Perasaan Yang Tetap Sama

Handphone-nya berdering, ia melihat nama Morgan di layar handphone-nya.

Sejenak ia memandang ke layar handphone-nya, tidak bergerak dan hanya diam.

‘Apa ... gue lampiasin rasa kesel gue sama Morgan aja, ya? Siapa tau, dia bisa bantu hilangin rasa kesel gue,’ batin Alya, yang kini merasa sangat butuh teman curhat.

Tangannya mengulur ke arah handphone-nya, kemudian segera mengangkat telepon dari Morgan itu.

“Halo, Gan?” sapa Alya, dengan suaranya yang ia paksa untuk menjadi tegar.

Namun, Morgan tidak bisa dibohongi. Mendengar suara Alya yang bindeng seperti itu, Morgan sudah bisa menduga, kalau Alya sedang tidak baik-baik saja.

“Al, lo kenapa? Lo nangis?” tanya Morgan, tanpa menyapa Alya langsung to the point bertanya tentang keadaan Alya.

Alya tersenyum mendengarnya, “Iya, gue nangis. Hari ini syutingnya menguras emosi!” jawabnya, membuat Morgan agak tenang mendengarnya.

“Beneran syuting, ‘kan? Bukan yang lain-lain?” tanya Morgan, yang memang sedikit percaya dengan apa yang Alya katakan.

Padahal, bukan karena syuting Alya menangis, tetapi karena perasaan anehnya yang ia rasakan saat melihat Rian yang sedang melakukan hal aneh dengan Rachel.

“Ya, syutingnya bikin kesel! Ada crew yang rese, bikin gue naik darah! Gue gak mungkin nangis di depan orangnya, jadi gue nangis di kamar,” ucap Alya menjelaskan, tetapi tidak seperti itu kenyataannya.

Morgan hanya mengangguk-angguk kecil, “Oh, gue kira kenapa. Jangan sampai ada orang yang nyakitin lo,” ujarnya, sontak membuat Alya terdiam mendengarnya.

‘Morgan masih ada rasa sama gue, ya?’ batin Alya, yang tidak bisa memungkirinya.

“Memangnya kenapa kalau ada yang nyakitin gue?” tanya Alya, yang penasaran dengan apa yang ingin Morgan katakan.

“Jangan, nanti orang itu akan hilang!” jawab Morgan, sembari meniru suara khas Dilan.

Alya tertawa mendengarnya, “Ah? Dilan kali lo!” ujarnya menyeleneh, membuat Morgan ikut tertawa mendengarnya.

Mendengar Alya yang tertawa dengan lepasnya, di dalam kamarnya, Rian menjadi bertambah sedih. Hatinya semakin kesal, tetapi entah karena apa.

‘Dia ketawa-tawa sama siapa malam-malam gini? Kenapa dia malah cuekin gue, sementara sama orang lain ketawa-tawa?’ batin Rian, yang masih menyandarkan tubuhnya di depan ruangan kamar Alya.

Rian tak bisa berkata-kata, hanya bisa diam, sembari mendengar Alya tertawa renyah seperti itu dengan orang lain.

Alya membenarkan posisi tidurnya, menjadi memandang ke arah langit-langit kamarnya. Ia mengusap air matanya, sampai seluruh air matanya kering.

‘Jangan pikirin yang gak perlu dipikirin!’ batin Alya, sembari berusaha untuk mengubah mood-nya, menjadi lebih baik lagi.

“Gan, tumben nelepon. Ada apa?” tanya Alya heran, Morgan menghentikan tawanya.

“Udah beberapa waktu ini ... kita sempat hilang kontak. Gue gak mau, kalau nantinya kita hilang kontak lagi,” ujar Morgan dengan nada yang sangat serius, membuat Alya terdiam sejenak mendengarnya.

Alya bergeming, merasa sangat aneh mendengar ucapan Morgan yang seperti itu.

Memang, Alya tak memungkiri, kalau Morgan menyukainya. Namun, ia tidak menyangka kalau ternyata Morgan masih menyimpan perasaannya, bahkan sampai saat ini.

Sudah bertahun-tahun lamanya, tetapi Morgan masih saja menyimpan perasaannya pada Alya.

Alya pun tak pernah melihat Morgan menjalin hubungan dengan wanita mana pun, selama ini. Yang ia lihat, Morgan hanya memandang ke arah dirinya saja, meskipun ia sudah memiliki Dion, pada saat itu.

Sekarang terulang kembali. Walaupun di sisi Alya sudah ada Rian, tetapi Morgan sama sekali tidak memedulikannya.

Perasaannya tetap sama untuk Alya.

Alya menunduk bingung, antara harus tertawa atau tersentuh mendengar ucapan Morgan yang seperti itu.

“Ah, lo juga kemarin-kemarin gak nyari gue. Kenapa? Apa ... ada dede gemes yang lagi deket sama lo?” seloroh Alya, Morgan tertawa mendengarnya.

“Gak ada yang deket sama gue, selain lo. Percaya deh, gue gak gampang dideketin sama cewek,” ujarnya, membuat Alya tertawa keras mendengarnya.

Suasana kembali ramai dan nyaman, membuat Alya bisa dengan mudahnya mengeluarkan segala uneg-uneg yang terpendam di dalam hatinya.

“Ah, gimana gak gitu? Orang setiap yang deketin lo aja, lo selalu pasang kuda-kuda, hahaha!” seloroh Alya, semakin senang saja berbincang mengenai hal ini pada Alya.

Morgan tertawa kecil, sembari memikirkan sesuatu dalam hatinya.

‘Gue beneran gak mikirin siapa pun, dan gak deket sama siapa pun. Itu semua demi lo, Al,’ batin Morgan, yang tidak bisa mengungkapkannya langsung pada Alya.

Walaupun Morgan sudah sering mengungkapkan perasaannya pada Alya, tetapi Alya tetap menganggapnya hanya sebuah candaan.

Hal itu yang membuat Morgan tidak bisa melangkah lebih jauh, karena setiap ucapannya selalu dianggap candaan bagi Alya.

Padahal kenyataannya, Alya sangat mengerti apa yang Morgan rasakan. Ia hanya tidak ingin, suasana mereka menjadi rancu, hanya karena perasaan Morgan kepadanya itu.

Alya hanya menganggap Morgan sebagai seorang senior. Kalaupun lebih dari itu, ia hanya bisa menganggapnya saudara saja.

Morgan menghela napasnya, berusaha untuk menetralisir suasana.

“Besok ada jadwal syuting?” tanya Morgan, Alya terdiam sejenak memikirkan jadwalnya.

“Ada, tapi cuma malam. Pagi ke sore free di apartemen,” jawab Alya dengan jujur, membuat Morgan mengangguk-anggukkan kepala kecil.

“I see. Gimana ... kalau kita naik wahana?” tawar Morgan, membuat Alya merasa sangat senang mendengarnya.

“Ah? Wahana? Naik apa? Bianglala?” tanya Alya, dengan sangat bersemangat.

Morgan juga larut dalam semangatnya Alya, sehingga membuatnya lebih semangat lagi dalam menjawab setiap pertanyaan Ara.

Morgan tersenyum, ‘Sepertinya dia sedang mood,’ batinnya yang merasa sangat senang mengetahuinya.

“What ever you want, lo bisa naik wahana apa aja yang lo seneng!” ujar Morgan, berusaha untuk menjaga mood Alya, yang sangat sulit ia dapatkan itu.

“Yeay! Gue mau naik bianglala!” teriak Alya, membuat Rian yang masih terjaga di sana, mendengar teriakan Alya tadi.

‘Mau naik bianglala? Sama siapa?’ batin Rian, yang merasa sangat bingung mendengar ucapan Alya yang seperti itu.

Rian sama sekali tidak mengetahui, kalau Alya memiliki teman sedekat itu. Setahunya, Alya terkenal sangat jutek, sampai ia tidak memiliki teman sejawat yang terlihat dekat dengannya.

‘Kira-kira, dia lagi bicara sama siapa, ya?’ batin Rian.

Tiba-tiba saja muncul rasa penasaran di hati Rian, karena mendengar Alya yang tertawa seperti itu di telepon.

Entah dengan siapa.

Rian hanya tenggelam dalam rasa penasarannya saja, karena ia tidak bisa bertanya langsung pada Alya. Ia sanga tahu, Alya tidak akan pernah menjawab pertanyaan darinya.

Sementara itu, Alya yang memang membutuhkan refreshing, langsung meng-iya-kan ajakan Morgan itu.

“Mau! Ya udah, besok gue ke sana,” ujar Alya, sontak membuat Morgan mendelik kaget mendengarnya.

“Jangan! Jangan kamu yang ke sini. Berat, kamu gak akan kuat. Biar aku saja,” ujar Morgan, kembali meniru gaya bicara Dilan.

Alya semakin tertawa saja, karena ia merasa sangat kesal ketika mendengar gaya bicara Morgan, yang sangat tidak mirip dengan gaya bicara Dilan.

Terpopuler

Comments

Reyhan Situpa

Reyhan Situpa

semangat

2023-02-06

0

👊🅼🅳💫

👊🅼🅳💫

momooooo 🐱🐱🐱

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!