Nada irama bel sekolah berdering pertanda jam pelajaran dimulai, murid-murid berbaris rapih di lapangan mini menunggu arahan kepala sekolah.
"14,,,kurang satu murid lagi atau bagaimana?" lirih Ticha guru pengajar menghitung barisan siswa. Netranya menelisik satu-persatu barisan.
"Miss Ticha, ada apa?" Afrinda datang menghampiri guru satu team di ruang kelasnya.
"Miss Frin, katanya hari ini ada murid baru ya? Tapi kok siswa di kelas kita masih 14?"
Afrinda menenangkan partnernya yang kelihatan kebingungan, tidak sengaja matanya bertatapan dengan salah satu muridnya. Menunduk wajahnya mengusap punggung murid perempuan itu lembut. "Allen kenapa, sayang?"
Yang dipanggil Allen tersenyum sejenak. "Miss, tadi waktu Allen masuk kelas, ada teman baru duduk di samping bangku Allen. Tapi karena dia terus menangis, jadi orang tuanya membawanya keluar," cerita Allen.
Paham apa yang terjadi, Afrinda menitipkan anak-anaknya untuk Miss Ticha yang lebih dulu membuka kelas, berjalan ke arah ruang guru mencari dimana murid yang diceritakan Allen tadi.
Tidak jauh dari lokasi gedung sekolah, Afrinda melihat sosok wanita paru baya duduk di salah satu bangku ruang tunggu sedang membujuk gadis kecil.
Perkenalan singkat antara Afrinda dan Bibi Emma, namun saat Afrinda mencoba mengajak Jelita berbicara dan gadis itu buang muka.
"Oma Bibi, boleh tinggalkan kami ber dua?"
Bibi Emma tersenyum mengangguk menyingkir dari bangku, dari wajah wanita ini terlihat ketulusan di sana.
"Siapa namanya, sayang?" tanya Afrinda lembut.
Satu detik....
Satu menit...
Menghela napas kasar Afrinda tetap tersenyum. Perlahan tangannya terulur menggapai ujung rambut panjang gadis ini yang tergerai bebas. "Rambutnya cantik sekali," pujinya menyentuh lembut helaian rambut gadis ini.
Tidak ada penolakan, Afrinda mulai berani menata rambut halus milik gadis ini. "Boleh Miss ikat rambutnya?"
Anggukan kecil gadis ini menyetujui.
"Coba lihat, sayang. Miss ada bawa karet cina warna-warni loh, cantiknya suka warna apa mau diikat di rambutnya?"
Tampaknya usahanya tidak sia-sia, gadis ini mengangkat wajahnya menatap sedikit berbinar plastik bening yang berisikan karet cina cukup menarik perhatianya.
"Semuanya," jawabnya malu-malu.
"Semua karet cinanya atau suka semua warna, sayang?" Afrinda terus memancingnya agar berbicara.
"Warna."
"Baiklah. Belakangin Missnya, ya, biar Miss ikat rambutnya."
Memuatar badannya Afrinda mulai menyisir lembut rambut gadis ini. Sembari mengikat rambut Jelly, Afrinda kembali bertanya "Miss boleh tau tidak siapa namanya, mengaSayang?"
"Kan'tadi Oma Bibi sudah beritahu siapa nama aku."
Nyesss..
Sepertinya anak ini sulit didekati, pikir Afrinda. "Iya juga ya. Tapi Miss mau tahu langsung dari kamunya langsung."
"Jawabannya pasti sama saja, namaku tidak akan ganti." Suaranya memang imut tapi ucapannya sangat menohok.
Afrinda gemas sendiri tapi dia tidak akan menyerah mendekati gadis ini. "Baiklah, Miss kalah. Jelly, nama kamu Jelly, J-e-l-l-y!"
"Bukan itu nama aku," sahutnya culas tidak terima namanya diganti namun tidak menolak kepalanya yang disentuh Miss ini.
"Tapi Miss lebih suka memanggilmu Jelly, karena wajah kamu semanis Jelly," rayu Afrinda.
Jelita diam mencerna ucapan Missnya. "Jelly, Jelita, Jelly," lirihnya kecil seraya memikirkan nama panggilan itu.
"Sudah Selesai! Ayok pegang rambutnya, Jelly. Pasti Jelly suka sama ikatan Miss."
Benar saja. Jelita tersenyum-senyum meraba kepala belakangnya sesekali memainkan ikatan rambutnya, "Jelly."
"Cantik'kan?" tanya Afrinda antusias.
Jelita mengangguk antusias dan senyumnya mulai merekah.
"Sekarang Miss mau lap wajah sedihnya Jelly pakai tissu basah, kan'jelek wajah murung begitu. Mau'kan?"
"Mau," jawab Jelita mulai mengeluarkan suaranya.
Dengan lembut Afrinda menyeka seluruh wajah Jelly dan setelah itu memberinya permen manis sebagai tanda perkenalannya. Jelly menggemgam erat tangan Miss Frin sudah berani mengangkat wajahnya.
"Nama aku Jelita Niellxie Alfonso." Bahkan Jelly sudah mulai tersenyum oada teman-temannya.
"Namanya panjang sekali."
"Namanya sulit diingat."
Bisik-bisik ruangan kelas menanggapi perkenalan teman baru mereka.
"Anak-anak Miss yang cantik dan tampan, panggil teman barunya Jelly, J-e-l-l-y!" seru Afrinda memperjelas nama Jelita.
"Haiii Jelly!!"
Di luar kelas di balik jendela kaca, Bibi Emma menangis terharu sambil merekam kejadian itu menggunakan ponselnya.
👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
LISA
Awal2 udh sedih nih
2023-02-14
0