Martin tersenyum. "Saya mau bertemu ibu kamu, apa itu salah?" ucap Martin. Starla terdiam sejenak.
"Seperti nya kamu tidak mengijinkan saya datang ke rumah kamu, apa saya membuat kamu tidak nyaman?" tanya Martin.
"Bukan seperti itu kak, saya..."
"Sudah tidak ada alasan lagi, saya akan menunggu kamu di parkiran." ucap Martin.
Starla tidak tau harus mengatakan apa lagi kepada Martin.
"Baiklah lah kak." ucap Starla. Martin tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu sebaiknya kamu masuk ke kelas kamu." ucap Martin segera pergi meninggalkan Starla.
Di sore hari nya waktu nya untuk pulang.
"Kamu kenapa tidak langsung pulang Starla? Biasanya menunggu di halte." ucap Hima.
Starla menoleh ke arah Hima.
"Gak apa-apa kok." ucap Starla.
"Aku anterin pulang yah, sebelum Diki datang mau menjahili kamu lagi." ucap Hima.
"Terimakasih Starla, tapi aku pulang menunggu kak Martin." ucap Starla.
"Ngapain kamu nungguin kakak ku?" ucap Diki mendengar percakapan mereka.
"Aku yakin dia pasti mau mendekati Kak Martin." ucap teman Diki.
"Jangan mimpi deh kamu, kak Martin itu sudah memiliki Pacar!" ucap Diki.
"Sudah jangan ribut-ribut di sini, nanti kalau kak Martin datang dia akan memarahi kamu lagi karena perempuan ini." ucap Teman perempuan Diki.
Dia membawa Diki pergi dari sana. Tidak beberapa lama Martin datang.
"Maaf saya membuat kamu menunggu lama, tadi saya berbicara dengan Dosen sebentar." ucap Martin.
"Humm kakak serius mau pulang sama Starla?" tanya Hima.
Martin mengangguk. "Apa yang salah?" tanya Martin.
"Tidak apa-apa kak, aku juga mau nganterin Starla pulang sesekali, namun dia tidak mau." ucap Hima.
"Lain kali saja." ucap Martin. "Ya sudah kalau begitu aku pulang duluan yah." ucap Hima kepada Starla dan Martin.
"Ayo kita pulang juga." ucap Martin kepada Starla.
"Tunggu dulu kak, apa Kakak yakin mau nganterin aku pulang? Bagaimana kalau orang-orang akan berfikir yang aneh-aneh?" ucap Starla.
Martin tersenyum. "Apa yang salah? Saya juga sudah terbiasa pulang dengan Anak-anak yang lain nya." ucap Martin.
"Tapi saya berbeda kak."
Martin menggeleng kan kepala nya.
"Sebagai kakak kelas kamu harus mengajar kan hal yang positif. Bukan hanya saya yang sedang mendekat kan diri kepada Maba yang seperti kamu, masih banyak teman saya yang mendekat kan diri kepada Maba yang masih malu-malu." ucap Martin.
Starla terdiam. "Ya udah kalau begitu ayo masuk ke dalam mobil, kasian ibu kamu khawatir kalau terlalu lama pulang." ucap Martin.
Starla masuk ke dalam mobil Martin.
"Kamu sudah makan? Sebaik nya kita makan dulu." ucap Martin. "Tidak perlu kak, ibu pasti sudah menyiapkan makanan di rumah." ucap Starla.
"Oohh begitu." ucap Martin. Mereka lanjut lagi.
"Apa setiap hari kamu naik sepeda ke kampus yang sangat jauh seperti ini?" tanya Martin mencoba untuk mengajak Starla berbicara karena dia hanya diam saja.
"Tergantung kak, kalau sudah hampir telat saya naik Bus, kalau Bangun pagi dan santai saya naik sepeda." jawab Starla.
"Oohh begitu." ucap Martin.
"Apa kamu sudah memiliki pacar?" tanya Martin.
starla menggeleng kan kepala nya.
"Saya tidak memiliki pacar Kak, tidak mungkin orang seperti saya memiliki pacar." ucap Starla.
"Kenapa begitu? Kamu manis, kamu juga pintar." ucap Martin. Starla seketika langsung terdiam karena kaget mendengar pujian dari Martin.
Tidak beberapa lama akhirnya sampai di rumah Starla.
"Kalau sore-sore seperti ini warung ibu kamu ramai juga yah." ucap Martin.
Starla tersenyum sambil mengangguk.
"Ayo masuk dulu kak." ucap Starla.
"Ibu aku pulang." ucap Starla langsung menyalim tangan ibu nya.
"Pak Martin mana? Tadi kata nya datang Bareng kamu." ucap ibu nya karena Martin sudah mengabari.
"Saya di sini Bu." ucap Martin. Bu Irma tersenyum.
"Sebaiknya Bapak dan Starla makan terlebih dahulu. Saya sudah menyiapkan nya." ucap Bu Irma.
"Warung sangat ramai aku bantuin ibu saja yah, aku belum lapar." ucap Starla.
"Sudah tidak apa-apa, kamu temanin pak Martin saja." ucap Bu Irma. Starla mengangguk. Mereka pun makan berdua.
"Masakan ibu kamu sangat enak sekali, pantesan saja sangat ramai seperti ini." ucap Martin.
"Terimakasih." ucap Starla. Martin tersenyum dia makan sangat lahap sekali.
"Kenapa kak Martin sangat baik banget yah? Dia juga berbeda dari orang kaya yang lain nya, dia tidak merasa jijik makan di tempat seperti ini." ucap Starla dalam hati.
"Kenapa kamu Menatap saya seperti itu? Apa saya makan berantakan." ucap Martin menatap Starla.
"Bibir kakak sangat berantakan." ucap Starla.
Martin langsung membersihkan nya.
"Maaf-maaf." ucap Martin.
Bu Irma datang. "Bagaimana makanan nya enak tidak?" tanya Bu Irma.
"Sangat enak sekali Bu, pantesan saja anak-anak nagih makan masakan ibu." ucap Martin.
"Bapak bisa saja," ucap Martin.
"Jangan panggil saya bapak. Panggil saya Martin saja Bu, saya juga masih anak kuliah." ucap Martin.
"Anak kuliah?" ucap Bu Irma kaget.
"Iyah Bu, saya satu universitas dengan Starla itu sebabnya saya bisa datang bersama dia." ucap Martin.
"Oohh, ibu baru tau, Starla tidak ngomong apa-apa." ucap Bu Irma.
Martin tersenyum.
"Nak Martin benar-benar sangat hebat sekali, masih sangat muda namun sudah sukses." ucap Bu Irma.
Martin hanya tersenyum.
Starla selesai makan langsung bersih-bersih, dia langsung membersihkan semua piring, dia juga langsung membersihkan semua meja yang sudah kosong karena pelanggan pergantian datang.
Martin melihat Starla sangat giat membantu ibu nya membuat dia salut. Walaupun sudah lelah di kampus dia tetap membantu Ibu nya Tampa mengeluh sama sekali dan banyak juga pelanggan yang senang kepada dia.
Martin membicarakan makanan ke Panti asuhan dengan Bu irma sudah selesai dia memberikan biaya namun Bu Irma menolak nya karena dia sangat ikhlas melakukan itu.
Tetapi Martin ingin memberikan tanda terima kasih dan membayar lelah Bu Irma, Hanya itu yang bisa di berikan.
Bu Irma akhirnya menerima.
Sudah Magrib warung sudah tutup.
"Kakak tidak pulang?" Tanya Starla.
Martin berdiri dia menatap Starla.
"Seperti nya kamu tidak suka saya di sini sampai kamu mengusir saya." ucap Martin.
Starla menggeleng kan kepala nya. "Bukan seperti itu kak. Hanya saja..."
"Baiklah saya akan pulang. Terimakasih makanan nya." ucap Martin.
Starla mengangguk. Setelah Martin pergi Starla siap-siap mau sholat karena sudah waktunya.
Martin baru saja sampai di rumah nya dia melihat Diki bersama teman perempuan nya di ruang tamu. Martin menghela nafas panjang.
"Siapa kamu? kenapa kamu ke rumah saya?" tanya Martin kepada teman Diki.
Karena sudah tidak enak dengan tatapan dan cara berbicara Martin, Diki meminta teman nya itu pergi.
"Kenapa kamu membawa orang lain ke rumah ini?" tanya Martin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments