Oh Tidak! Pengawal Ku Vampir
Deru nafasnya tak lagi terkendali. Sedangkan darah bercucuran di kaki kanannya. Penglihatannya perlahan mulai meredup.
Di malam yang mencekam, Rein berlari sambil tertatih masuk ke dalam sebuah hutan terlarang.
Gadis berusia dua puluh tahun itu terpaksa melanggar larangan di kotanya. Tak lagi ada pilihan lain,selain masuk ke dalam hutan itu.
"Ah sial! Salah apa sebenarnya diriku di kehidupan sebelumnya!" gerutu Rein dalam pelariannya.
Dia melihat di sekelilingnya, banyak pohon rindang yang semakin dalam masuk ke hutan itu. Semakin besar dan padat pohon di sekitarnya.
"Jika aku bisa keluar dari sini dan hidup, akan aku bunuh mereka!" kesalnya.
Langkah Rein semakin lambat, rasa sakit di kaki membuat dirinya tak memiliki tenaga lagi.
Malam sudah hampir tiba, Rein harus mencari tempat berteduh sebelum hujan membasahi dirinya nanti.
Tepat di tengah hutan belantara itu, ada sebuah rumah terbengkalai. Rein bisa melihatnya dengan jelas meski penglihatannya mulai berkurang.
"Ada rumah di tengah hutan seperti ini?" gumam Rein tidak percaya, jangan-jangan yang dia lihat hanyalah sebuah ilusi.
"Sudahlah lebih baik aku ke sana terlebih dahulu. Orang-orang itu tidak mungkin berani masuk ke hutan ini! Setidaknya aku akan selamat malam ini," gumamnya lagi.
Rein berjalan ke arah rumah tua itu. Ketika sampai di depan rumah, Rein membuka pintunya. Hanya debu dan peralatan usang yang ada. Serta sebuah peti panjang,entah berisi apa.
"Sepertinya ini rumah kosong, semoga saja mereka tidak menemukanku disini!"
Setelah mengucapkannya, Rein terkapar dilantai. Luka di kaki kanannya membuat dia kehabisan tenaga dan darah.
Ingatan tentang dirinya di kehidupan sebelumnya terlintas dalam pikiran Rein. Dia bukan berasal dari dunia ini. Rein seorang gadis dewasa di era modern. Karena sebuah kecelakaan dalam perjalanan kerja. Rein harus berpindah ke dimensi ini.
Sayangnya baru saja masuk ke dalam tubuh Rein berusia dua puluh tahun itu. Dia harus mengalami mimpi buruknya.
Gadis bernama Rein adalah pewaris utama sebuah kerajaan. Namun dia harus berusia dua puluh satu tahun baru bisa di nobatkan sebagai pewaris utama.
Sayangnya banyak anggota keluarga dari pihak ayahnya yang menginginkan nyawa gadis itu.
Perebutan kekuasaan jadi alasan utama. Sedangkan sang ayah dan ibunda telah meninggal. Rein harus berusaha keras untuk tetap hidup sebagai pewaris yang sah.
Jika saja dia bisa lebih kuat, Rein pasti bisa membunuh mereka yang mengincar nyawanya.
"Apa aku akan mati lagi di kehidupan ini, sungguh miris. Baru saja hidup kembali namun harus mengalami hal seperti ini!" ucapnya di tengah-tengah kesadaran yang mulai menipis.
Kedua mata Rein mulai terpejam, gadis itu akhirnya tak sadarkan diri. Dari kaki kanannya mengalir darah akibat luka panah yang dia terima.
Darah itu mengalir ke arah peti mati di samping Rein. Mengenai salah satu sisi peti itu.
Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan keluar dari peti mati itu. Rein tak bisa mengetahuinya karena dia sudah tak sadarkan diri.Darah itu seolah sedang dihisap oleh sesuatu.
Peti mati terbuka dengan sendirinya. Seseorang keluar dari peti itu. Dia adalah Darwin, penguasa hutan terlarang itu. Dia telah lama tertidur.
"Darah, darah segar!" ucapnya. Sambil keluar dari dalam peti. Dia melihat Rein yang memiliki darah itu. Kedua taringnya secara refleks muncul kembali.
Darwin menjilat ceceran darah yang berada di kaki Rein. Bahkan dia merasa sangat haus hingga harus mengisap luka itu.
"Darahnya sangat lezat!" ucap Darwin ketika selesai mengisap darah milik Rein.
"Sayang sekali aku tidak bisa menggigitnya saat ini, dia tengah sekarat!" Darwin menyembunyikan taringnya kembali. Dia tidak suka menggigit wanita yang tengah lemah.
Dia hanya bisa menghisap darah dari luka Rein saja.Namun sebuah keajaiban, ketika dia selesai menghisapnya. Luka di kaki Rein perlahan menutup dan sembuh. Seolah tak pernah ada luka di sana.
Darwin memperhatikan Rein, menyentuh pipi kiri gadis itu. Dengan kuku-kuku panjang milik Darwin.
"Siapa gadis ini? Darahnya bisa membuka segel peti dan menghidupkan ku kembali?" Darwin bertanya-tanya tentang Rein.
"Siapapun dia aku tidak peduli, asal bisa hidup kembali!"
"Aku hidup kembali!" teriaknya senang.
Kilat di luar saling bersahutan di tambah hujan lebat di luar sana. Alam tengah memberi tanda bagi orang-orang di sana. Bahwa sang penguasa telah hidup kembali.
Tiba-tiba Darwin merasa kesakitan di dadanya. Dia memegang dada kirinya.
"Ah, apa ini? Perasaan yang sangat menyakitkan!" Darwin tak bisa menahannya, dia terduduk di lantai.
Darwin melihat wajah Rein yang juga tengah menahan sakit.
"Jangan-jangan aku terikat dengannya?" gumam Darwin.
Dengan ujung jari telunjuknya, Darwin mencoba mengetahui siapa gadis itu. Ingatan sebelum Rein pingsan bisa Darwin lihat namun masa lalu gadis itu tak bisa dia lihat.
"Ah!" Darwin merasa ujung jarinya panas ketika mencoba menguak masa lalu Rein.
"Rupanya kamu bukan gadis biasa? Siapa sebenarnya kamu? Kenapa mereka harus membunuhmu!" tanyanya.
Darwin masih saja merasakan sakit di dada kirinya. Perlahan Rein mengerang, perasaan seperti mati kini tengah dia rasakan.
Darwin mengerutkan dahinya, tidak tahu mengapa gadis di depannya ini begitu kesakitan. Padahal luka di kakinya sudah pulih.
"Hei bangunlah!" ucap Darwin sambil mengguncang tubuh Rein.
Rein membuka mata perlahan, bayangan wajah yang masih buram tampak di depannya.Ketika sudah sangat jelas, Rein mendelik terkejut.
"Kamu siapa!" teriaknya panik, Rein segera bangun dan menyilang kan kedua tangannya di dada.
Memandang dengan tatapan aneh pada Darwin.
"Seorang pria tampan di dalam hutan, pakaiannya begitu rapi. Wajahnya sedikit memucat, apakah dia hantu?" batin Rein takut pada Darwin.
"Kamu yang siapa? Kenapa bisa sampai kemari?" tanya balik Darwin.
"Apa dia sedang mengatai ku? Kenapa aku tidak bisa menembus apa yang sedang kepalanya pikirkan?" batin Darwin, merasa ada yang aneh.
Kekuatannya seharusnya bisa dengan mudah membaca isi pikiran atau hati gadis di depannya itu.Namun kenapa dia tidak bisa mendengar apapun saat ini.
"Aku, tadi terluka jadi berteduh di sini!" Rein memeriksa kakinya, tak ada lagi bekas luka di sana. Bekas darah pun menghilang.
"Loh kok hilang? Apa aku sedang bermimpi tadi?" gumam Rein tak percaya.
"Apa yang kamu katakan?" Darwin pura-pura bersikap bodoh di hadapan Rein.
Kali ini Darwin sudah menyembunyikan kuku dan taring panjangnya. Dia juga menekan kekuatan vampir yang dia miliki. Jadi dia terlihat seperti manusia biasa. Hanya saja kulitnya sedikit memucat.
Darwin tak ingin membuat penolongnya ketakutan.Karena gadis itulah dia bisa bangun dari peti mati yang sudah seratus tahun mengurungnya.
Kemungkinan besar, Rein ada hubungan darah dengan Darwin di kehidupan lalu.Maka pria itu harus baik-baik menjaganya.
"Tunggu apa aku sudah mati?" Rein mencoba mencubit kedua pipinya.
"Ah sakit!"
"Berarti aku masih hidup?" soraknya gembira.
Darwin memukul kepala Rein dengan keras. Membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Hei apa yang kamu lakukan?" teriak Rein.
"Hanya orang bodoh yang bilang dirinya hidup atau mati!" ucap Darwin ketus.
"Siapa kamu bisa bilang begitu, lagi pula ini bukan urusanmu!" gerutu Rein lagi.
"Aku Darwin, pemilik rumah ini. Siapa namamu? Kenapa bisa sampai ke sini?" tanya Darwin.
"Oh jadi kamu pemilik rumah ini. Kenapa rumah kamu jelek sekali?" ejek Rein. Darwin menahan amarahnya karena gadis di depannya ini bahkan tak takut sama sekali dengan dirinya.
"Terserah apa yang kamu katakan, jika sudah berhenti hujannya silahkan pergi!" Darwin ingin membiarkan Rein pergi.
"Hei jangan marah, aku Rein. Tapi memang rumah ini seperti tak berpenghuni!" ucap Rein mengamati sekelilingnya yang penuh dengan debu.
"Ah iya, aku jarang ke rumah ini." Darwin mencoba mengelak.
"Pantas saja!"
Rein hendak berdiri, ruang itu terlalu gelap saat ini. Karena hari semakin malam, Rein tak bisa melihat dengan jelas.
"Apakah tidak ada lampu atau api? Kenapa gelap sekali!" tanya Rein.
"Ya memang tak ada, sebaiknya kamu tidur saja, tunggu besok tidak lagi gelap."
"Tidur? Apa kamu bisa di percaya?"
"Kenapa tidak? Apa kamu pikir aku akan tertarik denganmu?" Darwin mengamati tubuh kecil Rein. Bahkan seorang pria normal pun tak ingin menyentuhnya.
"Hei kemana tatapan matamu itu?!" protes Rein, meski hanya tak begitu jelas, tapi Rein bisa melihat Darwin tengah menatapnya dengan tatapan aneh.
"Semuanya rata!" ucap Darwin ketus.
"Apa kamu bilang! Rata?" Rein ingin sekali membunuh pria di hadapannya itu karena mengatakan dirinya yang rata. Itu terlalu kejam untuk menyebut wanita.
"Memang benar kan?" Darwin tetap tak mau meminta maaf.
"Huh!" Rein hanya bisa mendengus kesal. Andai saja tidak gelap dan hujan. Rein akan pergi segera dari rumah ini.
Sayangnya di luar sangat dingin dan gelap. Dia juga harus menghindar dari pria-pria yang mengejarnya tadi.
Hanya diam diantara keduanya, Rein merasa sangat lelah dan mengantuk. Sebelum tertidur dia mengeluarkan belati kecil yang sering dia bawa. Untuk berjaga-jaga jika ada yang ingin mencelakainya.
Di lantai yang dingin Rein mencoba memejamkan matanya. Dia sengaja membuat jarak dengan Darwin. Agar pria itu tidak macam-macam dengan dirinya.
"Jangan sampai mendekat ke arahku," peringat Rein pada Darwin.
"Tenang saja, aku tidak sedikit pun tergoda dengan mu," balas Darwin.
Rein tak perduli,yang terpenting dia tidur. Agar besok memiliki tenaga untuk keluar dari hutan itu.
Kembali ke keluarganya dan membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya.
Ingatan tentang kehidupan pemilik tubuh yang asli melintas di pikiran gadis itu. Rein yang asli melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kedua orang tuanya di bunuh oleh salah satu orang yang berada di kerajaan milik ayahnya.
"Tenang saja Rein, aku akan membalaskan dendam mu pada mereka yang merebut apa yang menjadi milikmu," batin Rein. Perlahan kedua matanya mulai terpejam. Sedangkan Darwin hanya bisa memperhatikan Rein dari tempatnya duduk. Dia tidak ingin tidur malam ini. Hanya ingin keluar dari rumah yang sudah lama mengurungnya itu.
"Saatnya mencari mangsa!" taring milik Darwin kembali keluar. Di tambah matanya yang berubah warna menjadi merah. Dia pergi tanpa mengeluarkan sedikitpun suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments