Kesepakatan

Darwin keluar dari rumah pengap itu. Mencari udara malam yang sudah lama tak dia rasakan.

Dengan kekuatan yang dia miliki, Darwin bisa dengan mudah melayang di udara. Dia kini tengah berada di langit.Memperhatikan semua hal yang ada di dalam hutan itu.

"Sangat membosankan tinggal di hutan ini!" gerutunya.

"Uh lapar sekali!" ucapnya lagi, dia merasakan lapar setelah bertahun-tahun tertidur.

Darwin turun ke tanah, ketika melihat seekor kelinci sedang berkeliaran di malam hari.

"Darah kelinci ini pasti segar!" Darwin dengan mudah menangkapnya dengan kekuatan yang dia miliki.Dia mencoba menggigit kelinci itu.

"Pyuuhh, tidak enak darahnya. Sial!" Darwin membuang ke sembarang arah kelinci yang sudah mati digigitnya.

"Lebih baik mencari manusia saja untuk ku hisap darahnya!" Darwin hendak pergi kembali. Namun tiba-tiba teringat Rein yang masih di dalam rumah kosong.

Darwin kembali melihat ke arah kelinci yang sudah mati itu. Memungutnya kembali untuk di bawa ke rumah kosong.

"Jika dia kenyang, aku bisa menghisap darahnya lagi!" sudut bibirnya terangkat, dia tidak perlu bersusah payah mencari mangsa. Karena ada Rein yang bisa menjadi bahan makanan untuknya.

Darwin kembali ke rumah kosong itu sebelum pagi tiba. Dengan menenteng kelinci tadi. Dia membuka pintu dan melihat Rein yang sudah terjaga.Darwin melempar kelinci di tangannya ke depan Rein.

"Hei apa ini?" tanyanya dengan wajah kesal.

"Makananmu! Cepat dimakan!" jawab Darwin.

"Kamu ingin aku makan kelinci mentah ini? Kamu kira aku apa?" gerutu Rein.

Kedua mata mereka bertemu, ada cipratan kekesalan dari mata Rein.

Kruyuuk!

Di tengah-tengah perdebatan mereka. Suara perut Rein terdengar begitu nyaring.

"Ah sial, perut ini kenapa berbunyi di waktu yang tidak tepat?" batin Rein.

Lagi-lagi Darwin tidak bisa menembus apa yang tengah di pikirkan Rein. Seolah terhalang sesuatu.

"Apa kekuatanku benar-benar belum sepenuhnya kembali?" batin Darwin.

"Sudahlah, kamu lapar kan, terima saja kelinci itu," ucap Darwin lalu meninggalkan Rein sendirian.

Rein menatap ke arah kelinci itu, memikirkan cara bagaimana dia bisa memakannya.

"Bagaimana dia bisa menangkapnya?" gumam Rein sambil membolak-balikkan tubuh kelinci itu. Rein menemukan dua luka bekas sebuah gigitan atau tusukan.

"Sudahlah, lebih baik aku pikirkan bagaimana cara memasaknya," Rein beranjak untuk mencari sesuatu yang bisa menghasilkan api untuk pembakaran.

Lama mencari akhirnya Rein menemukan dua buah batu bara. Kemungkinan ini peninggalan orang-orang terdahulu yang tinggal di rumah itu.

"Tinggal mencari kayu bakarnya, untung saja sudah hampir pagi."

Rein bergegas keluar dari rumah, sedangkan Darwin hanya memperhatikan Rein dari kejauhan.Meski jarak gadis itu sangat jauh darinya, Darwin masih bisa melihat dengan jelas. Karena ini adalah salah satu kemampuan vampirnya.

Rein kembali dengan kayu bakan di kedua tangannya beberapa menit kemudian. Tampaknya gadis itu terburu-buru ingin kembali.

Ketika masuk ke dalam rumah kembali. Rein di kejutkan oleh Darwin yang berdiri di depan pintu masuk rumah kosong itu.

"Ah kamu, ngagetin lagi!" ucap Rein kesal.

"Apa yang terjadi? Sepertinya kamu sangat ketakutan?" tanya Darwin.

Rein meletakkan kayu bakar di tanah. Lalu mencoba menghidupkan api dengan batu bara tadi.

"Segerombolan orang dari musuh ayahku tengah mengejar ku ke sini,mereka ingin membunuhku!" Rein mengurungkan niatnya untuk menciptakan api. Itu sama saja mengundang para pembunuh itu mendekati rumah ini.

"Kenapa mereka ingin membunuhmu?" tanya Darwin.

"Karena aku adalah putri kerajaan ini. Mereka ingin memiliki tahta yang seharusnya menjadi milikku," jelas Rein. Wajahnya tampak khawatir tentang keselamatan dirinya.

"Kasihan sekali, bukankah lebih baik untuk memberikan tahta itu pada mereka?" tanya Darwin.

"Tidak! Jika tahta itu jatuh ke tangan mereka. Negeri ini akan hancur, mereka tidak boleh menemukanku!" sentak Rein.

"Lalu apa yang harus kamu lakukan? Bukankah seharusnya tidak hanya bersembunyi saja kan?"

Ucapan Darwin memang masuk akal. Rein tidak bisa hanya bersembunyi saja. Dia harus melawan mereka, namun dengan kemampuan bela dirinya yang biasa saja. Jelas Rein akan kalah dengan mudah.

"Kamu mau menjadi lebih kuat?" tanya Darwin.

"Tak semudah mengucapkannya, aku sudah lama berlatih sihir dan juga bela diri. Namun semuanya sia-sia.Tubuhku terlalu lemah!" jelas Rein.

"Aku bisa membantumu!"

"Benarkah?" Rein menatap ragu pada Darwin.

"Tentu saja, namun ada syaratnya?" balas Darwin.

"Apa itu?"

"Kamu harus memberiku segelas darahmu setiap hari," jawab Darwin.

"Hah darah!" Rein terkejut mendengarnya. Darwin menganggukkan kepalanya.

"Untuk apa?" tanya Rein

"Kamu tidak perlu tahu, jika kamu mau melakukannya aku akan membantumu membunuh satu persatu musuh mu," jelas Darwin.

Rein berfikir sejenak lalu dia menganggukkan kepalanya.

"Baguslah, mulai sekarang kamu bisa menjadi pengawal ku," ucap Rein.

"Hei pengawal?" Darwin merasa ada yang salah dengan kesepakatan mereka.

Dia adalah penguasa, namun bagaimana bisa menjadi pengawal pribadi gadis cilik didepannya ini.

"Lalu apa namanya? Jika kamu ingin selalu melindungi ku, maka itu dinamakan pengawal pribadi," jelas Rein.

Darwin hanya bisa mendengus kesal. Selama kekuatannya belum kembali sempurna. Dia tidak bisa menunjukkan wajah sebenarnya pada orang-orang di luar sana.

Hal itu hanya akan memancing para musuhnya kembali. Darwin terpaksa harus menerima kesepakatan itu.

"Baiklah," jawabnya. Rein tersenyum bahagia. Setidaknya ada orang yang mau berjalan bersama dirinya.

Krek! suara dahan patah terdengar di luar pintu utama. Rein segera mengeluarkan belatinya. Bersiap jika kemungkinan itu adalah orang-orang yang mengejarnya kemarin.

Brak! pintu di buka dengan paksa. Sekelompok pria dengan topeng di wajahnya tampak membawa belati di tangannya masing-masing.

"Haha ternyata kamu bersembunyi di sini!" tawa salah dari mereka. Rein bisa mengira bahwa dia adalah pemimpin kelompok itu.

"Siapa sebenarnya yang menyuruh kalian?" tanya Rein ingin mengerti untuk pihak mana mereka bekerja.

"Kamu tidak perlu tahu! Bunuh dia!" mereka dengan cepat mengepung Rein.

"Sial kenapa mereka banyak sekali! Lalu dimana pria bodoh itu!" umpat Rein, melihat sekelilingnya tak ada Darwin. Pria itu entah kemana.

Rein hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri saat ini. Satu persatu dia melawan mereka. Meski kewalahan, Rein hanya bisa bertahan semampunya.

"Ah!" sebuah belati dari mereka mengenai lengan Rein. Darah segar mengalir dari lukanya.

Darwin yang sejak tadi mengamati dari atap tak bisa menahan hasratnya ketika mencium bau dari milik Rein.

Dia segera turun untuk membantunya. Dengan kuku-kuku panjang yang Darwin miliki. Dia dengan mudah menyerang mereka. Menusuk tepat di jantung pria-pria itu.

"Terlalu mudah!" ucapnya sombong karena hanya butuh beberapa detik untuk memusnahkan mereka.

Rein tak bisa berkata-kata ketika melihat cara Darwin membunuh musuh-musuhnya.

"Kamu? Siapa kamu sebenarnya? Kenapa bisa membunuh mereka semua!" tanya Rein ketakutan, dia lebih merasa takut pada Darwin dari pada sekelompok orang tadi.

Darwin tersenyum pada Rein, pria itu berjalan ke arah Rein yang memegang lengannya.

"Aku adalah Darwin, penguasa hutan ini. Mereka hanyalah semut-semut pengganggu," jawab Darwin.

Dia melepaskan tangan Rein dari lukanya, lalu menyibak kain yang menutupi luka. Perlahan wajahnya mendekat ke luka itu, dan mulai menghisap darah milik Rein.

Gadis itu semakin terkejut, namun Darwin berhasil menahannya agar tidak bergerak.

"Ap,apa yang kamu lakukan?" sentak Rein takut.

"Apa lagi? Meminta darahmu sebagai bayaran atas kerjaku tadi lah?" balas Darwin.

"Ka- kamu minum darah!" Rein semakin tergagap, namun tubuhnya semakin lemas karena Darwin belum berhenti menghisap darahnya.

"Ya, aku memang minum darah," Darwin telah selesai menghisap darah sekaligus mengobati luka di lengan Rein.

"Bagaimana bisa? Lukanya menghilang?" tanya Rein.

"Karena lidahku sangat berharga,jadi berterima kasihlah padaku," Darwin mengusap sudut bibirnya yang masih tertinggal darah milik Rein.

"Lumayan!" meninggalkan Rein dalam kebingungan.

"Siapa sebenarnya dia? Bagaimana bisa dia melakukan itu?" Rein masih terkejut. Dan belum bisa mencerna apa yang dilakukan oleh Darwin.

Darwin kini berada di atap genting rumah kosong itu. Dia mengamati perubahan dalam dirinya setelah meminum darah milik Rein.

"Kekuatanku perlahan membaik, apakah dia ada hubungannya dengan gadis seratus tahun yang lalu itu?" gumam Darwin. Dia tidak bisa mengetahui asal-usul Rein. Tentang reinkarnasi siapa gadis itu.

"Jika memang benar itu kamu? Aku tidak akan melepaskan kamu kembali," ucapnya lagi. Sambil berbaring di atas genting itu. Memandang langit lalu mengingat kembali wajah gadis yang pernah dia cintai di seratus tahun lalu.

Sayangnya, lamunannya harus terganggu dengan suara kaki milik Rein. Gadis itu tengah berjinjit-jinjit ingin kabur darinya.

Darwin duduk kembali dan mengawasi gerak-gerik Rein. Dia tidak menyadari bahwa Darwin ada di atas sedang memperhatikannya.

"Gadis bodoh!" gumamnya. Dia masih membiarkan gadis itu melakukan apa yang ingin dia lakukan.

"Ah syukurlah, dia sedang pergi! Aku akhirnya bisa pergi. Dia lebih berbahaya dari orang-orang yang memusuhiku!" gumam Rein. Dia berlari ke arah luar hutan. Tanpa dia sadari Darwin mengikutinya dari atas.

Sambil menguap Darwin bisa dengan mudah menemukan Rein. Dimana pun gadis itu berada.

"Hei!" Darwin tiba-tiba sudah berada di depan Rein. Gadis itu jatuh terperanjat karena Darwin yang tiba-tiba muncul.

"Ka-kamu! Kenapa bisa disini?" tanyanya.

"Tentu saja menjadi pengawal mu harus selalu mengikuti mu, bukan kah begitu?" jawabnya tenang dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya.

"Ah itu, tidak perlu. Kamu sudah bebas. Aku tidka memerlukan pengawal lagi!" Rein mencoba mengelak nya.

"Tapi aku tidak bisa. Secara tidak langsung aku dan kamu sudah terikat!"

"Apa? Terikat?" Rein tidak mengerti maksud ucapan Darwin.

"Ya intinya, aku membutuhkan darahmu. Dan kamu membutuhkan pertolongan dariku."

"Tidak, aku tidak lagi membutuhkanmu. Jangan ikuti aku!" Rein berlari dengan cepat meninggalkan Darwin yang masih berdiri di tempatnya tadi.

Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sejauh dan secepat apapun gadis itu berlari. Darwin bisa dengan mudah menemukannya kembali.

Episodes
1 Rein dan Darwin
2 Kesepakatan
3 Memulai Perjalanan
4 Kamu Vampir
5 Mengendalikan Kekuatan
6 Target Pertama
7 Rasa Jatuh Cinta Seperti Apa?
8 Musuh Datang
9 Pedang Mulai Berayun
10 Terima Kasih
11 Penyakit Aneh
12 Siksaan Sempurna
13 Satu Persatu Lenyap
14 Dalang Dari Semua
15 Alee
16 Dua Gadis
17 Batu Permata Biru
18 Istana Ku
19 Gagal
20 Ratu Istana
21 Pergi
22 Menghapus Memori
23 Dendam Lama
24 Ciuman Penyembuh
25 Setengah Kekuatan
26 Seribu Bunga
27 Pangeran Kun
28 Tidak Mau Menikah
29 Penolakan
30 Jangan Menggoda ku
31 Tidak Mencintai?
32 Cemburu?
33 Alee Diculik
34 Kematian Alee
35 Sakit Hati
36 Bertemu Zeun
37 Kotak Rahasia
38 Hal Tertunda
39 Menuju Pertandingan
40 Pemenang
41 Dua Jiwa Dalam Satu Tubuh
42 Perebutan Tubuh
43 Rumi Telah Kembali
44 Cemburu?
45 Menyatakan Cinta
46 Ramalan
47 Tak Lagi Sama
48 Pengendali Pikiran
49 Takut Kehilangan
50 Pengorbanan
51 Jaman Modern
52 Darwin?
53 Di Hukum
54 Kenapa Sama?
55 Satu Kelompok
56 Camping
57 Tersesat
58 Menggigil Bersama
59 Jalan Kembali
60 Bakat Tersembunyi
61 Memecahkan Balon
62 Bersandar
63 Mulai Mengagumi
64 Datang Ke Rumah
65 Berani
66 Saling Menghindar
67 Dijodohkan
68 Paman Terbaik
69 Lawan
70 Kak Faro
71 Ternyata Tetanggaan
72 Les Pribadi
73 Wanita Lain
74 Kamu Milikku
75 Mencoba Bunuh Diri
76 Sakit Parah
77 Pergi Selamanya
78 Kuat Naren
79 Kencan
80 Tetap Bersama
81 Berulah
82 Kena Marah
83 Haruskah Berakhir?
84 Di Paksa Menikah
85 Mendapat Restu
86 Bekerja
87 Memasak
88 Ketiduran
89 Terjebak Satu Ruang
90 Melanggar
91 Ketahuan
92 Suami Istri
93 Larangan
94 Ulah Rumi
95 Jangan Mengganggu
96 Nala
97 Di Pecat
98 Romantis
99 Tifo Pergi
100 Leira
101 Selalu bersama
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Rein dan Darwin
2
Kesepakatan
3
Memulai Perjalanan
4
Kamu Vampir
5
Mengendalikan Kekuatan
6
Target Pertama
7
Rasa Jatuh Cinta Seperti Apa?
8
Musuh Datang
9
Pedang Mulai Berayun
10
Terima Kasih
11
Penyakit Aneh
12
Siksaan Sempurna
13
Satu Persatu Lenyap
14
Dalang Dari Semua
15
Alee
16
Dua Gadis
17
Batu Permata Biru
18
Istana Ku
19
Gagal
20
Ratu Istana
21
Pergi
22
Menghapus Memori
23
Dendam Lama
24
Ciuman Penyembuh
25
Setengah Kekuatan
26
Seribu Bunga
27
Pangeran Kun
28
Tidak Mau Menikah
29
Penolakan
30
Jangan Menggoda ku
31
Tidak Mencintai?
32
Cemburu?
33
Alee Diculik
34
Kematian Alee
35
Sakit Hati
36
Bertemu Zeun
37
Kotak Rahasia
38
Hal Tertunda
39
Menuju Pertandingan
40
Pemenang
41
Dua Jiwa Dalam Satu Tubuh
42
Perebutan Tubuh
43
Rumi Telah Kembali
44
Cemburu?
45
Menyatakan Cinta
46
Ramalan
47
Tak Lagi Sama
48
Pengendali Pikiran
49
Takut Kehilangan
50
Pengorbanan
51
Jaman Modern
52
Darwin?
53
Di Hukum
54
Kenapa Sama?
55
Satu Kelompok
56
Camping
57
Tersesat
58
Menggigil Bersama
59
Jalan Kembali
60
Bakat Tersembunyi
61
Memecahkan Balon
62
Bersandar
63
Mulai Mengagumi
64
Datang Ke Rumah
65
Berani
66
Saling Menghindar
67
Dijodohkan
68
Paman Terbaik
69
Lawan
70
Kak Faro
71
Ternyata Tetanggaan
72
Les Pribadi
73
Wanita Lain
74
Kamu Milikku
75
Mencoba Bunuh Diri
76
Sakit Parah
77
Pergi Selamanya
78
Kuat Naren
79
Kencan
80
Tetap Bersama
81
Berulah
82
Kena Marah
83
Haruskah Berakhir?
84
Di Paksa Menikah
85
Mendapat Restu
86
Bekerja
87
Memasak
88
Ketiduran
89
Terjebak Satu Ruang
90
Melanggar
91
Ketahuan
92
Suami Istri
93
Larangan
94
Ulah Rumi
95
Jangan Mengganggu
96
Nala
97
Di Pecat
98
Romantis
99
Tifo Pergi
100
Leira
101
Selalu bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!