"Sudah paman,"
"Baiklah mari kita semua berangkat!" ajak Paman Fadil kepada seluruh keluarga besarnya.
Semua mengangguk dan segera menuju mobil masing-masing dan mulai meninggalkan Kediaman Pak Faruq satu-persatu menuju Kediaman Nabila.
Setelah 30 menit berlalu, rombongan keluarga Azril pun telah sampai.
Mereka disambut suka cita oleh keluarga Nabila, terutama orangtua gadis itu, Bu Salamah dan Pak Syarif.
Kedua orangtua Nabila mempersilahkan rombongan keluarga besar Azril untuk masuk dan duduk ke tempat yang telah mereka siapkan.
Saat acara akan dimulai, Bu Salamah menyuruh salah satu pelayannya untuk memanggil sang putri tercinta di kamarnya.
Lama, hingga 15 menit berlalu, akhirnya pelayan itu pun datang dan membisikkan sesuatu kepada Umi Salamah.
Terlihat Bu Salamah melototkan matanya sembari menutup mulutnya dengan tangannya, karena terkejut dan tidak percaya.
Hati Azril bergemuruh, dia merasa jika ada sesuatu buruk yang telah terjadi.
"Ini surat yang tergeletak di meja kamar Nona Muda, Nyonya."
Pelayan itu menyerahkan dua pucuk surat yang ada di tangannya kepada Umi Salamah.
Di luar surat itu tertera tulisan 'Untuk Azril' dan satu surat lainnya bertulis 'Untuk Umi dan Abah'.
Umi Salamah membaca singkat surat yang tertuju untuknya, tubuhnya bergetar hebat, airmatanya tiba-tiba jatuh tak tertahan sehingga membuat semua orang menjadi tegang sekaligus cemas.
Abah Syarif mendekati istrinya, "Ada apa Umi? Apa yang terjadi?" tanya Abah Syarif memandang wajah istrinya yang sedang berderai airmata.
Umi Salamah menghapus airmatanya dan dengan berat hati mengatakan kenyataan pahit yang baru saja diterimanya.
"Putri kita telah pergi Bah, dia tidak menerima pertunangan ini." ucap Umi Salamah.
"Apa! Dasar anak kurang ajar!" teriak Abah Syarif yang murka.
Sedangkan kedua keluarga besar hanya bisa mengaga tak percaya dan saling berbisik-bisik satu sama lain membicarakan kegagalan pertunangan ini.
Wajah Azril yang tadinya berbinar bahagia dan cerah tiba-tiba menjadi mendung, dia sangat terpukul mendengar kenyataan itu, orangtuanya pun memandang putra kesayangan dengan tatapan iba.
"Jeng Fatimah, saya minta maaf atas kelakuan putri saya, maafkan saya sudah mempermalukan keluarga besar anda," ucap Umi Salamah dengan berderai airmatanya lagi dan tiba-tiba bersujud di depan ibunda Azril.
"Astaghfirullah Hal'adzim.. Jeng Salamah jangan seperti ini!" ucap Umi Fatimah sembari membantu Umi Salamah agar berdiri
"Saya sangat malu pada anda Jeng, saya tidak bisa mengajari putri saya dengan baik, saya benar-benar merasa sangat bersalah karena ulah putri saya acara pertunangannya menjadi gagal." Umi Salamah tidak berani memandang wajah sahabatnya itu.
"Sudah tidak apa-apa Jeng, semua sudah terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Anggap saja anak kita memang tidak berjodoh, kita serahkan saja semua pada Allah SWT."
Abah Syarif pun mendekati Abah Faruq dan meminta maaf atas kelakuan putrinya, lalu kedua orangtua Nabila menghampiri Azril untuk meminta maaf langsung padanya dan menyerahkan surat putrinya untuk pemuda itu, sungguh sangat disayangkan sekali, putrinya menyia-nyiakan pemuda tampan nan sholeh itu.
Azril hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia terus bertanya-tanya dalam hatinya.
Apa yang menyebabkan Nabila pergi di hari pertunangan mereka?
Apa Nabila sebenarnya tak mencintainya sama sekali?
Atau ada hal yang lain yang memang harus dia selesaikan dahulu?
Sebenarnya apa yang terjadi? Entahlah dia sendiri belum tahu jawabannya.
Dia hanya berharap gadis pujaannya itu akan segera kembali dan melanjutkan pertunangan ini lagi. Biarkan saja dia disebut pria yang sangat bodoh jika setelah ditinggalkan lalu masih mengharapkannya untuk kembali lagi, ternyata benar pikirnya, memang cinta itu buta, perasaannya mengalahkan logikanya. Dia telah dipermalukan dan ditolak untuk yang kedua kalinya tapi entah kenapa dia masih mencintai gadis itu.
Lalu setelahnya, keluarga Azril membawa putranya pergi menuju ke kediaman mereka lagi.
Azril terdiam sepanjang perjalanan, matanya menerawang jauh entah kemana.
Sedangkan kedua orangtuanya merasakan sakit yang sama dengannya, mereka tidak peduli dengan cibiran orang, tapi hati mereka begitu sakit melihat putra kebanggaan mereka disia-siakan oleh seorang gadis.
***
Setelah sampai di kediamannya, Azril dan keluarga besarnya masuk ke dalam mansion.
"Bang Faruq ini bagaimana sih memilihkan jodoh buat Azril? Harusnya Bang Faruq memastikan seperti apa gadis itu, pastikan dia mau atau tidak! Jangan karena terpaksa dan akhirnya membuat malu keluarga seperti ini!" ucap Bibi Fara menyalahkan kakaknya.
"Bang Faruq ini daridulu selalu saja mempermalukan nama keluarga, nggak anaknya nggak bapaknya sama aja!" tambah Paman Fadil.
"Bang Faruq, biar aku jodohkan saja Azril sama keponakan istriku! Dia cantik, berpendidikan dan tentunya dari keluarga terpandang, bukan seorang gadis tak sopan yang tiba-tiba pergi dari acaranya pertunangannya sendiri!" cibir Paman Farhan.
Sedangkan Abah Faruq hanya terdiam disalahkan oleh keluarga besarnya, dia tidak bisa membela apapun.
Azril yang tadinya tidak peduli dan berjalan naik ke lantai atas ke kamarnya, tiba-tiba berbalik arah menuju ke tempat keluarga besarnya berkumpul, dia tersulut amarahnya saat mendengar ayahnya disalah-salahkan keluarganya itu.
"JIKA ANDA SEMUA YANG DISINI MERASA MALU DENGAN KELUARGA SAYA! SILAHKAN TINGGALKAN RUMAH KAMI! KAMI TIDAK BUTUH KELUARGA YANG SELALU MENGHINA DAN MERENDAHKAN KELUARGA SAYA! PERGI KALIAN SEMUA!" teriak Azril dengan amarah yang luar biasa ketika dia telah berada di depan semua keluarga besarnya.
Seketika keadaan tiba-tiba hening, seluruh keluarga abahnya terdiam tak bisa berkata-kata mendengar teriakkan Azril.
Mereka kesal bocah ingusan itu membentak dan mengusir mereka, tapi melihat raut kemarahan Azril nyali mereka menjadi ciut.
"Dasar keponakan tidak tahu diri! " umpat Paman Fadil.
Mendengar umpatan Pamannya, Azril semakin tersulut emosi.
"Siapa yang tidak tahu diri disini! Hah? Memangnya aku tidak tahu, Paman Fadil diam-diam sering meminta uang pada abahku ratusan juta hanya karena ingin membuatkan cafe dan membelikan barang-barang mewah untuk istri paman! Paman selalu menghina kami tapi dengan tidak tahu malunya paman mengemis pada kami! Sekarang siapa yang tidak tahu diri disini!"
Paman Fadil menjadi tegang, wajahnya memerah karena sangat malu didepan istri dan keluarga istrinya, selama ini dia selalu sombong di depan semua orang merendahkan orang seenaknya sendiri, padahal uang yang dia dapat berasal dari meminta pada kakaknya, bahkan usahanya saja tidak bisa berkembang dengan baik karena gaya hidupnya yang terlampau hedon.
Istri Paman Fadil tak kalah malunya di depan keluarga besarnya, keluarganya yang lain berbisik-bisik membicarakan mereka, ternyata dibalik gayanya yang terlihat elit ternyata semua hanyalah semu.
"Ril, jangan nak!" Abah Faruq memperingatkan agar putranya tidak berbicara terlalu jauh.
"Tidak apa-apa Abah, biar semua tahu jika selama ini Abah selalu baik dan sayang pada adik-adik Abah, apapun Abah lakukan dari materi hingga mengabaikan perasaan anak dan istri Abah sendiri demi agar adik-adik Abah menerima kita tapi balasan mereka hanya sebuah hinaan saja pada keluarga kita, apa abah tahu aku sudah lelah Abah, dihina dan diremehkan oleh keluarga Abah, bahkan aku sering melihat Umi menangis setiap selesai menghadiri acara keluarga besar." ungkap Azril.
Umi Fatimah hanya menangis mendengar ucapan putranya, ternyata selama ini putranya juga sama tersiksanya dengan dirinya.
Abah Faruq pun akhirnya terdiam, mengikuti apapun yang akan dilakukan sang putra kesayangan, karena baginya sudah cukup pengorbanannya selama ini pada adik-adiknya, jika nantinya dia dibuang lagi oleh keluarganya dia tidak peduli. Yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan istri dan putra semata wayangnya.
"Dan kamu paman Farhan! Memangnya aku tidak tahu kamu suka berjudi online di belakang istri dan anakmu! Hingga kamu memiliki hutang sampai 2 M dan abahku pun yang menutupi hutang paman tanpa sepengetahuan istri dan anak-anak paman! Apa paman tidak malu, Hah? Paman paham agama tapi paman silau akan dunia dan berbuat dosa hanya demi kesenangan yang semu!"
Paman Farhan dan istrinya pun tak kalah malunya, wajahnya memerah dan tidak mampu berkata apapun.
Melihat kedua saudaranya dipojokkan oleh keponakannya sendiri, Bibi Fara pun pasang badan untuk membela mereka berdua.
"Hei kau bocah ingusan! Tahu apa kamu tentang urusan orang dewasa! Mana buktinya jika Bang Farhan dan Fadil meminta uang pada abahmu! Abahmu sendiri saja tidak bilang apa-apa! Jangan asal menuduh dan memfitnah kami, kau!" ucap Bibi Fara dengan sinis.
"Aku tahu semuanya bibi! Walaupun selama ini aku berada di Abu Dhabi, tapi aku memiliki orang kepercayaan di perusahaan. Semua dana yang keluar masuk dari perusahaan aku tahu detailnya, dan CCTV yang ada di perusahaan, semua terhubung langsung di ponselku."
Bibi Fara pun menjadi tegang, dia kira bocah yang mereka kenal pendiam itu tidak tahu apa-apa, tapi nyatanya keponakannya itu jauh lebih pintar dari mereka.
"Aku juga tahu setiap bulan Bibi Fara datang ke perusahaan untuk meminta uang cash pada abahku hanya untuk membeli barang-barang mewah, yang suami bibi sendiri saja tidak ingin belikan. Bibi juga mengatai suami bibi itu pelit dan menjelek-jelekkannya di depan abah agar Abah simpati pada bibi, tapi aku tahu sebenarnya dari cerita yang bibi lontarkan pada Abah, bukannya suami bibi itu pelit tapi bibi yang kelewatan boros. Bibi hanya terlalu gengsi jika tidak memiliki barang yang teman-teman bibi miliki, bukan begitu bibiku sayang?" ledek Azril memandang sinis ke arah bibinya.
Mata suami Bibi Fara terlihat memerah karena tersulut amarah, mengetahui kenyataan jika istrinya selama ini datang ke perusahaan kakaknya hanya untuk menjelekkan namanya dan meminta uang untuk membeli barang-barang yang baginya tidak berguna.
Bibi Fara yang melihat raut kemarahan suaminya menjadi gelagapan dan salah tingkah.
"Hei! Jangan asal tuduh kau bocah ingusan! Mana buktinya kalau aku datang ke perusahaan Bang Faruq untuk meminta uang dan menjelek-jelekkan suamiku di depannya? Aku tahu kau hanya menggertak kan!" tantang Bibi Fara dengan percaya diri, karena dia yakin jika Azril hanya menggertak mereka saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments