"Omma!" Jelly berlari dengan tasnya yang berguncang memeluk erat kaki omanya.
"Sayangnya oma sudah mau pulang sekolah, yah." Nyonya Syeni mengusap lemmbut pucuk kepala cucunya.
"Jelly pikir, oma tidak menungguku sampai pulang sekolah " Jelita menatap nanar pada omanya ada kesedihan di sana.
"Tidak dong. Selama oma di sini, oma yang akan menjaga Jelly, oma akan terus bersama Jelly."
Masih merayu Jelly agar semangat kembali, ia mengeri sistem perubahan mood gadis kecil ini yang suka berubah-ubah.
Afrinda datang menggandeng Allen mesra berjalan menghampiri mereka, sekarang Nyonya Syeni memahami apa alasan Jelita beresedih lagi.
"Nyonya, Jelly kenapa bersembunyi di dalam lutut begitu?" Afrinda merasa heran, apa lagi kepalan tangan jelita mencengkram kuat ujung gaun omanya. Seketika Afrinda tersadar akan adanya kesalahan di sini.
Melepaskan tangan Allen pelan lalu berjongkok mensejajarkan tubuh Jelita yang masih memunggunginya, menarik napasnya kecil menepuk punggung Jelly lembut.
"Kenapa Jelly sayang?"
Yang dipanggil masih terdiam semakin mengeratkan tarikan ujung gaun omanya, perasaanya terganggu dengan kejadian tadi pagi saat di ruang kelas.
"Miss, berdiri dulu. Nanti kita bicara lagi. Kulit Allendra itu raum-raum." Nyonya Syeni bergetar memperhatikan satu keanehan pada teman satu kelas cucunya ini, ia menjadi ikut panik dan wajah gadis ini semakin pucat.
Afrinda tersadar dan menghampiri memeluk Allen membawa ke gendongganya. Wajah cemasnya tidak bisa ia tahan, Allen harus segera dibawa ke rumah sakit.
"Tahan ya, Allen sayang. Papah dokternya sudah dalam perjalanan menjemputmu. Jangan menangis ya, nanti dadanya semakin terasa sakit.
Deg.
Nyonya Syeni tercengang menutup mulutnya, Jelly spontan berbalik dan terdiam berbagai macam ekspresi memperhatikan interaksi missnya dan Allen temannya.
Usapan tangan Afrinda membuat kecemasan Allen berkurang, dirinya sudah mampu menyeimbangkan rasa sakit di dadanya dan saling bertatapan Jelita membuatnya menunduk. Jelita juga kebingungan ada apa dengan temannya ini.
"Allendra!" pekik seseorang berlari menghampiri mereka dan langsung mencium kening Allen yang masih dalam gendongan Afrinda.
"Pa-pah," cicit Allen suaranya melemah.
Tiba-tiba dua orang suster perawat datang membawa brankar membuat suasana sekolah menjadi panik, langsung saja Allen dibaringkan dan dipakaikan masker oksigen serta selang infus tertancap di pergelangan tangan gadis kecil itu.
Sebelum brankar dijalankan, kembali mata sayu Allen bertemu dengan mata Jelita yang masih kebingungan.
"Pak, Win. Maafka-"
"Tidak apa-apa, Miss. Kita sama-sama beroa saja semoga Allendra masih bisa bertahan. Saya pamit dulu semuanya."
Setelah tubuh Allendra dimasukkan dalam ambulance dan suara sirene itu menghilang bersama harapan kesembuhan Stephanie Dwi Allendra.
"Nak, tenangkan diri kamu. Ayok ikut kami pulang, kita makan siang bersama sebentar," ajak Nyonya Syeni.
Dalam perjalan suasana masih hening, namun tadi Jelita merengek duduk dipangkuan Afrinda dan sekarang Jelita merangkul bahu seolah tidak mau melepaskannya. Afrinda paham lalu mengusap-usap punggung Jelita.
Baik Jelita dan Allen adalah dua gadis yang bernasib malang dan entah kenapa juga mereka sangat menempel padanya. Afrinda harus mampu melerai rasa cemburu antara keduanya.
Kejadian di kelas tadi adalah mulanya dan pertama kalinya Allen menunjukkan kecemasannya dan itulah penyebab penyakit Allen kambuh lagi.
Sifat anak kecil yang masih belum mengerti akan apa itu egois, sisa kesedihannya tadi malam membuat Jelita ingin terus dekat dengan Miss Frind dan bertindak mencari-cari perhatian. Di sisi lain ada Allen yang harus dibujuk agar berhenti bermain di atas ayunan tunggal favoritnya, Afrinda berhenti menemani Jelita memakan snacknya lalu berlari cepat untuk membantu Miss Ticha membujuk Allen.
Jelita merasa ini tidak suka, dengan lancang ia membuang isi bekalnya dan berakhir isinya berceceran mengotori lantai.
Miss Ticha yang sedang mengarahkan anak lainnya bermain terkejut dan berusaha membujuk Jelita agar tidak menangis.
Allen marah saat dipaksa berhenti bermain, ini memang rencana gadis itu untuk mencari kembali perhatian Miss Afrinda seutuhnya. Jujur saja, sudah dua hari Jelly di kelasnya, sudah dua hari ia kehilangan perhatian yang biasanya ia dapatkan karena Jelita mengambil missnya.
Terpaksa Afrinda menggendong Allen dan membawanya ke ruang kesehatan, pemandangan itu membuat Jelita berlari meninggalkan Miss Ticha.
"Maafkan Jelita, Nak," ucap Nyonya Syeni merasa bersalah setelah mendengar yang sebenarnya terjadi.
"Tidak apa, Nyonya. Kita harus menjelaskan pelan-pelan pada ke dua-duanya, agar tidak ada saling cemburu. Aku sangat menyayangi Jelita, Allen dan semua murid di sekolah. Jelita belum mengerti tentang Allen yang sakit, dan sebaliknya Allen tidak mengetahui latar belakang kehidupan Jelita."
Sangat kagum dengan kesabaran hati wanita ini, membuatnya semakin yakin untuk rencana yang sudah di dalam kepalanya.
"Jelly aaa lagi!! Makanannya harus habis ya, sayang. Kalau tidak habis nanti makanannya marah lo,,,aaa lagi!!"
Dengan mudah Afrinda membuat Jelita tersenyum kembali, padahal ini hanya sekedar menyuapi Jelly makan. Dengan lahap Jelita menghabiskan makannya tertawa gembira karena Missnya bersedia berjanji untuk membawa bekal snack untuk besok.
👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments