Memulai Perjalanan

Nafasnya terengah-engah, di tengah rimbunnya semak-semak. Rein masih mencoba berlari. Meski kedua kakinya seperti hampir patah.

Tak jauh darinya, Darwin berada di atas pohon. Dengan jubah hitam menutupi tubuh pria itu. Dia mengamati Rein dan sekitar hutan itu.

"Sepertinya dia sudah kelelahan, tunggu siapa itu?" Darwin melihat beberapa orang berpakaian hitam sama seperti sebelumnya.

"Dasar gadis pembawa masalah!" gerutunya sambil terbang ke arah Rein. Lalu turun tepat di depan gadis itu.

"Kamu!" Rein masih saja terkejut sama seperti biasanya.

"Jangan mengikuti ku lagi! Pergi sana!" ucap Rein kesal.

"Awas!" Darwin memeluk tubuh Rein lalu menjatuhkan tubuh mereka ke tanah. Telat satu detik saja, Rein sudah tak bernafas.

Gadis itu membeku di tempatnya, posisi mereka sangat menguntungkan bagi Darwin. Rein berada di bawah kungkungan tubuh kekar Darwin.

"Awas kamu!" Rein mendorong tubuh Darwin.

"Lihat itu! Sedetik saja terlambat kamu sudah tidak bernafas lagi!" Darwin menunjukkan sebuah anak panah yang menancap di pohon.

"Sial! Mereka masih saja belum menyerah!" umpat Rein pada musuh-musuhnya.

"Mereka tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan," jelas Darwin.

"Kamu benar!" Rein membersihkan pakaiannya dari tanah yang menempel.

"Jadi lebih aman jika aku bisa bersamamu,benar bukan?" tanyanya.

"Tapi jika bersamamu aku bisa mati kehabisan darah!" tolak Rein.

"Kamu tidak akan mati, setelah aku mengisap darahmu. Kamu akan kembali seperti semula," jelas Darwin.Rein tampak berpikir keras.

"Sekalipun aku menolak pria ini. Toh dia akan tetap mengikuti ku. Lebih baik menerima saja keinginannya. Setidaknya bisa menjaga ku sementara ini," batin Rein.

"Baiklah,tapi aku juga punya syarat khusus untukmu," ucap Rein.

"Apa itu?"

"Kamu hanya boleh mengisap darahku sehari satu kali saja, jika lebih aku akan memukulmu!" ucapnya.

"Baiklah," jawab Darwin santai.

"Kalau begitu ikut aku kembali ke istana!" ajak Rein.

"Aku rasa lebih baik jangan kembali dulu." Darwin melarang gadis itu untuk kembali.

"Kenapa?"

"Dengan kekuatanmu saat ini. Kamu hanyalah semut yang dengan mudah mereka injak. Lebih baik belajar bela diri dan sihir dulu dengan baik. Agar bisa melawan mereka, bukankah masih ada satu tahun lagi untuk kamu menjadi penguasa istanamu?" tanya Darwin.

"Benar juga yang di katakan Darwin. Jika aku kembali sekarang, hanya akan mengantarkan nyawa saja. Aku harus menjadi lebih kuat.Agar bisa melawan mereka." Batin Rein bergejolak.

"Baiklah, aku setuju. Tapi bagaimana aku bisa menjadi kuat. Sedangkan diriku sama sekali tidak memiliki kemampuan," semangatnya kembali meredup.

"Ais, sudahlah ayo kita pergi dulu, pakai ini!" Darwin melempar satu jubah hitam yang lebih kecil pada Rein.

"Kenapa harus memakai ini?" tanya Rein bingung.

"Jubah itu bisa melindungi mu dari serangan kecil. Panah dan belati biasa tak bisa menembusnya. Di tambah lagi, wajahmu yang familiar bisa membuat para musuh mu dengan mudah menemukanmu," jelasnya lagi.

"Baiklah," Rein segera memakai jubah itu. Lalu menutup wajahnya dengan topeng yang di berikan juga oleh Darwin. Pria itu juga memakainya.

Darwin tiba-tiba merangkul pinggang Rein. Gadis itu sekali lagi terkejut. Dia segera menepis tangan Darwin.

"Hei apa yang kau lakukan? Jangan tidak sopan!" ucapnya dengan nada tinggi.

"Gadis bodoh! Tubuhmu itu sama sekali tidak menggoda untuk seorang pria normal seperti ku! Lagi pula aku hanya ingin membawamu melompat saja. Sampai besok pun kamu akan sulit keluar dari hutan ini," jelas Darwin.

"Kita jalan saja!" ajak Rein.

"Kamu yakin, disini banyak ular loh?" tanya Darwin.

Rein langsung waspada, memperhatikan sekitarnya. Benar yang Darwin katakan tak jauh dari mereka sudah nampak tiga ular berbisa.

"Matilah aku!" rengek Rein.

"Sudahlah ayo ikut aku!" Darwin dengan paksa menarik pinggang Rein untuk memeluknya. Membawa gadis itu melompat ke dahan- dahan pohon. Dengan begitu mereka bisa lebih cepat keluar dari hutan.

"Aaah, astaga! Pelan-pelan!" teriak Rein ketakutan, ini adalah pengalaman pertama baginya.

Darwin malah menambah kecepatannya. Seketika Rein lemas dalam pelukan pria itu. Setelah sampai di pinggir hutan. Darmin dan Rein berhenti di sana. Rein merasa sangat mual. Dia berlari ke arah semak-semak dan memuntahkan isi perutnya.

"Hoek! Ini sangat menyiksaku!" gerutunya.

Darwin tertawa puas,melihat Rein yang memerah di wajahnya. Gadis itu belum terbiasa saja dengan hidup Darwin. Jika mereka sering bersama, Rein pasti akan terbiasa.

"Kamu mau membunuhku ya!" kesal Rein sambil mengusap ujung bibirnya.

Dia melihat ke sekeliling mereka. Benar saja keduanya dengan cepat sudah keluar dari hutan terlarang itu. Menuju ke sebuah pedesaan yang tak banyak penghuninya.

"Kami yakin kita akan masuk ke desa ini?" tanya Rein pada Darwin.

"Tentu saja, memangnya kenapa?" Darwin ingin mencari sesuatu di desa itu.

"Setahuku,inilah desa paling tua di sini. Sayangnya banyak manusia yang mati secara misterius di dalamnya."

"Apa kamu takut?"tanya Darwin mengejek Rein.

"Hei, siapa yang takut, aku berani kok!" jawab Rein tenang. Dia tak mau terlihat lemah di hadapan pria seperti Darwin.

"Baguslah!" Darwin mempercepat langkahnya. Rein segera mengikuti pria itu. Sambil memperhatikan tempat sekitar mereka.

Desa itu terlalu sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan. Setahu Rein setahun yang lalu masih ada beberapa orang di dalam desa. Meski hanya kabar burung saja, Rein yakin ada yang tidak beres di desa ini.

Darwin ingin mencari sesuatu di desa itu. Sebuah senjata yang sudah lama dia tinggalkan di sana.

"Darwin tunggu aku!" ucap Rein yang tertinggal di belakang Darwin.

"Cepatlah bodoh!" ucap Darwin.

Langit mulai gelap kembali, sedangkan keduanya tak ada penerangan. Semakin dalam masuk ke desa itu. Semakin gelap dan sunyi.

"Kenapa gelap sekali?" gerutu Rein. Dia tidak memperhatikan depannya.

"Aduh!" Rein tidak sengaja menabrak punggung Darwin yang tiba-tiba berhenti.

"Kenapa tiba-tiba berhenti?" tanya Rein.

"Sssstt diam, ada orang di sana!" Darwin membungkam mulut Rein dengan telapak tangannya. Rein hanya menganggukkan kepalanya ketika menjawab.

"Kenapa tangan Darwin dingin sekali!" batin Rein.

Setelah orang itu pergi, Darwin melepaskan tangannya.

"Ayo jalan lagi!" ajaknya.

"Siapa pria tadi?" tanya Rein.

"Entahlah, dia sepertinya bukan manusia. Hanya sosok yang tak bernyawa saja. Asal kita tidak terdengar olehnya. Kita bisa aman," jelas Darwin.

"Mak-maksud ka-kamu hantu?" tanya Rein ketakutan.

"Sejenisnya!" Darwin tidak bisa memastikan sosok apa tadi. Namun dia sudah lama tidak mengenal dunia ini. Terlebih banyak sekali perbedaan antara sekarang dengan seratus tahun yang lalu.

Darwin teringat dengan desa yang saat ini dia lalui. Dahulu desa itu sangat ramai, banyak penduduk dan kaumnya saling hidup rukun.

Hingga suatu hari peperangan itu terjadi. Darwin tidak tahu siapa yang memulainya, namun bukan dari kaumnya atau kaum manusia.

Ada kaum lain yang mencoba mengadu domba mereka. Hingga akhirnya Darwin harus di segel di dalam peti itu selama seratus tahun.

"Sudah sampai!" ucap Darwin. Kini mereka berada di tengah-tengah desa. Rein tidak mengerti kenapa harus berhenti di sana.

Darwin jongkok di tempatnya berdiri tadi. Tangan kanannya menapak ke tanah. Rein mundur perlahan, karena melihat Darwin yang tiba-tiba mengeluarkan sebuah cahaya dari tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rein panik.

Tiba-tiba tanah bergetar, dari tanah yang di sentuh oleh Darwin mulai terbelah. Perlahan muncul sebuah tangga. Sebuah ruang rahasia.

"Ruang rahasia!" Rein takjub dengan apa yang dia lihat.

"Ayo masuk!" ajak Darwin. Rein menggelengkan kepalanya.

"Tidak,aku takut!" jawab Rein.

Darwin mengerutkan keningnya, melihat gadis itu yang berdiri lumayan jauh darinya.

"Seperti kamu kah calon pemimpin masa depan? Sungguh sial rakyatmu!" ejek Darwin.

Mendengar hal itu Rein seketika memberanikan diri. Dia melangkah cepat menuju ke anak tangga itu. Ruangan itu sangat gelap, Rein tak bisa melihat apapun. Namun tidak bagi Darwin,dia dengan mudah bisa melihat di kegelapan.

"Hei aku tak bisa melihat jalannya!" ucap Rein. Darwin lalu menggandeng gadis itu.

"Ikuti aku, jangan sampai lepas."

Mereka masuk ke dalam ruang rahasia itu. Darwin bisa tahu ruang itu karena dialah yang menyuruh bawahannya dahulu untuk membuatnya.

Klak!

Tiba-tiba lilin di samping mereka menyala. Sebenarnya Darwin yang menyalakannya dengan sihir yang dia pelajari.

"Eh ada penerangan!" ucap Rein, dia masih memegang tangan Darwin.

"Ehem, sampai kapan menempel padaku?" tanyanya.

"Hehe maaf!" Rein segera melepaskan tangannya dari Darwin. Mereka lalu menyusuri lorong yang ada. Untuk masuk ke dalam ruang rahasia itu.

Ketika sampai di sebuah pintu besar. Keduanya berhenti.

"Tempat apa ini sebenarnya?" tanya Rein.

"Kita buka saja pintu ini. Kamu akan tahu semuanya."

Darwin mencari tombol rahasia di dinding. Ketika menekannya, pintu besar itu otomatis terbuka.

"Waah!" Rein takjub dengan isi didalam ruang itu. Sangat bersih meski sudah lama tak ada yang penghuninya. Rein berjalan ke sana kemari. Melihat satu persatu peralatan di dalam ruang itu.

Banyak senjata yang tertata rapi di sana. Darwin juga mencari sesuatu di ruang itu.

"Dimana aku meletakkannya ya?" gumam Darwin lupa. Dia lalu mengaktifkan mata tembus pandangnya untuk mencari benda itu.

"Sial! Kenapa tidak ada!" gumamnya lagi.

"Kamu sedang mencari apa?" tanya Rein. Darwin berbalik badan melihat Rein.

"Hah mata kami kenapa?" tanya Rein ketakutan karena mata Darwin berubah menjadi merah.

Darwin lupa bahwa Rein belum mengetahui identitasnya. Tapi anehnya, Darwin tak bisa menembus pandang apapun pada tubuh Rein.

"Jangan takut, ini hanyalah salah satu kekuatan yang ku miliki. Aku tengah mencari sebuah benda. Namun ku rasa tidak ada di sini," jelasnya.

"Be-benar kah?" tanya Rein takut.

"Benar, oh iya pilihlah satu senjata yang kamu sukai. Malam ini kita tinggal di sini sementara. Besok kita lanjutkan perjalanannya," ucap Darwin. Rein hanya bisa menganggukkan kepalanya menuruti Darwin. Kewaspadaan gadis itu mulai bertambah setelah mengetahui keanehan Darwin.

"Jangan bilang aku masuk ke kandang harimau?" batinnya menangis.

Episodes
1 Rein dan Darwin
2 Kesepakatan
3 Memulai Perjalanan
4 Kamu Vampir
5 Mengendalikan Kekuatan
6 Target Pertama
7 Rasa Jatuh Cinta Seperti Apa?
8 Musuh Datang
9 Pedang Mulai Berayun
10 Terima Kasih
11 Penyakit Aneh
12 Siksaan Sempurna
13 Satu Persatu Lenyap
14 Dalang Dari Semua
15 Alee
16 Dua Gadis
17 Batu Permata Biru
18 Istana Ku
19 Gagal
20 Ratu Istana
21 Pergi
22 Menghapus Memori
23 Dendam Lama
24 Ciuman Penyembuh
25 Setengah Kekuatan
26 Seribu Bunga
27 Pangeran Kun
28 Tidak Mau Menikah
29 Penolakan
30 Jangan Menggoda ku
31 Tidak Mencintai?
32 Cemburu?
33 Alee Diculik
34 Kematian Alee
35 Sakit Hati
36 Bertemu Zeun
37 Kotak Rahasia
38 Hal Tertunda
39 Menuju Pertandingan
40 Pemenang
41 Dua Jiwa Dalam Satu Tubuh
42 Perebutan Tubuh
43 Rumi Telah Kembali
44 Cemburu?
45 Menyatakan Cinta
46 Ramalan
47 Tak Lagi Sama
48 Pengendali Pikiran
49 Takut Kehilangan
50 Pengorbanan
51 Jaman Modern
52 Darwin?
53 Di Hukum
54 Kenapa Sama?
55 Satu Kelompok
56 Camping
57 Tersesat
58 Menggigil Bersama
59 Jalan Kembali
60 Bakat Tersembunyi
61 Memecahkan Balon
62 Bersandar
63 Mulai Mengagumi
64 Datang Ke Rumah
65 Berani
66 Saling Menghindar
67 Dijodohkan
68 Paman Terbaik
69 Lawan
70 Kak Faro
71 Ternyata Tetanggaan
72 Les Pribadi
73 Wanita Lain
74 Kamu Milikku
75 Mencoba Bunuh Diri
76 Sakit Parah
77 Pergi Selamanya
78 Kuat Naren
79 Kencan
80 Tetap Bersama
81 Berulah
82 Kena Marah
83 Haruskah Berakhir?
84 Di Paksa Menikah
85 Mendapat Restu
86 Bekerja
87 Memasak
88 Ketiduran
89 Terjebak Satu Ruang
90 Melanggar
91 Ketahuan
92 Suami Istri
93 Larangan
94 Ulah Rumi
95 Jangan Mengganggu
96 Nala
97 Di Pecat
98 Romantis
99 Tifo Pergi
100 Leira
101 Selalu bersama
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Rein dan Darwin
2
Kesepakatan
3
Memulai Perjalanan
4
Kamu Vampir
5
Mengendalikan Kekuatan
6
Target Pertama
7
Rasa Jatuh Cinta Seperti Apa?
8
Musuh Datang
9
Pedang Mulai Berayun
10
Terima Kasih
11
Penyakit Aneh
12
Siksaan Sempurna
13
Satu Persatu Lenyap
14
Dalang Dari Semua
15
Alee
16
Dua Gadis
17
Batu Permata Biru
18
Istana Ku
19
Gagal
20
Ratu Istana
21
Pergi
22
Menghapus Memori
23
Dendam Lama
24
Ciuman Penyembuh
25
Setengah Kekuatan
26
Seribu Bunga
27
Pangeran Kun
28
Tidak Mau Menikah
29
Penolakan
30
Jangan Menggoda ku
31
Tidak Mencintai?
32
Cemburu?
33
Alee Diculik
34
Kematian Alee
35
Sakit Hati
36
Bertemu Zeun
37
Kotak Rahasia
38
Hal Tertunda
39
Menuju Pertandingan
40
Pemenang
41
Dua Jiwa Dalam Satu Tubuh
42
Perebutan Tubuh
43
Rumi Telah Kembali
44
Cemburu?
45
Menyatakan Cinta
46
Ramalan
47
Tak Lagi Sama
48
Pengendali Pikiran
49
Takut Kehilangan
50
Pengorbanan
51
Jaman Modern
52
Darwin?
53
Di Hukum
54
Kenapa Sama?
55
Satu Kelompok
56
Camping
57
Tersesat
58
Menggigil Bersama
59
Jalan Kembali
60
Bakat Tersembunyi
61
Memecahkan Balon
62
Bersandar
63
Mulai Mengagumi
64
Datang Ke Rumah
65
Berani
66
Saling Menghindar
67
Dijodohkan
68
Paman Terbaik
69
Lawan
70
Kak Faro
71
Ternyata Tetanggaan
72
Les Pribadi
73
Wanita Lain
74
Kamu Milikku
75
Mencoba Bunuh Diri
76
Sakit Parah
77
Pergi Selamanya
78
Kuat Naren
79
Kencan
80
Tetap Bersama
81
Berulah
82
Kena Marah
83
Haruskah Berakhir?
84
Di Paksa Menikah
85
Mendapat Restu
86
Bekerja
87
Memasak
88
Ketiduran
89
Terjebak Satu Ruang
90
Melanggar
91
Ketahuan
92
Suami Istri
93
Larangan
94
Ulah Rumi
95
Jangan Mengganggu
96
Nala
97
Di Pecat
98
Romantis
99
Tifo Pergi
100
Leira
101
Selalu bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!