Sejak hari itu, pendekatan antara Michella maupun Devan berakhir gagal total. Keduanya sama-sama menunjukkan raut wajah tidak suka satu sama lain, terutama Devan yang sedari awal menentang perjodohan ini.
Sampai Michella mendengar sendiri, kalau Devan ternyata sudah memiliki kekasih, bahkan Devan secara terang-terangan menelepon kekasihnya di hadapan Michella.
"Sayang, hari ini kamu lagi sibuk tidak, kalau tidak besok kita pergi belanja ya atau nonton, terserah mau apa karena aku besok lagi tidak sibuk" sahut Devan melalui telepon genggam miliknya.
"Wah, kebetulan sayang besok ada peluncuran tas baru, sekalian kamu beli tas itu ya, aduh makin cinta aku sama kamu, sayang"
Pada saat menelepon kekasihnya, terlintas dipikiran Devan untuk mengajak Michella, agar dia tahu bahwa kekasihnya lebih baik dibandingkan dengan dirinya.
Setelah selesai menelepon kekasihnya. Devan langsung beralih melihat Michella dengan tatapan mengejek.
"Kau dengar sendiri bukan, bagaimana suara kekasihku yang bahkan lebih merdu dari pada kicauan mulut busuk mu itu! bahkan dia lebih sempurna dari kau yang hanya remahan kayu, lihat dari segi pendidikan pun tidak sebanding dengan dirimu, kau bayangkan saja, kekasihku merupakan lulusan terbaik di kampus ternama di Indonesia, sedangkan kau mungkin saja tidak pernah merasakan bangku perkuliahan" ucap Devan dengan mulut pedasnya yang bahkan sama pedasnya dengan mulut tetangga.
"Hmm, aku sadar aku hanya remahan kayu saja, sedangkan kekasih mu adalah butiran debu, sekali tiup langsung menghilang'' balas Michella dengan kalimat menohok.
"Apa kau bilang!" emosi Devan karena gadis yang ada dihadapannya selalu membalas setiap ucapannya. Entah kenapa setiap Michella membalas ucapannya, dia selalu tidak berkutik, bahkan bukannya Michella yang marah mendengar setiap umpatan Devan, melainkan Devan sendiri yang panas hati setiap berbicara dengan Michella.
"Terserah apa yang kau katakan gadis udik, aku tidak peduli, oh iya besok kau harus ikut denganku pergi ke Mal, ini perintah dari kedua orang tuaku, kalau tidak mana sudi aku mengajak gadis udik seperti dirimu"
"Hmm, besok aku ikut, pastikan saja jam berapa kamu menjemput aku" balas Michella.
"Sekarang sudah petang, lebih baik aku berpamitan pulang ke Tante Mita"
"Iya sudah sana pulang, sedari tadi aku muak jika ada kau di sini" balas Devan.
"kalau saja orang tua itu tidak mengancam aku akan dicoret dari daftar pewaris, mungkin aku tidak sudi jika berdekatan dengan gadis udik ini" lanjut gumam Devan dalam hati.
Setelah itu, Devan kembali bersantai duduk di bangku taman sembari menikmati teh yang terlihat masih hangat karena baru dihidangkan oleh pengurus rumah 5 menit yang lalu.
Sedangkan Michella, sekarang sedang berpamitan dengan Bu Mita.
"Tante, Michella pamit pulang dulu ya karena sudah mau petang, takut jika terlalu malam sampai di rumah" ucap Michella
"Iya sudah, biar kamu pulangnya di antar sama Devan saja ya, masak calon menantu Tante pulang sendiri, apa lagi kan sekarang ada Devan calon suami kamu, biar dia saja yang mengantarkan kamu pulang sayang"
"Sepertinya tidak perlu Tante, kan sekarang jarak rumah Tante dengan Michella hanya 15 menit saja, Michella tidak mau merepotkan Tante karena selama Michella di Jakarta, Michella selalu merepotkan Tante dan suami Tante, apa lagi sekarang rumah yang Michella tinggal juga milik Tante" jawab Michella dengan tidak enak hati.
"Kamu tidak merepotkan kok sayang, memang sudah seharusnya rumah itu jadi milik kamu, karena kamu sekarang adalah calon istri Devan, anak Tante" imbuh Bu Mita.
Perlu diketahui bahwa semenjak Michella dan Devan resmi dijodohkan, maka Michella harus menetap di Jakarta, sehingga rumah yang memang menjadi hadiah pernikahan Michella dan Devan, sekarang sudah menjadi tempat tinggal Michella.
"Iya Tante, tapi sekarang Michella pulang sendiri saja ya, kali ini saja Tante" pinta Michella.
"Baiklah kalau itu mau kamu sayang, tapi nanti setelah sudah sampai di rumah, kamu mengabari Tante lagi ya''
"Iya Tante" balas Michella dengan cepat, karena Michella sangat enggan sekali jika di antar oleh Devan, apa lagi sepanjang perjalanan, Devan selalu marah-marah tidak jelas, persis seperti ibu-ibu hamil yang keinginannya tidak dituruti.
Sesampai di rumah. Michella lalu bergegas membersihkan seluruh badannya yang sudah terasa lengket, setelah itu mulai memasak untuk makan malam. Semua aktivitas itu dia lakukan sendiri. Padahal kedua calon mertuanya terutama Om Firman, memberi tugas ke para Maid untuk mengurus segala keperluan Michella, tapi Michella menolak dengan tegas karena tidak mau merepotkan calon mertuanya lagi.
Semua hidangan makan malam telah selesai dimasak, walaupun hidangan tersebut tampak sederhana yaitu tumis daun singkong dan ikan asin, tapi terasa nikmat di lidah Michella termasuk di lidah Author juga. Setelah itu, tak lupa Michella mengabari kedua mertuanya.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di Mansion Mahendra. Devan terlihat sedang tersenyum sendiri sembari berpikir. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, mungkin saja yang dia pikirkan adalah cara-cara untuk mempermalukan Michella, apa lagi dia sudah merencanakan kepergiannya dengan Michella besok pagi.
Sampai-sampai kegiatan Devan itu dilihat oleh kedua orang tua Devan, bahkan mereka beropini kalau anaknya mulai tidak waras. Sampai mereka berdoa, semoga Michella bisa membuat Devan kembali normal seperti biasa.
Keesokan harinya.
Devan langsung bergegas pergi menjemput Michella, tapi sebelum itu Devan sudah lebih dulu menjemput kekasihnya, bahkan dia berbohong ke kekasihnya, kalau dirinya akan menjemput pembantunya untuk sekedar angkat barang-barang kekasihnya.
Tentu saja mendengar hal itu, membuat kekasih Devan yaitu Casandra semakin senang karena selama ini Devan bahkan tidak pernah perhatian seperti saat ini. Sehingga semakin membuat Casandra mencintai Devan, terutama harta milik Devan.
Tin ...Tin ...Tin ...
Bunyi klakson mobil Devan di depan rumah Michella. Dengan sengaja Devan menekan klakson itu berkali-kali, sehingga membuat berisik, bahkan Devan tidak perduli dengan kekasihnya yang sudah mulai terlihat marah karena tingkah Devan yang terlalu kekanak-kanakan.
"Sayang, sudah jangan di tekan lagi, berisik tahu!"
"Hehehe, maaf sayang aku hanya membangunkan pembantu itu, kalau tidak di klakson pasti dia tidak dengar, maklum saja dia sedikit tuli" sarkas Devan.
Sementara Michella yang mendengar suara klakson itu hanya tak acuh, bahkan dengan santainya dia berdandan sedikit diperlambat agar Devan semakin kesal dengan dirinya.
Hampir 30 menit, Devan menunggu Michella, nyatanya gadis itu tidak keluar juga bahkan sudah berkali-kali Devan menekan klakson mobilnya, sampai para tetangga berdatangan, terutama kaum emak-emak yang sudah siap sedia membawa alat tempurnya seperti sapu, panci bahkan wajan untuk melemparkan ke wajah pembuat onar karena sudah membuat berisik di lingkungan tempat tinggal mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sandisalbiah
cinta emang buta ya Dev.. atau kamunya yg bodoh gak bisa menilai pribadi org..? 🤔🤔
2023-10-03
0
neng ade
hajar aja mak emak itu si Devan yg sombong yg bikin ulah.. enak aja calon istri sendiri dibilang
pembantunya yang agak tuli .. hajar mak itu mulut nya
2023-02-24
1
Soerya Abdul Soerya
Kapok lu devan😂😂😂
2023-02-21
1