Darwin menggelengkan kepalanya ketika melihat Rein menyalakan api. Gadis itu menggunakan batu bara yang dia bawa dari rumah kosong.
"Tssh coba buat api dengan sihir!" pinta Darwin.
Rein mengerutkan keningnya mendengar perintah Darwin. Dia tak tahu apa yang dia maksudkan.
Melihat Rein yang sedikit kebingungan. Darwin mendekatinya, lalu dari tangan kanannya dengan mudah bisa keluar api. Dan membakar kayu bakar di depan Rein.
"Seperti ini!" ucapnya. Rein terkesima melihat api bisa keluar dengan mudah dari tangan Darwin.
"Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Rein penasaran.
Kini giliran Darwin yang mengerutkan keningnya.
"Apa kamu tidak bisa melakukannya?" tanya Darwin. Rein menggelengkan kepala.
Darwin merasakan keanehan jika Rein tak bisa melakukan hal kecil itu. Semua orang di negeri itu bisa melakukannya.
"Seharusnya semua orang di kota dan negara ini bisa melakukannya? Ini hanyalah sihir kecil saja," jelas Darwin.
"Benarkah?" tanya Rein baru mengetahuinya.
"Coba kamu lakukan ini? Siapa tahu bisa?" Darwin mengajarkan sihir pada Rein.
"Begini?" tanya Rein sambil mengikuti cara yang di lakukan oleh Darwin.
Dari telapak tangan Darwin sudah keluar api itu. Sedangkan tangan Rein tak ada apapun.
"Konsentrasi, taruh semua fokus mu pada telapak tangan!" ulang Darwin.
Rein kemudian mencoba berkonsentrasi. Mencari dan menekan kekuatan yang ada pada dirinya. Seperti yang di arahkan Darwin.
Ketika semuanya sudah fokus,dari telapak tangan Rein muncul api. Namun bukannya senang Rein malah ketakutan. Api itu terlalu besar. Tidak seperti milik Darwin.
"Aaaah tanganku terbakar!" teriaknya ketakutan karena apinya merambat ke pakaian yang ada di lengannya.
"Tenanglah!" dengan sihir air, Darwin memadamkan api itu.
"Huh untunglah aku tidak terbakar!" Rein terduduk lemas di tanah. Dia lega bisa selamat. Sedangkan Darwin tampak sedang berpikir keras. Melihat kekuatan yang di miliki Rein barusan.
"Kekuatannya terlalu besar, dia bahkan sulit mengendalikannya," batin Darwin merasa Rein seorang gadis spesial.
"Bagaimana bisa api muncul dari tanganku?" gumam Rein mengamati tangannya, apakah terbakar atau tidak.
"Itu sudah bisa di sini, semua orang bisa melakukannya. Tapi kamu sedikit berbeda."
"Berbeda?"
"Ya, kekuatan yang kamu keluarkan teramat besar. Sebaiknya kamu belajar cara mengendalikan kekuatan saja?" jelas Darwin.
"Baiklah aku mengerti," Rein segera memanggang kelinci tadi. Dia sudah sangat lapar kali ini.
Darwin memeriksa ke dalam gua, ketika Rein sibuk dengan kelincinya. Gua itu adalah tempatnya dulu berlatih.
Darwin teringat masa lalu, sejak kecil dia hanya seperti sampah bagi orang-orang di sekitarnya. Karena sejak lahir, Darwin tak memiliki kekuatan apapun.
Oleh kedua orang tuanya, Darwin di bawa ke tempat ini untuk melatih diri. Bertahun-tahun tanpa peningkatan sedikitpun. Hingga akhirnya, Darwin bertemu dengan seorang anak perempuan.
Dia hanyalah gadis kecil kaum manusia. Perbedaan mereka sangat terlihat saat itu. Namun karena kaum vampir dan manusia bisa hidup bahagia secara berdampingan.
Darwin dan gadis itu bisa bersahabat dengan baik. Hingga suatu hari kekuatan milik Darwin akhirnya muncul. Sayangnya kekuatan itu sangat besar hingga Darwin sulit untuk mengendalikan.
Di tambah lagi semakin dewasa Darwin. Dia semakin ingin menghisap darah manusia secara langsung dengan menggigit mereka. Itu tidak di perbolehkan oleh pihak kerajaan.
Para vampir hanya boleh minum darah dari donor darah. Atau dari manusia yang mengeluarkan darah karena terluka.
Karena kekuatan yang dia miliki. Darwin hampir merenggut nyawa sahabatnya dari kecil itu.
"Hei!" Darwin terkejut ketika suara Rein memanggilnya.
"Kamu mau ini?" tanyanya sambil membawa kelinci yang sudah dia panggang tadi. Darwin menggelengkan kepala.
"Tidak,aku tidak makan selain darah!" jawab Darwin.
"Huh baiklah, apa enaknya makan darah. Lebih enak makan daging seperti ini," Rein dengan lahap memakan daging kelinci itu.
Darwin tidak peduli, dia memang tak pernah sekalipun makan daging. Bagi kaumnya darah adalah makanan sekaligus minuman mereka.
"Uh kenyang sekali!" ucap Rein sambil bersandar di dinding gua. Keduanya sudah berada di dalam gua itu.
"Dasar gadis rakus, satu ekor kelinci bisa langsung habis!" ejek Darwin.
"Biarin, lagi pula sudah dua hari tidak makan," jawab Rein tidak peduli tentang pandangan Darwin padanya.
"Malam ini kita tidur di sini!" ucap Darwin.
"Baiklah, aku akan berjalan-jalan sebentar untuk menurunkan makananku di perut ini," ucap Rein. Dengan membawa belati miliknya. Rein keluar dari gua itu.
Diam-diam Darwin mengawasinya dari dalam gua. Jika ada hal buruk dia bisa segera membantunya.
Rein yang kini berdiri tidak jauh dari gua,ingin mencoba kembali kekuatannya dalam memunculkan api.
Dengan berkonsentrasi kembali, Rein memfokuskan pikiran pada telapak tangan kanannya.
Api itu dengan mudah bisa muncul, namun masih saja sama seperti sebelumnya. Terlalu besar ukurannya, hingga membuat Rein hampir terbakar kembali.
Tak hanya sekali, Rein mencoba berkali-kali hingga dia bisa menguasai api itu. Mengendalikan kekuatan yang dia miliki.
"Bagus, yang ini lebih bisa aku kendalikan? Jika terus begini, aku pasti bisa lebih kuat." Rein merasa optimis dengan dirinya sendiri.
Dari jauh Darwin memperhatikan Rein. Sudut bibirnya terangkat melihat perkembangan gadis itu yang begitu cepat.Besok dia akan mengajarkan hal lain pada gadis itu.
"Tidurlah!" tiba-tiba Darwin sudah berdiri di belakang Rein. Gadis itu mulai terbiasa dengan kehadirannya yang sering tiba-tiba.
"Baiklah!" Rein menghentikan latihannya, dia memang sudah mengantuk.
Keduanya segera masuk ke dalam gua. Ada daun-daun kering yang tertata rapi di dalamnya.
"Sejak kapan kamu menyiapkan ini?"tanya Rein.
"Sejak kamu sibuk dengan api mu!" jawab Darwin.
"Tidurlah!"
Rein segera berbaring di atas daun-daun kering itu. Sedangkan Darwin tidur dengan posisi bersandar ke batu gua.
"Apa tidur begitu nyaman?" tanya Rein.
"Jadi apa kamu mau berbagi tempat denganku?" tanya balik Darwin.
"Lupakan saja! Kamu lebih menakutkan dari hal apapun!" jawabnya. Lalu segera memejamkan kedua matanya.
"Bukan aku yang menakutkan, ada lagi yang lebih menakutkan yaitu nyaman dengan seseorang, namun harus terpisah karena suatu keadaan," batin Darwin.
Dia kembali teringat oleh kehidupannya seratus tahun yang lalu. Dimana semua begitu indah sebelum akhirnya hancur secara perlahan-lahan.
"Rumi, andai kamu juga masih hidup. Atau setidaknya bereinkarnasi. Dimana kamu sekarang?" batin Darwin.
Rumi, sahabat masa kecilnya. Sekaligus wanita yang Darwin cintai. Telah meninggal karena ulah musuh Darwin.
Perpisahan itu membuat kekuatan besar milik Darwin muncul. Dan menghancurkan segala hal di dekatnya.
Darwin telah berhasil membalas dendam. Namun ada satu musuh yang membuatnya terjebak. Darwin tidak tahu dimana musuhnya itu sekarang.
Dia telah menyegel Darwin selama seratus tahun. Dan tidak membiarkan kekuatannya kembali sepenuhnya.
Saat ini hanya setengah saja kekuatan yang di miliki Darwin. Sisanya ada pada batu bermata biru yang menjadi inti kehidupan Darwin dan kekuatannya. Namun dimana batu itu dia tidak mengetahuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments