Sean yang sudah dipenuhi dendam membara akan kematian saudara kembarnya seakan tidak peduli, dia terus mengoyak baju Rara hingga benar-benar tidak ada yang menempel sama sekali di tubuh Rara.
"Mulus juga, pantas Seon selalu menginginkan tubuh ini," batin Sean.
Rara terus meronta hingga Sean kewalahan sendiri sehingga dia mengikat tangan Rara dengan dasi yang masih dia kenakan.
"Mas saya mohon, jangan begini." Air mata Rara membanjiri wajahnya.
Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipi Rara, Sean marah karena Rara masih saja memanggilnya dengan sebutan mas.
"Dengar aku bukan mas kamu," kata Sean dengan tatapan elangnya.
"Iya Tuan maaf," ucap Rara.
Seakan tak punya hati Sean meremas kedua bukit kembar milik Rara dengan kuat hingga Rara berteriak kesakitan.
"Sakit?" tanya Sean.
Rara mengangguk dengan tatapan mengiba, tak berhenti di situ dia juga menarik pucuknya sehingga lagi-lagi Rara harus berteriak kesakitan.
"Sakit Tuan," rintihnya.
Sean tertawa keras melihat Rara kesakitan dengan menangis, dia sungguh puas bisa menyiksa gadis yang tidak berdosa di depannya.
Sean kini melahap kedua pucuk bukit kembar milik Rara dengan kuat, Rara menggelinjang saat lidah Sean bermain di pucuk dadanya namun hal tidak terduga terjadi.
Aaaaaaaaaaaaa
Teriak Rara, saat gigi Sean menggigit pucuk dadanya.
Lagi-lagi Sean terus saja menyiksa Rara tanpa ampun.
Sean terus memainkan pucuk dada Rara dengan giginya, seakan makan daging dia menggigitnya tanpa ampun.
Puas di dada, dia kini membuat kecupan di leher Rara, dia sengaja mengecup dengan kuat sehingga bukan warna merah lagi melainkan warna biru-biru.
"Ampun Tuan, ampunilah saya," ucap Rara yang merasakan sakit.
Sean tertawa keras mendengar permohonan ampun Rara baginya ini tidak seberapa, Seon malah jauh menderita hingga menghembuskan nafas terakhir.
Plak
Tamparan mendarat lagi di pipi Rara, rasanya sungguh panas dan sakit.
Bibirnya hanya bisa meminta ampunan pada Sean namun semakin dia memohon Sean semakin menjadi.
Tanpa aba-aba Sean langsung saja menyatukan miliknya ke dalam goa sang istri, Rara yang masih virgin tentu menjerit kesakitan saat batang keras nan besar milik Sean merobek selaput darah miliknya.
"Aaaaaaa, sakit Tuan, sakit," ucapnya.
Sean yang merasakan lubang yang sempit dan adanya darah tentu jadi heran, karena sepengetahuannya Seon telah meniduri kekasihnya dulu namun dirinya tidak memperdulikan hal itu.
Tanpa rasa belas kasian dan ampun dia menggenjot Rara yang kesakitan hingga Rara pingsan.
Setelah mendapatkan pelepasannya, dirinya tanpa iba membiarkan Rara tergeletak polos di lantai.
Melihat Rara dirinya sungguh puas karena bisa membalaskan kematian saudara kembarnya.
"Lihatlah Seon aku akan membalaskan kematian kamu, aku bersumpah wanita ini akan menderita selama hidupnya," ucap Sean lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Waktu terus berlalu, keeoskannya Sean bangun terlebih dahulu, dia mengambil air minumnya lalu menyiram Rara dengan air tersebut.
Sontak Rara terbangun karena disiram air oleh Sean, dirinya segera memungut baju yang sobek untuk menutupi tubuhnya.
"Enak sekali jam segini masih tidur," kata Sean.
"Maaf Tuan," sahut Rara.
"Aku nggak perlu kata maaf kamu, sekarang kamu bangun, siapkan sarapan untuk aku lalu bersihkan rumah ini sampai bersih." Sean menatap tajam Rara.
"Tapi saya harus mengambil baju saya dulu Tuan," ucap Rara.
Sean melempar kunci mobil pada Rara karena baju Rara memang masih di dalam mobil Sean.
Setelah membersihkan diri, Rara keluar dengan menggunakan handuk Sean tentu hal ini membuat Sean marah.
"Siapa yang menyuruh kamu untuk memakai handuk aku?" tanya Sean.
"Maaf Tuan, kalau saya tidak memakai handuk ini saya harus memakai apa?" Rara menjawab pertanyaan Sean dengan pertanyaan balik.
Sean yang kesal menarik rambut Rara kebelakang.
"Aaaaaaaa, sakit Tuan," teriak Rara dengan memegangi tangan Sean.
"Sekali lagi kamu berani memakai barang milik aku, awas!" ancam Sean lalu melepas rambut Rara dengan kasar sehingga Rara terjatuh.
Air mata Rara lolos kembali, dirinya sungguh tak sanggup lagi menghadapi Sean yang sangat kejam padanya.
Tak ingin suaminya marah lagi, Rara beranjak bangun dengan menahan sakit di bagian sensitifnya, dia berjalan dengan pelan untuk mengambil pakaiannya yang ada di dalam mobil.
Pelayan yang kasian berusaha membantu Rara namun dari balkon atas Sean meneriaki pelayan untuk tidak membantu.
Setelah ganti baju, Rara mulai melakukan apa yang diperintahkan oleh Sean, dirinya memasak dan bersih-bersih rumah.
Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Sean turun untuk sarapan.
"Layani aku," titahnya.
Rara segera mengambilkan nasi goreng yang dibuatnya, tak lupa telur ceplok dan sayurannya.
Suapan pertama, Sean merasakan nasi goreng yang sangat enak namun karena dirinya tidak menyukai yang masak, akhrinya Sean membuang piring yang berisi nasi goreng tersebut.
"Kamu bisa masak apa tidak?" tanya Sean.
"Maaf Tuan, tapi rasanya sudah pas," jawab Rara dengan ketakutan.
"Bereskan semua kekacauan ini, lalu buatkan aku kopi pahit," titahnya.
Tek berselang lama, Rara datang dengan membawa kopi panas yang Sean minta, dirinya lalu menyeruput sedikit lalu menyemprotkannya ke Rara.
"Kamu becus bikin kopi apa tidak?" teriak Sean dengan menarik rambut Rara.
Tak belas kasihan Sean menyiram tangan Rara dengan kopi panas sehingga Rara berteriak kesakitan.
"Sakit," katanya dengan menangis.
Sean sungguh kejam, dia benar-benar menyiksa wanita malang ini, baru seminggu datang ke kota untuk mengadu nasib kini malah dirinya terus disiksa Sean tanpa ampun.
"Jangan cengeng, segera bersihkan dirimu lalu datang ke kantor, ingat kamu harus bekerja karena aku tidak akan memberi kamu uang sepeserpun," kata Sean.
Rara ambruk di lantai, para pelayan yang melihatnya sangat iba. Tuannya memang dingin dan temperamen namun mereka tidak menyangka dia akan menyiksa istrinya seperti ini.
Tak ingin dimarahi lagi, Rara segera bersiap dan menghiraukan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Setelah siap Rara pergi ke depan lalu duduk di samping Sean.
"Lama sekali," protesnya.
"Maaf Tuan," sahut Rara.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, terlebih Rara yang sedari tadi meniupi tangannya yang memerah karena disiram Sean dengan kopi panas tadi.
Setibanya di kantor, Sean memerintahkan Rara untuk mengelap kaca di ruangannya, lalu mengepel lantai serta mengelap meja dan semua yang bisa dilap.
"Kenapa saya Tuan? bukankah ada OB?" protes Rara.
"Berani melawan?" ucap Sean dengan menarik rambut Rara.
"Tidak Tuan," sahut Rara.
"Ingat kamu itu hanya lulusan diploma satu jadi sebenarnya pekerjaan yang cocok dengan kamu itu cleaning service," bisik Sean lalu mendorong tubuh Rara dengan kuat sehingga lagi-lagi Rara tersungkur di lantai.
Air mata Rara meluncur bebas, dirinya sungguh tak sanggup menghadapi Sean, secara tidak langsung Sean telah merusak hidupnya, dia dinikahi hanya untuk disiksa tanpa ampun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻ɢ⃟꙰ⓂSARTINI️⏳⃟⃝㉉
iih munbadzir nasi goreng enak di buang gtu aja
2023-03-30
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻ɢ⃟꙰ⓂSARTINI️⏳⃟⃝㉉
klok seon mati krn penyakit dn kecelakaan gmn,sapa yang salah paham nntinya,sapa yg beersalah ma tu gadis,mau tdk kmu tnggung jawab
2023-03-30
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻ɢ⃟꙰ⓂSARTINI️⏳⃟⃝㉉
teganya kau sean dada gadis y sakit lah klok digituin amat,gk liat rara kesakitan ap,kmu yg enak rara yang sakit,kau cuman salah paham ma rara
2023-03-30
0