Sibuk bekerja satu harian membuatnya lupa waktu sampai jam 18:30 tidak pulang, merapikan berkasnya membuka ponselnya.
"Kita makan malam sekarang! Mengganti makan siang yang tertunda tadi, aku tunggu di kafe FrendFOOD.
❤Tiffany❤*"
Sebenarnya ia sudah lelah sekali, tapi akan lebih rumit lagi bila menolak kemauan kekasihnya ini. Melepas jasnya lalu keluar dari ruangannya.
Belum sempat menginjak pedal gas mobilnya, dering ponsel membuat moodnya hancur.
"Sabar dong, Tiff. Aku juga mau berangkat ini!" serunya nada tinggi tampa membaca nama sipemanggil.
"Mau kemana kamu sama perempuan itu?"
Suara itu! Astaga! "Ma-ma," lirihnya.
"Dengarkan Mamah. Jangan sampai kedatangan mamah sia-sia dan kamu memilih pergi bersama perempuan itu, mamah tunggu kamu di rumah. Pulang sekarang!"
Gharda memijat keningnya frustasi, Tiffany pasti sudah menunggu di sana.
.
.
"Oma, Jelita lapar," rengek Jelita mengusap perutnya menatap makanan yang tersaji di depannya.
"Sabar ya cucunya oma. Ayah kamu sebentar lagi pulang, kita makan sama-sama," bujuk Mamah Syeni mengusap rambut cucunya. "Jelita kok masih ikat rambut udah malam gini?" Mamah Syeni merasa ini tidak biasa, bahkan Jelita cendrung tidak suka rambutnya diikat sampai sebegininya.
Mendengar pertanyasn omanya, ingatan kejadian tadi mengalihkan rasa laparnya berganti menjadi antusias menceritakan Miss Frindnya. "Missku itu baik sekali, Oma. Ikatan rambutku juga cantik, makanya Jelly tidak mau lepaskan, biar ikatan ini sampai besok saja terus tadi Miss frind udah janji mau mengikat rambutku besok di sekolah," ceritanya panjang lebar.
"Oh ya? Eh tapi, Oma tadi dengar kata Jelly. Jelly itu apa?" Mamah Syeni terlihat bahagia dan terharu melihat perubahan drastis cucunya, sudah mau membuka diri berbagi cerita tentangnya. Sepertinya ia harus berterima kasih bila perlu besok ia harus bertemu dengan Miss Frind yang dipuji-puji cucunya.
"Jelly itu aku, Oma Cantik. Miss Frind memanggilku Jelly, dan teman-teman baruku juga."
Senyum itu sudah sangat jarang sekali, cucunya tidak pernah selepas itu saat bercerita. Syeni bisa merasakan ketulusan guru itu melalui kejujuran hati Jelita.
"Mulai sekarang Oma juga akan memanggilmu, Jelly. Bahkan seluruh penghuni rumah ini pun akan memanggilmu Jelly. Jelly suka?"
"Sukka Oma, Jelly!" Jelita bersorak sambil tepuk tangan.
Bahkan para maid di rumah itu pun turut menangis terharu menyaksikan senyuman ceria nona kecil mereka.
"Mama!"
Seketika mendengar suara itu, senyum Jelita menghilang berganti wajah masam melihat siapa yang datang bersama daddynya. "Tante Menor," ucapnya pelan.
"Tan-" Tiffany mengatupkan bibirnya hendak menyalam, Mamah Syeni langsung membuang mukanya.
"Langsung makan saja, cucuku sudah kelaparan," ujar Syeni datar.
Mereka makan dengan suasana mencekam tidak ada percakapan sama sekali, Jelita sudah mandiri dengan cara makannya tapi sesekali omanya tetap memantau Jelita makan.
"Uhhuk uhukk!"
"Jelita!" Tiffany sigap menolong Jelita yang sedang batuk saat menguyah. Memasang wajah khawatir tangannya mennepuk lembut punggu Jelita yang masih mengemut makannya.
"Huuekk!!" Jelita memuntahkan makanan dari mulutnya ke dalam tangan Tiffany yang memang berada di bawah bagian rahang Jelita.
"Jelita," Gharda mendesis tajam. Sementara Jelita menunduk takut air matanya mulai tumpah.
"Tidak apa-apa, kok. I-ini tinggal dibersihkan saja." Sumpah demi apa pun, ini menjijikan sekali. Tiffany menahan rasa mualnya dan kesal setengah mati.
"Minta maaf sekarang juga, Jelita." Gharda tanpa sadar membuat Jelita semakin ketakutan karena suara ayahnya yang terdengar mengancam.
"Jelita!"
"Gharda!" Syeni berdiri membentak putranya menatap tajam. Tangannya memeluk Jelita yang sudah menagis sesenggukan.
"Kau membentak putrimu!"
"Tapi dia harus diajarkan meminta maaf, ini kesalahannya." Gharda tidak terima.
Syeni semakin mengrutkan pelukannya pada cucunya yang sudah sesenggukan menangis.
"Tiffany. Atas nama cucu saya, saya minta maaf. Dan sekarang bersihkan tanganmu. Kau Gharda. Harusnya kau bisa menilai mana musibah yang tidak disengaja dan yang mana kesalahan. Bukannya mencemaskan putrimu sendiri, justru mencemaskan orang lain. Kau antar Tiffany pulang, setelah itu kau langsung pulang. Mamah mau bicara!"
Setelah mengatakan itu Syeni mengendong Jelita menuju kamarnya. Berlalu meninggalkan Gharda dan Tiffany, berbalik sebentar menatap nyalang pada keduanya..
👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments