"Ya Allah umi, saya tidak pantas dengan orang seperti Ustadz Azril, sepertinya orang seperti beliau juga akan mencari wanita yang sama-sama memiliki ilmu tinggi seperti beliau, bukan wanita awam yang baru hijrah seperti saya." ucap Alia tersenyum masam.
"Al, tidak ada yang tahu dengan siapa kamu berjodoh nantinya karena itu semua memang Rahasia Allah, tapi apa salahnya jika umi mendoakan kamu mendapatkan laki-laki yang baik dan bisa membimbingmu untuk belajar agama semakin dalam, karena umi tahu kamu adalah gadis yang baik dan tulus yang pernah umi temui. Umi akan mendoakan segala kebaikan untukmu," doa Umi Mutia dengan tulus.
"Amiinnn Ya Robbala'laminn.. MasyaAllah.. Terimakasih atas segala doa baik anda umi," ucap Alia mencium tangan Umi Mutia dengan khusuk.
"Sama-sama Al," Umi Mutia mengelus kepala Alia penuh sayang.
**
Selama 3 bulan ini, Azril telah bekerja di perusahaan milik abahnya. Dia sangat disegani para karyawan dan karyawatinya, semua orang memuji ketampanannya dalam hati. Si pria berwajah keturunan Indo-Arab yang ramah dan murah senyum, dan semua wanita yang melihatnya pasti langsung jatuh hati padanya.
Siang itu, Umi Fatimah dan Abah Faruq datang mengunjungi Azril ke perusahaan mereka.
"Assalamualaikum Umi, Abah.." Azril mencium tangan kedua orangtuanya.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.."
"Bagaimana Ril? Lancar?" tanya Abah Faruq.
"Alhamdulillah sejauh ini tidak ada kendala berarti Bah, bahkan dua bulan belakangan ini profit perusahaan kita juga meningkat 30% dari sebelumnya." jawab Azril.
"Alhamdulillah.." ucap Umi dan Abah bersamaan.
"Abah sangat bangga padamu, Ril. Itulah sebabnya Abah berat melepaskanmu ke negeri orang, karena Abah tahu kemampuanmu. Bahkan untuk berdiri sendiri pun kamu bisa,"
"Terimakasih Abah,"
Dan Abah pun membalasnya dengan senyuman dan anggukan.
"Apa kamu udah makan siang sayang?" tanya Bu Fatimah pada putra semata wayangnya.
"Alhamdulillah sudah mi,"
"Kalau begitu ayo sekarang antarkan umi ke toko kue langganan umi!" pinta Umi Fatimah.
"Baik Umi," ucap Azril dengan patuh.
"Abah tunggu bentar disini ya! Umi keluar dulu!"
"Iya mi, tapi jangan lama-lama ya!"
"Iya abah,"
**
Beberapa menit berlalu, akhirnya Azril dan Umi Fatimah telah sampai di Toko Roti Pak Hamid.
Alia menyambut kedatangan sang pelanggan dengan ramah.
"Assalamualaikum Bu Hajjah.. Ada yang bisa saya bantu Bu?" tanya Alia menampilkan senyuman manisnya.
"Wa'alaikumsalam Al.. seperti biasa ya bantu Umi pilihkan kue-kue paling enak disini, tapi kali ini berikan Umi dua kali lipat dari jumlah yang biasa Umi beli ya!"
"Baik Bu Hajjah, segera saya ambilkan dan anda bisa menunggu di meja nomor 4," ucap Alia dengan sopan.
"Baik Al, oia tolong berikan aku es matcha latte satu sama es capuccino satu ya!"
"Baik Bu Hajjah,"
Alia segera ke dapur untuk memesankan minuman yang diminta oleh Umi Fatimah, sembari menunggu minuman selesai, dia memilihkan kue yang biasa dibeli oleh Umi Fatimah dan menyerahkan ke kasir untuk dipacking rapi.
Selang tak berapa lama, Alia mengantarkan minuman pesanan Umi Fatimah, semakin dekat dengan meja Umi, dia melihat seseorang pria yang tak asing baginya. Pria yang tempo hari memberinya banyak tip hanya karena membantunya memilihkan kue untuk sang ibu.
Dari pembicaraan mereka, Alia langsung tahu jika pemuda itu adalah putra dari salah satu pelanggan toko roti pamannya.
"Ini minumannya Bu Hajjah, silahkan!" ucap Alia tersenyum manis.
"Terimakasih ya Al,"
"Sama-sama Bu Hajjah,"
Tak sengaja pandangan Alia dan Azril bertemu dan keduanya melemparkan senyuman dan anggukan sekilas.
"Ada yang bisa saya bantu lagi Bu Hajjah?" tanya Alia.
"Tidak, sudah cukup. Roti dan kuenya sudah di kasir?"
"Sudah Bu, sepertinya juga sudah selesai dipacking."
"Baiklah, terimakasih ya!"
"Sama-sama Bu, saya permisi dulu Bu." pamit Alia, Umi Fatimah dan Azril hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.
Sebenarnya Alia ingin mengucapkan terimakasih pada pria yang tempo hari memberikannya tip, tapi dia terlalu malu membahas itu di depan ibu pria itu. Mungkin baginya uang segitu bukanlah hal yang penting dan mungkin sudah dilupakan, tapi bagi Alia ucapan terimakasih wajib dilontarkan kepada seseorang yang telah baik kepadanya.
Setelah kepergian Azril dan Umi Fatimah, Alia kembali melanjutkan pekerjaannya membantu sang paman di dapur.
"Eh Al!" panggil Nita si kasir.
"Iya ada apa Nit?" Alia menoleh pada temannya.
"Yang tadi pria yang dulu ngasi kamu tip kan?" tanya Nita dan Alia mengangguk.
"Eh aku nggak nyangka dia putranya Bu Fatimah lho, padahal wajahnya ganteng banget kayak pangeran dari Dubai, kayaknya bokapnya tuh yang dari Arab." tebak Nita.
"Astaghfirullah Hal'adzim.. julid amat sih kamu Nit! Udah ah ayo kerja lagi! Jangan suka ngomongin orang!"
"Eh kayaknya dia cocok sama kamu lho Al, deketin dia gih!" ucap Nita senyum-senyum.
"Hufftt! Aku mah cuma remahan rengginang Nit, mana berani aku menyukai pria tampan dan kaya seperti itu, ibarat bagai bumi dan langit, susah deh ketemunya." Alia dan Nita terkekeh bersama.
"Eh udah ah bubar-bubar jangan ngajakin gosip mulu! Bukan banyakin dzikir malah banyakin dosa!" Alia pun menggelengkan kepalanya.
Lalu dia pun masuk ke dalam dapur Paman Hamid dan mulai membantu sang paman membuat kue pesanan yang akan diantarkan pukul 5 sore nanti.
**
Di perjalanan menuju perusahaannya, Ibu dan anak itu terlihat berbicara serius.
"Kenapa Umi pesan kue sebanyak itu? Apa di rumah mau ada acara pengajian Umi?" tanya Azril penasaran.
"Bukan acara pengajian sayang, kita mau silahturahmi ke rumah teman lama Umi."
"Kita? Aku juga ikut Umi?"
"Iya donk ril, orang yang penting itu kamu kok."
"Maksudnya apa umi?"
"Sebenarnya Umi mau kenalkan kamu dengan gadis sholeha putri teman Umi, kalau dia dan kamu sama-sama setuju dengan perjodohan ini, kalian bisa menikah."
"Apa? Dijodohkan? Astaghfirullah Hal'adzim Umi.. Azril kan bisa cari calon istri sendiri mi, janganlah dijodoh-jodohkan begini." protes Azril.
"Udah kamu tuh nurut umi aja! Lagipula kalau kamu nggak setuju kan perjodohan ini bisa batal, untuk sementara kalian sama-sama tahu dulu aja! Tapi umi yakin kamu pasti sangat menyukai gadis ini," ucap Umi Fatimah dengan yakin.
"Hm.. Ya sudahlah kalau cuma kenalan dulu, tapi umi jangan memaksaku ya kalau akunya nggak sreg!"
"Iya Ril, tenang ajalah!"
***
Malam pun tiba, kini Azril dan kedua orangtuanya telah tiba di kediaman salah satu sahabat orangtuanya.
Terlihat sepasang sahabat orangtuanya itu menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Dan mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu.
"Wah ini ya yang namanya Nak Azril," ucap Umi Salamah teman ibunya.
"Benar Umi," ucap Azril mengangguk sekilas.
"MasyaAllah.. benar-benar tipe suami idaman ya!" puji Umi Salamah.
Azril hanya tersenyum malu.
"Jangan blak-blakan seperti itu donk umi, nanti calon menantu kita jadi nggak nyaman!" ucap Abah Syarif memperingatkan istrinya.
"Iya Bah, saya kan cuma mencoba akrab agar dia terbiasa dengan kita." balas Umi Salamah.
Umi Salamah bercerita sedikit tentang putrinya yang bernama 'Kia' itu kepada Azril dan orangtuanya, dia juga bercerita jika Kia masih kuliah semester 6 di Kairo.
Setelah lama mereka berbincang untuk saling bertukar cerita dan bertanya banyak hal pada Azril, akhirnya Umi Salamah pun memanggil sang putri yang akan dijodohkan dengan putra sahabatnya itu.
"Kia.. kemarilah nak!" panggil Umi Salamah pada putrinya.
"Iya Umi,"
Kia berjalan pun ke arah ruang tamu dengan menundukkan kepalanya.
Dan alangkah terkejutnya Azril, ternyata gadis yang akan dijodohkan dengannya adalah Nabila temannya semasa kuliah, gadis itu adalah gadis yang pernah dia sukai dan pernah diajaknya ta'aruf.
Azril sangat ingat, nama panjang gadis itu adalah Nabila Adzkia Syarif, dan dia bisa menebak jika Kia adalah nama kecil dari Nabila.
Dia tidak menyangka sekaligus sangat bahagia akhirnya dipertemukan lagi dengan Nabila Jantungnya berdetak lebih kencang saat ini, ada banyak perasaan berkecamuk dihatinya, mungkinkah Nabila adalah jodohnya? Azril terus bertanya dalam hatinya.
"Assalamualaikum Umi Fatimah, Abah Faruq, Bang Azril.. Senang bertemu dengan kalian," sapa Nabila.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.." jawab mereka bersamaan.
Kemudian Nabila duduk disamping ibunya dengan masih menundukkan kepalanya.
Pandangan mata Azril tak lepas dari Nabila dengan tatapan penuh arti.
"Ril, jaga pandangan nak! Inget belum sah!" goda Umi Fatimah.
"Astaghfirullah Hal'adzim.." seketika Azril langsung beristigfar saat menyadari kesalahannya.
Mereka semua malah terkekeh mendengar tingkah Azril yang lucu, terutama Umi Fatimah yang tahu Azril sempat menolak perjodohan ini, tapi malah dia yang terpesona seperti itu.
Setelah berbincang serius, dan kedua putra-putri mereka menyetujui perjodohan ini, akhirnya telah diputuskan jika Azril dan Nabila akan bertunangan pada satu bulan mendatang dan pernikahan akan dilangsungkan di bulan berikutnya setelah pertunangan.
Saat waktu telah menunjukkan pukul 9 malam, Azril dan orangtuanya pun pamit pulang dari kediaman orangtua Nabila.
***
Di perjalanan menuju kediamannya, terlihat Umi Fatimah terus menggoda sang putra.
"Liat itu Bah anakmu! Tadi siang aja nolak gadis pilihan kita, eh sekarang malah senyum-senyum sendiri liat calon istrinya. Dasar bocah sok jual mahal!" goda Umi Fatimah.
"Apaan sih Umi, lagian umi kan bilangnya namanya Kia bukan Nabila temanku kuliah, kalo tahu dari awal gadis itu Nabila, kan aku datang dengan senang hati mi!" ucap Azril nyengir kuda.
"Ya mana umi tahu kalo Kia itu teman kuliah kamu, tapi sepertinya sih dia udah tahu kalau yang dijodohkan dengannya itu kamu. Makanya dia setuju saat kami meminta silahturahmi kesana," tebak Umi.
"Wahh benarkah umi?" Azril berbinar bahagia, dia sangat senang akhirnya Nabila mau membuka hati untuknya dan memberikan kesempatan padanya untuk menuju ke jenjang yang lebih serius.
"Ternyata putra Abah bisa jatuh cinta juga ternyata, Abah kira kamu cuma gila kerja aja." goda Abah Faruq.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Laksana mutiara🥀
Yahh...kasihan Alia.🤧😢
2023-02-08
1