Sepulang dari mall, Feriska tak bisa tenang karena terus bertanya-tanya tentang wanita yang bersama Erlangga tadi. Sebelumnya, Feriska tak pernah melihat dan mengenal wanita itu. Sekali pun itu adalah saudara Erlangga, tapi Feriska pasti tahu.
Sampai pukul 7 malam, belum ada tanda-tanda kepulangan Erlangga. Pikiran negatif mulai memenuhi isi kepalanya, sudah mencoba menghubungi, tapi ponsel Erlangga tidak aktif.
"Sebenarnya, apa yang kamu sembunyikan dari aku, Mas? Kamu benar-benar berubah, kamu bukan lagi Erlangga yang aku kenal dulu. Aku seakan melihat orang asing yang menjelma menjadi wujudmu," gumam Feriska.
Akhirnya, dia mencoba menghubungi ibu mertuanya. Siapa tahu dia dapat informasi tentang Erlangga.
"Halo, Bu. Mas Erlangga ada di sana nggak? Soalnya tadi bilang kalau pulang agak telat, tapi sampai sekarang belum sampai rumah. Ponselnya juga gak bisa dihubungi."
"Erlangga nggak di sini, Ris. Sudah dua minggu lebih dia nggak pernah jenguk ibu," jawab bu Denia.
"Dua minggu? Tapi setiap kali Riska tanya kenapa pulang telat, katanya mampir ke rumah ibu," kata Feriska yang kini semakin yakin jika ada sesuatu yang disembunyikan Erlangga.
"Ibu nggak bohong, Ris. Erlangga nggak pernah ke sini lagi, tadinya ibu mau tanya ke kamu."
"Ya sudah, nanti Riska coba bicara dengan mas Erlangga. Riska tutup teleponnya, Bu!"
"Iya, Ris."
Sebenarnya, Feriska tak ingin berburuk sangka pada Erlangga, tapi setelah mendengar perkataan ibu mertuanya tadi dia semakin yakin jika ada yang tidak beres. Terlebih saat melihat Erlangga bersama dengan seorang wanita di toko pakaian tadi.
"Kalau sampai dugaanku benar, aku nggak akan pernah memaafkan kamu, Mas," gumam Feriska dengan tangan yang terkepal menahan amarah.
***
Malam kian larut, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Erlangga yang baru sampai rumah, langsung bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri lalu tidur.
Feriska yang belum tidur, mengetahui jika suaminya sudah pulang, dia memilih untuk memejamkan matanya pura-pura tidur. Sampai setelah Erlangga masuk kamar mandi, Feriska beranjak dari tidurnya lalu duduk bersandar di ranjang. Lima belas menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Erlangga keluar dengan memakai baju tidur.
"Kenapa baru pulang, Mas?" tanya Feriska dengan ekspresi biasa.
"E.. tadi harus lembur, Yang. Soalnya lusa ada pekerjaan di luar kota, jadi harus diselesaikan biar nggak numpuk," jawab Erlangga dengan gugup.
"Terus kenapa ponsel kamu nggak aktif?"
"Itu, ponselnya lowbat dan aku lupa nggak bawa charger. Maaf, udah buat kamu khawatir," ujar Erlangga yang mulai naik ke ranjang.
"Hemm." Feriska hanya menjawab dengan deheman.
Melihat ekspresi suaminya, dia sudah bisa menebak jika suaminya tengah berbohong. Karena tak ingin berdebat tengah malam, Feriska memutuskan langsung tidur tanpa menghiraukan suaminya. Sebagai seorang istri, dia sangat tahu di saat suami berbohong atau tidak.
Sementara Erlangga hanya menduga, jika Feriska merajuk karena dia pulang larut tanpa mengabari. Akhirnya, Erlangga pun ikut menyusul istrinya tidur. Tak lupa tangannya melingkar di perut Feriska yang tidur membelakanginya.
Sinar mentari mulai menyelinap masuk melalui celah-celah gorden, Erlangga mengerjapkan matanya lalu melihat jam di ponselnya.
"Jam 6, tumben Riska nggak bangunin aku," gumam Erlangga lalu beranjak ke kamar mandi.
Saat Erlangga sedang di kamar mandi, Feriska masuk kamar dengan membawa nampan yang berisi sepotong roti dan secangkir kopi. Dia tak sempat membuat sarapan karena bangun kesiangan.
Ting
Saat meletakkan nampan di meja, ponsel milik Erlangga berbunyi menandakan notifikasi pesan masuk. Feriska berjalan ke arah nakas, di mana ponsel Erlangga berada.
No name : "Mas, jangan lupa besok kita liburan ke Bali! Awas, kalau sampai kamu bohong!"
Bagai tersambar petir, perasaan Feriska hancur seketika. Ternyata, dugaannya benar jika ada wanita lain yang singgah di hati Erlangga selain dirinya.
"Tega kamu, Mas! Kamu sudah mengingkari janji suci pernikahan kita," gumam Feriska dengan air mata yang mulai menganak sungai.
Tak ingin berlarut dalam keterpurukan, Feriska kini mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu dan dikirimkan pada seseorang.
"Kamu lihat saja, Mas! Akan aku balas rasa sakit hatiku atas pengkhianatanmu."
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, Feriska segera mengusap air mata yang hampir membasahi pipinya agar Erlangga tak curiga.
"Baju aku mana, Yang?" tanya Erlangga sambil mengusap rambutnya yang basah.
"Sebentar, aku ambilkan, Mas!"
Feriska menuju lemari dan mengambil satu stel pakaian kerja beserta jasnya.
"Ini, Mas. Maaf, tadi aku bangun agak kesiangan, jadi cuma ada sarapan roti aja," ucap Feriska sembari memberikan pakaian kerja Erlangga.
"Iya, nggak apa-apa."
Setelah selesai berpakaian, Erlangga segera menikmati sarapan yang disiapkan Feriska sambil mengecek ponselnya. Pandangan Feriska menangkap mata Erlangga yang sesekali meliriknya lalu fokus pada ponsel lagi.
"Yang!" panggil Erlangga.
"Iya, Mas."
"Aku baru dapat kabar dari sekertaris aku, kalau besok harus berangkat ke luar kota," ucap Erlangga.
"Ke mana, Mas? Kok mendadak banget," tanya Feriska pura-pura tak tahu.
"Ke Bali, Yang. Kemungkinan di sana lima hari karena pertemuan dengan beberapa pemilik perusahaan yang akan menjalin kerjasama," jelas Erlangga.
"Oh gitu, aku boleh ikut nggak? Sekalian pengen liburan, pasti bakal bosen kalau sendirian di rumah."
Seketika Erlangga langsung mematung dengan wajah yang pucat pasi, dia bingung harus mencari alasan apa agar Feriska tak ikut dengannya. Dia belum siap jika rahasia yang selama ini disimpan akan terbongkar.
"Gimana, ya? Bukannya aku nggak mau ajak kamu, Yang. Masalahnya aku di sana pasti sibuk banget, dan bisa dipastikan aku nggak bisa nemenin kamu," sanggah Erlangga mencari alasan yang tepat.
"Iya juga, sih. Lain kali ajalah kalau gitu," pungkas Feriska dengan senyum yang sulit diartikan.
Sejenak Erlangga menghela napas lega karena Feriska tak menuntut untuk ikut.
"Aku berangkat dulu, ya! Hati-hati kalau mau ke toko!" pamit Erlangga.
"Iya, Mas. Kamu juga hati-hati!" balas Feriska.
......................
Setengah jam setelah Erlangga berangkat, Feriska juga bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Dia ada janji untuk bertemu seseorang di sebuah cafe.
Sesampainya di cafe yang dituju, Feriska langsung masuk dan menemui orang yang tadi dia kirimi pesan.
"Hai, apa kabar?" sapa Feriska sambil berjabat tangan.
"Hai, Ris. Kabar baik, kamu sendiri bagaimana?" jawab Livia, teman sekaligus pengacara kepercayaan Feriska.
"Sedang tidak baik-baik saja," jawab Feriska singkat.
"Ada apa, Ris?" tanya Livia dengan serius.
"Mas Erlangga, Vi. Dia punya wanita lain selain aku." Runtuh sudah air mata yang coba ditahan Feriska sejak tadi.
Livia segera pindah duduk di samping Feriska dan mencoba menenangkan. Livia memeluk Feriska sambil mengusap lembut punggungnya.
Belum pernah Feriska begitu terpuruk seperti saat ini, yang Livia tahu Feriska adalah sosok wanita yang kuat dan tegar. Ini pertama kalinya dia melihat seorang Feriska sedang di titik terlemah.
Setelah beberapa saat meluapkan beban di hatinya, Feriska melepas pelukan Livia lalu menghapus sisa air matanya dengan tissu.
"Minum dulu!" Livia menyodorkan sebotol air mineral pada Feriska.
"Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi!" pinta Livia setelah Feriska tenang.
Feriska lantas menjelaskan semuanya dari sikap Erlangga yang mulai berubah dan jarang ada waktu dengannya. Feriska juga menceritakan tentang kejadian di toko pakaian kemarin dan yang terakhir tentang chat dari wanita itu.
"Apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" tanya Livia setelah mendengar cerita Feriska.
"Dari awal sebelum menikah, aku dan mas Erlangga sudah berkomitmen jika tak akan ada kebohongan apapun dan tak akan ada pengkhianatan. Jika hal itu terjadi, kita sudah sepakat akan mengambil jalur perpisahan. Karena aku tak bisa mentolerir sebuah pengkhianatan," ungkap Feriska.
"Sebelum ke langkah itu, kita harus mengumpulkan bukti lebih dulu, Ris. Agar berkas yang akan kamu ajukan di pengadilan nanti cepat di-acc."
"Aku tahu, Vi. Aku sudah meminta seseorang untuk memata-matai mas Erlangga saat di Bali. Besok dia akan ke Bali bersama wanita itu," tutur Feriska.
"Baguslah kalau begitu, lebih cepat lebih baik."
Feriska dan Livia pun melanjutkan obrolan untuk mengambil langkah selanjutnya, kali ini Feriska tak akan memberikan kesempatan kedua untuk suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
As Min
hebat qm feriska gitu dong main cantik biar qm punya bukti dan tingglin Erlangga
2023-02-04
1
Ayu Andila
semangat terus 🥰
2023-01-23
1