Pertengkarannya dengan mamahnya masih terbayang dalam pikirannya, berganti dengan pertengkaran dengan Tiffany berganti lagi dengan suara tangisan Jelita malam itu. Bagai vidio yang diputar secara acak menimbulkan rasa nyeri di kepalanya berakibat mengabaikan pekerjaannya.
"Aahkkk!" Semua berkas yang di atas meja berserakan di lantai, Gharda membuangnya kasar sambil berteriak frustasi.
Rivzal yang berada di luar terkejut mendengar teriakan bossnya, tanpa izin membuka pintu ruang ceo tercengang melihat kekacauan ulah bosdnya.
"Tuan, ada apa ini?" tanyanya berani seraya berjalan jongkok memungut berkas yang terpisah satu sama lain, sipembuat ulah sudah duduk lemah di atas sofa.
"Kau, kemarilah. Nanti lanjutkan lagi," titah Gharda memberi perintah agar Rivzal duduk di sampingnya.
"Sa-saya?" cicit Rivzal merasa salah dengar.
Gharda berdecak kesal. "Cepatlah!" serunya nada datar.
Ada apa ini? Tumben boss kaku ini memanggilnya aagar duduk di sampingnya, selama ini hubungan mereka layaknya profesional antar bos dan asisten tidak lebih dan benar-benar sekaku itu interaksi keduanya hanya fokus tentang pekerjaan tanpa membicarakan hal pribadi.
"Untuk kali ini saja hilangkan keprofesionalanmu itu, Zal. Mari mulai berteman hari ini," ungkap Gharda menatap Rivzal serius.
Rivzal sontak mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk hormat, "Apa maksud, Tuan?"
"Langsung poin pentingnya saja. Sudah tujuh tahun kau bekerja denganku, dan satu kali pun kau tidak pernah mengeluh padaku dan kinerjamu yang baik dan cekatan padahal saya sering kali membentak bahkan mengancam jika kau melakukan keselahan sekecil apa pun."
Gharda menjeda ucapanya, tapi Rivzal masih diam tidak memotong bosnya.
"Apa yang membuatmu bisa bertahan bekerja dengan saya?"
Gllekk...
Pertanyaan itu akhirnya keluar juga, dan jujur Rivzal pun bingung sendiri menjawabnya.
"Karena saya butuh pekerjaan itu, Tuan," jawabnya sekenanya.
Gharda nampak tidak puas dengan jawaban itu. "Maksud saya di sini, kenapa bisa kamu bertahan dengan sifat dan karakter saya terhadapmu?"
Apa yang harus dijawab? Ahk, Rivzam tidak menyangka pertanyaan itu.
"Jangan diam saja."
"Karena saya masih butuh pekerjaan ini, Tuan," jawabnya mengulang.
"Jika kamu saya berikan uang pesangon yang banyak, bahkan jumlahnya bisa membuat perusahaanmu sendiri. Apa kamu bersedia saya pecat?" Gharda menawarkan spontan.
"Tidak, Tuan!" jawab Rivzal cepat dan tegas dengan berani membalas tatapan Gharda.
"Kenapa?"
"Awalnya memang saya tidak kuat menghadapi sifat Tuan, bahkan saya pernah berniat mengundurkan diri tapi tidak jadi karena mempertimbangkan gaji dan fasilitas yang saya terima. Saya tidak naif, saya sangat beruntung mendapatkan semua ini. Jika masalah bos yang kurang baik, belum tentu juga saya mendapatkan bos yang lebih baik dari Anda di tempat lain. Bisa jadi saya mendapatkan bos yang lebih kejam atau bos yang baik, tapi jika memulai dari awal lagi rasanya tidak seimbang dengan pengalaman saya bekerja di perusahaan ini. Itulah alasan saya bertahan, Tuan. Dan semakin lama saya bekerja dengan Anda, saya mulai terbiasa dengan semua aturan yang Anda buat, saya juga sudah merasa nyaman dengan sifat Anda yang seperti ini. Tolong jangan pecat saya, Tuan "
Gharda termenung dengan pengakuan Rivzal, dia sangat menyayangi asistennya ini dan tidak ada sedikit pun niat untuk memecatnya. "Terima kasih atas semua usaha yang dan pengorbanan yang kau berikan selama bekerja bersama saya".
Gantian Rivzal yang tertehun, ini bosnya kenapa tiba-tiba berubah? "Tuan," cicitnya.
"Rivzal tolong bantu saya," pinta Gharda serius.
"Bantu?"
Inilah yang harus diputuskan, Gharda rupanya membutuhkan orang lain untuk masalah ini.
"Cari tahu tentang kematian mendiang istri saya Araz," ucapnya satu tarikan napas.
"Tapi ini buk-"
"Ya saya tahu, tugas ini diluar tugas perusahaan. Tapi seperti yang dari awal saya katakan tadi, jadilah temanku. Dan saya sangat mempercayaimu sebagai teman atau anggap saja sahabat, bukan bosmu. Saya minta tolong sekali, Rivzal."
Ke dua pria itu saling tatap hangat penuh rindu, meskipun dekat tapi terasa jauh karena mereka berdua saling menutup diri tidak mau mencampuri urusan pribadi masing-masing.
"Ya, saya bersedia!" Rivzal berseru tekat bulat membantu bosnya ini.
Tanpa sadar keduamya saling berpelukan menepuk punggung Rivzal dan tersenyum lega bersama. Pada akhirnya hubungan selama tujuh tahun hari ini mencair.
"Mulai hari ini berjanjilah padaku, Zal. Jika jam kerja, kau bisa memanggilku Tuan dan perlakukan aku atasanmu. Tapi diluar itu, kau bisa memanggilku hanya nama saja dan mari memulai hubungan persahabatan ini. Satu lagi, berjanjilah untuk menjaga kepercayaanmu padaku. Maaf aku terlalu banyak menuntutmu, tapi aku sudah tidak mempunyai teman bersandar lagi selain kamu."
"Baik, Gha-Gharda."
Mereka saling terkekeh bersama saling menertawakan keadaan saat ini.
Dibalik itu semua sebenarnya Rivzal sudah menyimpam cerita kebenaran itu, hanya saja ada Tiffany si penghalang yang terus mendominasi Gharda. Langkah awal Rivzal adalah nerusak hubungan Tiffany dan Gharda, semoga ia berhasil menyingkirkan wanita ular itu.
👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments