukan.

***

Saat ini, mereka sudah berada di dalam area wahana tersebut. Morgan masih saja belum melepas gandengan tangannya, membuat Alya merasa sangat canggung karenanya.

Alya memandangi tangannya, yang saat ini masih digenggam erat oleh Morgan.

‘Kenapa dia gak lepasin gue, sih?’ batin Alya, yang mulai risih dengan hal ini.

Morgan menoleh ke arah Alya, dan tak sengaja melihat Alya yang sedang memerhatikan ke arah tangan mereka.

‘Maaf ya, Al. Gue gak mau sia-siain kesempatan ini, buat menggenggam tangan lo,’ batin Morgan yang merasa tidak akan menyiakan kesempatan bagus seperti ini.

“Eh, Al. Kita naik bianglala dulu, yuk!” ajak Morgan, berusaha untuk mengalihkan perhatian Alya, agar tidak memikirkan tentang tangan mereka kembali.

Alya menoleh ke arah Morgan, “Ah? Oke!” ujarnya menyetujui ajakan dari Morgan.

Morgan segera menarik tangan Alya, untuk menuju ke arah bianglala itu.

Perlahan, Morgan menuntun Alya, untuk masuk ke dalam salah satu ruangan pada bianglala tersebut.

Pintu tertutup, Alya dan Morgan mulai menikmati liburan singkat mereka ini.

Alya tersenyum senang, karena ia bisa menaiki bianglala lagi. Di sinilah, tempat Alya dan kedua orang tuanya menghabiskan waktu mereka, sebelum orang tua Alya meninggalkan Alya sendirian.

Alya menghela napasnya, karena ia mendadak merasa sedih, mengingat mereka yang sudah tidak ada lagi di sisinya.

‘Ayah, Ibu, kenapa kalian pergi secepat ini, sih?’ batin Alya, yang merasa sangat sendu saat mengingat tentang mereka.

Tak hanya hal itu saja, Alya juga teringat saat ia dan Rian yang menaiki bianglala, dan hampir membuat nyawanya melayang. Alya juga teringat dengan sosok gadis kesayangan Rian yang Rian ceritakan, membuat dirinya merasa jengkel sendiri karenanya.

‘Kenapa di saat seperti ini, ada aja yang bikin gue gak mood, sih? Kenapa gue jadi inget soal pacar Rian? Kenapa sih?!’ batin Alya, yang berusaha menahan rasa kesalnya itu.

“Ih ... kesel banget!!” gumam Alya, yang merasa sangat kesal dengan sesuatu yang ia pikirkan.

Terpopuler

Comments

👊🅼🅳💫

👊🅼🅳💫

keseeeel trs,manyun trs😑😑😑

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!