Seminggu kemudian.
Pagi ini Feriska mendapat kabar bahwa berkas yang dimasukkan ke pengadilan sudah diterima. Kemungkinan besok surat panggilan untuk sidang akan dikirim ke alamat rumahnya.
Hari ini rencananya Feriska ingin mengajak keluar suaminya, lebih tepatnya memancing suaminya mau atau tidak.
"Mas, nanti kamu sibuk nggak?" tanya Feriska yang duduk di samping Erlangga.
"Kayaknya enggak, Yang. Kenapa?" Erlangga balik bertanya sambil memeluk bahu Feriska.
"Kita jalan-jalan, yuk! Aku bosen, kamu sibuk terus sampai jarang ada waktu buat aku. Aku udah kayak istri simpanan aja," ucap Feriska bernada sindiran.
"Iya, nanti kita jalan-jalan."
"Beneran, Mas?" tanya Feriska antusias.
"Iya, Sayang," jawab Erlangga lalu mencium pipi kanan Feriska.
"Makasih, Mas. Aku pegang omongan kamu. Awas, kalau sampai bohong!" ucap Feriska disertai ancaman diakhir kalimatnya.
"Aku janji bakal tepati omonganku," ujar Erlangga.
Feriska pun tersenyum penuh makna, tapi tak disadari oleh Erlangga.
Sementara itu dilain tempat, diam-diam Abimanyu mencari tahu tentang Feriska. Sejak pertemuan pertama di rumah omanya tempo hari, Abimanyu merasakan ada hal berbeda dalam dirinya. Setiap memandang wajah Feriska, ada desiran halus dalam hatinya.
"Mas Abi, ditungguin oma di ruang makan!" teriak Eleana dari depan pintu kamar.
"Iya, sebentar lagi aku nyusul," sahut Abimanyu.
Setelah Eleana pergi, selang 5 menit Abimanyu menyusul ke ruang makan. Di sana sudah ada oma dan juga Eleana.
"Pagi, Oma," sapa Abimanyu sambil mencium pipi kanan omanya.
"Kamu ngapain aja di kamar? Biasanya paling dulu datang ke meja makan," ucap Oma Saras penuh selidik.
"E.. enggak ngapa-ngapain kok, Oma. Cuma lagi siap-siap sambil baca email yang masuk," sanggah Abimanyu.
"Bener, nih? Kamu lagi nggak nyembunyiin sesuatu dari oma, kan?" tanya Oma Saras.
"Iya, Oma. Abi nggak bohong, kok." Abimanyu berusaha meyakinkan Oma Saras agar percaya pada ucapannya.
Dia tak ingin terburu-buru bicara pada oma soal perasaannya ketika bertemu Feriska. Dia akan mencari tahu dulu tentang Feriska, takut terluka setelah mengetahui fakta jika Feriska milik orang. Serta tak ingin memberikan harapan semu pada oma.
Usai sarapan bersama, Abimanyu pamit berangkat ke kantor sekalian mengantar Eleana ke kampus.
"Abi berangkat dulu, Oma," pamit Abimanyu.
"Hati-hati di jalan! Jangan ngebut kalau mengemudi!"
"Baik, Oma."
"Bye, Oma!" Eleana mengecup pipi omanya lalu segera menyusul Abimanyu yang sudah di dalam mobil.
Di dalam mobil, hanya keheningan yang tercipta. Hingga pertanyaan dari Eleana memecah suasana hening tadi.
"Mas Abi, serius mau deketin mbak yang punya toko kue waktu itu?"
"Masih rencana, El. Mas juga harus cari tahu lebih dulu status dia yang sebenarnya. Jangan sampai disebut pebinor karena buru-buru deketin dia yang ternyata istri orang!"
"Siplah, daripada sakit hati diakhir. Menyesal pun tak berguna," ucap Eleana.
Abimanyu mengacak rambut Eleana, dia tak menyangka jika adik kecilnya sekarang sudah tumbuh dewasa.
"Mas Abi, rambutku jadi berantakan, nih!" protes Eleana, tapi hanya ditanggapi senyuman oleh Abimanyu.
......................
Tepat waktu istirahat siang, Feriska memberekan pekerjaannya. Kemudian dia segera menuju kantor Erlangga, dia ingin datang ke sana tanpa memberitahu karena ingin tahu apa yang dilakukan suaminya.
Sebelumnya dia sudah menghubungi sekertaris Erlangga, dia menanyakan perihal jadwal Erlangga hari ini serta berkata agar tak memberitahu Erlangga jika dia akan ke sana.
Kebetulan, sekertaris Erlangga sangat dekat dengan Feriska. Sehingga apapun yang berhubungan dengan bosnya, dia selalu melapor pada Feriska, kecuali tentang Veronica yang sering mendatangi Erlangga.
Sebab dia ingin menjaga perasaan Feriska, tapi tanpa dia memberitahu pun Feriska sudah mengetahui semuanya.
Sesampainya di kantor, Feriska disambut ramah oleh semua karyawan di kantor. Feriska lantas menuju ke ruangan Erlangga yang berada di lantai paling atas.
"Wah, kayaknya bakal ada drama, deh," celetuk salah satu resepsionis.
"Drama apaan?" tanya Ita, karyawan yang kebetulan melintas di depan resepsionis.
"Itu loh, bu bos datang ke sini kebetulan si ulat bulu juga di sini. Bisa kebayang apa yang bakal terjadi kalau sampai mereka ketemu," jelas resepsionis tadi.
"Lagian, pak Erlangga aneh. Sudah punya istri cantik, baik, mandiri masih aja cari selingan."
"Sudah-sudah, kita ke kantin sekarang buat makan siang! Jangan sampai ada yang dengar pembicaraan kalian, terus dilaporin ke pak bos," lerai karyawan lain.
***
Setibanya di lantai paling atas, Feriska menuju ruangan sekertaris Erlangga lebih dulu.
Tok tok tok
"Masuk!" sahut Ditya, sekertaris Erlangga.
"Aku ganggu, ya?" tanya Feriska setelah membuka pintu.
"Eh, Bu Riska. Enggak ganggu sama sekali, kebetulan baru istirahat," jawab Ditya lalu menarik kursi untuk Feriska.
"Silakan, duduk!" ucap Ditya mempersilakan Feriska untuk duduk.
"Gimana?" tanya Feriska.
"Apanya, Bu?" Ditya balik bertanya dengan kening berkerut.
Feriska menyandarkan punggungnya di sandaran kursi seraya menghela napas panjang.
"Aku sudah tahu semuanya, katakan saja semua yang terjadi di sini! Kamu nggak perlu takut, aku yang akan jamin semuanya. Wanita itu ada di sini, kan?"
Ditya bingung, antara jujur atau tidak. Apalagi saat mengetahui fakta jika Feriska sudah tahu apa yang terjadi selama dua bulan ini.
"I-iya, Bu." Akhirnya, Ditya mengiyakan semua yang dikatakan Feriska.
"Santai saja, jangan terlalu formal! Kita bicara sebagai teman saja," ujar Feriska dengan tersenyum tipis.
"Huuh, andai kamu tahu apa yang aku rasakan saat ini, Ris. Aku sudah kayak orang yang jadi saksi sebuah kasus besar," ucap Ditya.
"Hahaha, kamu ada-ada aja. Memangnya segarang itu wajahku, sampai-sampai kamu takut," ucap Feriska diiringi gelak tawa.
"Ketawain aja terus," protes Ditya.
Feriska mulai menghentikan gelak tawanya, kemudian mulai berbicara serius.
"Aku mau menarik saham yang aku tanam di sini," ucap Feriska tenang tanpa beban.
"Kamu udah gila, Ris?" sentak Ditya tak percaya dengan ucapan Feriska.
"No! Aku sangat sadar, Dit. Bukankah, tujuan wanita itu mendekati Erlangga karena hartanya? Jadi, biarkan dia merasakan perjuangan dari nol sebelum menuai kesuksesan seperti sekarang," terang Feriska.
"Lalu, bagaimana nasib perusahaan dan karyawan di sini?"
"Aku nggak peduli. Itu konsekuensi yang harus dia terima karena sudah berani bermain-main denganku. Biar dia sadar jika tanpa bantuanku mungkin keluarganya nggak akan bisa hidup enak seperti saat ini," tegas Feriska.
"Aku balik ke toko dulu! Ingat, apa yang aku minta tadi!" pamit Feriska lalu pergi meninggalkan ruangan Ditya.
"Nasib karirku sedang diujung tanduk," gumam Ditya seraya mengusap kasar wajahnya.
......................
Keesokan harinya
Hari ini Erlangga tak pergi ke kantor, dia ingin menghabiskan waktu di rumah dengan Feriska. Sebab kemarin dia tak jadi menemani Feriska jalan-jalan.
Saat sedang melewati ruang tamu, bel rumahnya berbunyi. Erlangga lantas ke depan untuk membukakan pintu.
"Selamat pagi. Apa benar ini kediaman Erlangga Setiawan?" tanya seorang pengantar surat.
"Benar, saya sendiri," jawab Erlangga.
"Ini ada surat untuk Anda. Silakan tanda tangan di sini dulu, sebagai bukti telah menerima suratnya," sambung pengantar surat tadi.
Dengan raut wajah bingung, Erlangga menerima surat itu lalu menandatangani nota pengiriman.
"Saya permisi dulu." Pengantar surat tadi pun pergi meninggalkan kediaman Erlangga.
Erlangga kembali masuk sambil melihat amplop coklat itu, dia duduk di kursi ruang tamu lalu melihat siapa yang mengirim surat.
"Pengadilan agama?" gumam Erlangga yang semakin penasaran.
Dia lantas membuka amplop tersebut lalu membaca kertas di dalamnya. Betapa terkejutnya dia, bahwa surat yang dia terima adalah gugatan cerai yang dilayangkan oleh Feriska.
Dengan dada yang bergemuruh, Erlangga berlari menuju kamar untuk meminta penjelasan sang istri.
Brakkk
Feriska yang sedang menonton drama, langsung terlonjak saat pintu kamar dibuka dengan kasar oleh Erlangga.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Feriska.
"Seharusnya aku yang tanya sama kamu. Apa maksud kamu menggugat cerai aku, hah?" pekik Erlangga.
"Oh, masalah itu. Tanpa kamu bertanya pun, seharusnya kamu sudah tahu maksud aku, Mas. Sudah pernah aku katakan, jangan pernah main-main denganku!" ucap Feriska penuh penekanan.
Dia turun dari ranjang lalu berdiri di depan Erlangga, dengan tatapan mata yang tajam Feriska mulai menjelaskan semuanya.
"Kamu pikir aku b*doh, kamu kira aku nggak tahu apa yang sudah kamu sembunyikan dariku? Aku tahu semuanya, Mas. Jadi, kamu harus terima konsekuensi atas perbuatan kamu!"
"Ma-maksud kamu apa?"
"Maksudku, aku sudah tahu tentang kamu yang menikah diam-diam dengan mantan terindahmu itu," pungkas Feriska.
Hancur sudah semuanya, Erlangga tak bisa lagi menyembunyikan rahasia yang dia pendam selama ini.
"Ini nggak seperti yang kamu kira, Yang. Aku benar-benar nggak bermaksud untuk mengkhianati kamu," ucap Erlangga mencoba menjelaskan.
"Maaf, Mas. Sekali berkhianat, seterusnya akan seperti itu. Dan aku tak bisa mentolerir perbuatanmu itu, keputusanku sudah bulat. Kita akan bercerai."
Setelah mengatakan itu, Feriska memilih pergi meninggalkan Erlangga dengan sejuta penyesalan dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
As Min
rasain qm Erlangga sekrg qm di tuntut cerai sama feriska dan setelah ini hidup mu akn hncur Krn sahamnya akn di tarik dan selamat menikmati buah dari pengkhianatan mu
2023-02-05
1
Velza
ditunggu, ya kak🙏
2023-01-17
0
Eni Kurniawati
up lagi thor
2023-01-16
1